15. [Kode Maaf]

48 5 0
                                    

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Pencahayaan di sekitar tempat itu cukup redup. Jalanan terlihat sepi kendaraan yang berlalu-lalang. Lelaki yang masih mengenakan seragam batik sekolah, terlihat frustasi mengendarai motor.

Dia tidak berhasil mengikuti sosok misterius tersebut. Padahal dia sudah susah payah mengejar mobil yang ditumpangi sosok itu bersama bosnya. Namun dia cukup lega karena sempat mengingat plat kendaraan itu.

Bukan Jeffine namanya jika hanya diam tanpa bertindak. Jeffine akan terus mencari tahu kebenaran ini.

Kedua kalinya Jeffine merasa menyesal karena mengacuhkan Syerine dan gadis itu pasti akan kesal padanya. Tetapi Jeffine tidak mungkin menceritakan kebenaran yang terjadi. Khawatir jika malah membuat Syerine over thinking.

Walau Jeffine tidak sempat mengabarinya, Syerine tetap memberikan kabar jika sudah pulang dari RS. Jeffine selalu memandang gadis itu memang beda, dia beruntung bisa menjadi bagian dari kisah hidupnya. Sebelum pulang ke rumah, Jeffine pergi mengunjungi minimarket.

"Cewe lain kalo ngambek biasanya di kasih bunga atau di ajak shopping juga luluh. Tapi karena dia beda, jadi cuma susu kotak cokelat aja udah bikin seneng," monolog Jeffine dihadapan deretan susu kotak di sebuah minimarket. 

Selain itu, Jeffine juga membelikan beberapa cemilan untuk Ibu dan Kakaknya. Lalu menuju kasir akan menyelesaikan pembayaran.

"Totalnya jadi lima puluh ribu, Mas," ujar pelayan kasir itu.

Jeffine menyerahkan selembar uang dengan nominal yang sesuai.

"Ada tambahan lagi, Mas?" lanjutnya.

"Cukup itu aja Mba. Lebih baik cukup daripada kurang atau lebih," balas Jeffine seraya mengucapkannya dengan berirama.

Wanita yang menjadi kasir di tempat itu hanya terkekeh mendengar ucapan Jeffine. 

Setelah lelaki itu selesai berbelanja, dia segera melajukan motornya. Dia seakan menikmati angin malam yang berhembus kencang. Nyanyian darinya mengiringi perjalanan ini.







🐾🐾





"Syerine, di depan ada Jeffine," ujar Syalsa sedikit berteriak dari luar kamar anaknya.

"Bilangin aja Syerine lagi capek Ma, mau tidur lebih awal," sahut Syerine.

Syalsa hanya menghela napas berat lalu beranjak ke ruang tamu menemui Jeffine. Lelaki itu tampak lesu tetapi masih terlihat sisi ketampanannya. Syalsa tersenyum ketika tiba di hadapan Jeffine dan memberitahukan apa yang diminta putrinya. Lantas Jeffine menerima alasan itu dan mungkin saja memang benar pasti Syerine sedang kesal. Kemudian Jeffine memberikan bawaannya pada Syalsa untuk Syerine.

"Kalau begitu Jeffine pulang dulu Tan."

"Iya Jeff, emangnya kamu baru pulang sekolah? Kok masih pake seragam?" tanya Syalsa.

"Maaf Tan, ceritanya panjang, kali ini Jeffine belum bisa jelasin," cegahnya sopan.

"Ya sudah, kamu hati-hati ya."

Tak berselang lama, usai kepergian Jeffine. Gadis yang semula beralibi agar tidak bertemunya, kini berjalan cepat menuruni tangga. Penasaran dengan maksud kedatangan Jeffine.

"Tadi katanya mau tidur," ujar Syalsa.

"Hm, Jeffine tadi mau ngapain ke sini?" tanya Syerine lain.

Separuh Langkahku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang