20. [Awal Hubungan Baru?]

30 3 0
                                    

"Tapi lo nggak marah sama gue kan?" tanya Herman.

"Nggak. Jadi sekarang ngomongnya 'lo gue' lagi?" Syerine berbalik tanya.

"Ya takutnya malah bikin nggak nyaman."

"Tenang Man, aku udah anggap itu biasa aja."

"Ya udah kalo gitu."

Kini mereka masih berada di dalam stadion futsal. Setelah Syerine menemani Herman ke tempat ini untuk turnamen. Syerine masih berbincang dengan lelaki itu, membahas terkait paket rahasia kemarin. Kebetulan suasana sudah tampak sepi hanya ada beberapa orang saja di sana.

"Emang aku pernah ngelakuin salah apa sih Man? Sampe ada orang yang benci," kata Syerine.

"Nggak pernah, kamu selama ini baik ke siapa aja," jawab Herman. "Apa kamu sempet curiga sama seseorang?"

"Ada, tapi," ucap Syerine terlihat ragu, "aku belum yakin juga kalo orang itu bakal ngelakuin hal ini."

"Siapa?"

"Maya."

"Bukannya dia temen deket kamu? Kenapa bisa nebak gitu?"

"Saat ini hubungan kita lagi kurang baik. Dan aku baru sadar kalo tulisan tangan di surat itu mirip kayak Maya."

"Ikut aku sekarang." Herman mencekal lengan Syerine terlihat kesal.

"Mau kemana?" tanya Syerine.

"Ke rumah Maya. Kita harus selesain masalah ini."

Mereka berjalan terburu-buru. Herman menyalakan mesin motornya, dan berlalu pergi dengan cepat.

"Pegangan yang erat, takut jatuh."

Karena tidak ada respon dari lawan bicara. Herman menarik satu persatu lengan Syerine sampai melingkar di perutnya. Sementara Syerine yang terlihat kaku hanya berdeham.

Tak lama kemudian, setibanya di depan rumah Maya, ternyata pagar di rumah itu terkunci gembok.

"Maya!! Keluar lo jangan sembunyi!" teriak Herman.

"Udah Man, nggak enak sama yang lain," kata Syerine.

"Maya sama keluarganya lagi ke luar kota, pagi tadi baru aja berangkat," ujar tetangga Maya yang baru melewati mereka.

"Makasih infonya Bu," ucap Syerine.

"Emang ada keperluan apa?" tanya wanita paruh baya itu.

"Kita temen Maya, mau ajak main," alibi Syerine.

Wanita itu hanya ber 'oh' ria, kemudian berjalan menuju rumahnya.

"Gue yakin pasti dia pelakunya, kenapa coba tiba-tiba dia pergi dari sini," kata Herman mendengus kesal.

"Ya mungkin ada urusan penting, yuk kita pulang aja," sahut Syerine. "Kan belum pasti kalo dia pelakunya."

"Iya ayo," jawabnya.

"Janji jangan pernah cerita sama Jeffine. Cukup ini jadi rahasia kita berdua." Syerine mengarahkan jari kelingking dan lelaki itu mengamitnya sembari tersenyum tipis.

Separuh Langkahku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang