28

23.6K 2K 7
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secreet Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Hari ini adalah hari ketiga setelah meninggalnya orang tua Rey.

Perihal tentang Rey? Kedua pihak keluarga Langga dan Sahna mengetahuinya dan mereka merasa iba pada nasib bocah itu. Bahkan, kedua belah pihak keluarga mereka sangat setuju jika Langga dan Sahna mengadopsi Rey.

Siang ini, Langga dan Sahna sedang berada di ruang tv bersama Rey yang bermain robot dan mobil yang baru di beli Langga.

"Rey?" panggil Sahna lembut.

Sebelumnya juga, Sahna sudah mengajari Rey, untuk memanggilnya dengan sebutan Bunda, dan Langga dengan sebutan Ayah, agar ia tidak merasa kehilangan sosok orang tua.

Rey menoleh ke arah Sahna. "Iya, Bunda?" ucap Rey.

"Ayo kita pergi?" ucap Sahna.

"Pelgi?" bingung Rey.

Langga tersenyum lalu mengangkat Rey ke pangkuannya.

"Iya ... Kita mau beli baju baru untuk Rey ... " lembut Langga lalu mengecup singkat dahi Rey.

"Baju? Ley ndak unya cuan untuk beli baju."

Sahna tersenyum lembut lalu menggendong tubuh mungil Rey, "Tenang sayang, Ayah kamu banyak cuannya hehehe."

Langga menggelengkan kepalanya melihat ucapan sang istri.

"Pergi sekarang yuk!" semangat Sahna.

"Mas mandi dulu, Na!" celetuk Langga menggelengkan kepala tak habis pikir.

Sahna menoleh dan mendekati Langga. Kemudian merentangkan tangan kanan Langga lalu mengendus-endus ketiak Langga. "Masih wangi kok!" semangat Sahna.

"Tap-" ucapan Langga terpotong kala tangan kiri Sahna menarik tangannya, sedangkan tangan kanan perempuan itu menggendong Rey.

"Ley juga belum mandi, Bunda ... " polos Rey mendongak menatap polos wajah Sahna dari bawah.

Sahna menunduk menatap Rey, "Rey pagi udah mandi, Nak. Jadi, nggak usah mandi lagi kayak Ayah. Soalnya dua lelaki hebat Bunda ini masih wangi!" kekeh Sahna di akhir kalimat.

"Masya Allah istriku ... " takjub Langga lalu keduanya masuk ke dalam mobil.

"Mas? Pulangnya mampir ke rumah Ummah ya? Kan kemarin itu kita nggak jadi kesana."

"Iya Humairah ... " lembut Langga seraya mengusap tangan kanan Sahna.

Rey yang berada di pangkuan Sahna menatap tangan Sang Bunda yang di usap lembut oleh sang Ayah. Dengan tangan mungilnya, Rey mengusap tangan kiri Sahna.

Sahna menatap tangannya yang di usap lembut oleh tangan mungil Rey, "Rey mau apa sayang?" tanya Sahna, karena ia beranggapan bahwa Rey memberi kode karena meminta sesuatu.

Rey menggelengkan kepalanya membuat Sahna mengernyit bingung. "Kata Umi dulu, kalo Abi usap tangan Umi tandanya cayang. Jadi, Ley lakuin itu juga kalna Ley cayang Bunda."

Sahna menatap haru Rey lalu mengecup puncak kepala Rey, "Sini peluk Bunda, sayang ... " dengan senang hati Rey memeluk Sahna.

"Alhamdulillah kita sudah sampai ... Ayo kita beli baju baru untuk Rey yang tampan!" semangat Langga menatap keduanya.

"Yeeey! Kita beli baju baru, sepatu baru, sandal baru, dan mainan untuk Rey!" antusias Sahna seraya menggendong Rey memasuki Mall juga diikuti Langga di sampingnya.

"Na? Biar Mas aja yang gendong Rey," ucap Langga lalu mengambil alih Rey dari gendongan Sahna.

Dengan tangan kiri yang menggendong Rey dan tangan kanan menggenggam tangan Sahna. Kemudian, ketiganya memasuki satu persatu toko pakaian anak.

***

"Assalammualaikum warohmatullah hiwabarokatuh!" salam Langga dan Sahna sesampainya di ndalem ponpes makama mahmuda.

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh!" jawab tiga santri putri yang sedang bertugas membersihkan ndalem di sore hari.

"Ummah sama Abah ada, Mbak?" tanya Sahna.

"Bu Yai dan Pak Yai sedang keluar, Ning. Mungkin sebentar lagi sudah kembali." jawab salah satu santriwati yang bernama Rini.

Rey yang sedang terlelap di gendongan Langga lalu menangis histeris kala mendengar suara yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Mas?" kode Sahna agar Langga menyerahkan Rey padanya.

Langga yang mengerti maksud Sahna lalu mengangguk. Sahna mulai menimang-nimang Rey agar tenang.

"Cup cup cup ... Anak Bunda udah ya nangisnya ... "

"Sebaiknya kita ke kamar, Na. Kayanya Rey masih ngantuk." celetuk Langga di angguki Sahna.

Sesampainya di kamar, Sahna kalang kabut kala tangis Rey semakin nyaring.

"Mungkin Rey tadi bermimpi buruk, Na. Sini! Biar Mas yang gendong."

Sahna mengangguk lalu menyerahkan Rey. "Udah ya sayang nangisnya ... " khawatir Sahna seraya mengusap air mata Rey.

Langga memeluk erat Rey lalu melantunkan sholawat seraya mengusap puncak kepala Rey. Sahna memejamkan matanya kala mendengar suara merdu Langga.

Dan perlahan-lahan, tangis Rey mereda dan berujung tidur di gendongan Langga. Dengan hati-hati, Langga membaringkan Rey yang terlelap di atas kasur.

Sahna ikut membaringkan tubuhnya di samping Rey lalu menyelimuti Rey hingga sebahunya.

"Takut banget pas Rey nangisnya kenceng ..." lirih Sahna menatap Langga yang baru juga menatapnya dan Rey.

Langga tersenyum, lalu menaiki kasur. "Rey mungkin hanya mimpi buruk, sayang." sahut Langga seraya mengusap-usap kening Rey.

Sahna menepuk pelan bokong Rey kala bocah itu menggeliat tak nyaman dan merubah posisinya menjadi memeluk dirinya.

"Mas ke bawah dulu ya? Mau cek keadaan Asrama Putra." izin Langga lalu mengecup singkat dahi Sahna dan Rey.

"Jangan terlalu lama, nanti Ummah pulang Mas nggak tahu."

"Iya, Humairah ... Assalamualaikum!" salam Langga dan beralalu dari kamar setelah mendapat salam dari Sahna.

o0o

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now