21. [Retak dan Jarak]

27 5 0
                                    

⚠️ Part ini akan membuat emosional random




———




Setelah terlalu lama berdiam diri bersembunyi di balik semak-semak. Membuat Jeffine merasa bosan untuk terus seperti itu.

Lagian lo juga sih Jeff, ragu tapi tetep ngizinin, batin Jeffine.

Kini Jeffine sudah berkesiap kembali mendengarkan perbincangan mereka. Terlihat Herman akan membuka obrolan ketika selesai makan. 

"Syer ada yang mau aku omongin." 

"Apa tuh?"

"Jujur aku nyesel banget waktu dulu menyia-nyiakan kamu. Aku salah karena bikin kamu terbang tinggi terus dijatuhkan begitu aja. Aku sadar emang bodoh! Aku nggak tau kenapa bisa terpengaruh omong kosong orang lain.

"Apa aku bisa kembali menjadi bagian dari kisah hidupmu? Aku masih sayang sama kamu, Syer."

Gadis di hadapannya hanya diam membungkam. Terlihat matanya mulai berkaca-kaca lalu dia menundukkan pandangan. Tiba-tiba Herman memegang kedua tangan Syerine dan mengecupnya lembut.

Sementara Jeffine yang memperhatikan itu, sudah mengepalkan jemari dengan erat. Berusaha mengendalikan amarah tetapi tidak berhasil.

Dan akhirnya,

Bugh!

Jeffine menghampiri mereka, langsung menonjok pipi kanan Herman dengan keras. Sehingga membuat ujung sudut bibirnya berdarah.

"Itu buat lo karena seenaknya mengecup tangan Syerine!" teriak Jeffine emosi.

"Jeffine!" ucap Syerine yang tercengang kaget seketika bangkit dari duduknya. 

Kemudian Jeffine menarik paksa kerah baju Herman untuk berdiri.

Bugh!

"Ini buat lo karena masih berani bilang mau kembali jadi bagian hidup Syerine!"

"Cukup Jeff! Stop!!!" teriak Syerine histeris.

"Dari awal juga gue udah nggak yakin sama niat dia yang keliatan baik!" bentak Jeffine tegas.

Bugh!

"Dan yang ini buat lo karena gue nggak suka lo deketin Syerine lagi, berengsek!"

"Udah Jeffine!" cegah Syerine dengan menahan lengan lelaki itu.

"Lo jangan bego Syerine! Lo bisa-bisanya masih mau belain dia?!" amarah Jeffine sudah tidak terbendung, dia tidak sadar dengan siapa kini dirinya berbicara.

Tangis Syerine pecah, setelah mendapati ucapan kasar dari Jeffine. Baru pertama kalinya lelaki itu bersikap demikian.

Tanpa ada perlawanan kembali. Herman seperti pasrah menerima pukulan demi pukulan. Meski dia sampai jatuh tersungkur. 

Herman berusaha berdiri dengan nyeri yang masih terasa di wajah dan perutnya.

"Pengecut! Lo nggak mau kalo ada orang yang bikin Syerine nangis. Tapi lo nggak sadar kalo sekarang lo yang bikin dia nangis!" teriak Herman, menunjuk-nunjuk Jeffine kesal.

"Syerine," lirih Jeffine, "maaf Syer, aku cuma nggak mau kamu kenapa-napa."

Usaha Jeffine untuk menenangkan Syerine percuma. Gadis itu sudah terlanjur sakit hati dan semakin menangis tersedu-sedu.

Detik kemudian berujung terjadi perkelahian.

Herman mulai membalas amarahnya, dari yang semula dia hanya diam. Jeffine pun tidak mau mengalah terus melawan.

Separuh Langkahku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang