9. Bertema Masa Lalu

389 113 4
                                    

6 Maret 2022

ZAR GILA, GUE NGEBUT KESINI. TERNYATA LO MALAH LAGI PACARAN! BAJINGAN LO!

___________

Udara malam yang dulu sering Sayang hirup, kini berhembus lembut menerpa kain tipis yang ia kenakan. Mata Sayang terpejam, menikmati setiap memori yang berputar acak.

Perlahan kesakitan yang sudah lama tak muncul kembali membuat bibirnya bergetar menahan rasa sakit di kepalanya. Sayang berjongkok, menjambak rambutnya keras, berharap rasa sakit yang menyebar ini mereda. Rintihan kecil keluar dari bibir mungil itu.

Air matanya menetes seiring dengan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Mengapa harus sekarang? Mengapa harus di saat dirinya ingin merasakan sebuah kebebasan? Mengapa Tuhan?

Sebuah motor supra keluaran lama, berhenti di hadapan Sayang, perempuan itu mendongak, mendapati wajah cemas seorang lelaki asing.

"Kamu kenapa?" Tanyanya sambil memegang bahu Sayang, ikut berjongkok.

Sayang menggeleng, ia tidak terbiasa mengadukan rasa sakitnya pada orang asing. Ia tidak mau tatapan kasihan semakin banyak menyorot padanya. Tidak ada yang perlu di kasihani dari tubuh ringkih ini.

"Ini minum dulu!" Lelaki itu menyerahkan sebotol air mineral baru pada Sayang.

Perempuan itu menengguk perlahan, kemudian menghembuskan napasnya pelan ketika rasa sakitnya sedikit berkurang. "Terima kasih!" Ujarnya lirih.

"Sama-sama. Kamu mau kemana? Biar saya antar." Lelaki bernapa Keanu ini memperhatikan wajah pias Sayang. Adiknya seumuran Sayang, melihat perempuan itu seperti melihat adik sendiri.

Sayang melirik jaket berwarna hijau kas dengan ojek online langganan. "Masih nerima orderan?" Tanya sayang.

"Gak usah bayar kok, saya ikhlas nganterin!"

Sayang berdiri, memperhatikan jalanan ibu kota yang masih ramai walau sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Hebat ya, dirinya mampu berjalan hampir setengah jam dari rumah. Bodohnya, tak terpikirkan memesan ojek online. Sekarang di mana dia berada?

"Anterin gue keliling-keliling aja gimana? Gue belum mau pulang."

Keanu melirik jam di ponselnya, "sudah pukul sebelas, nanti orang rumah nyariin!" Tolaknya halus.

"Gak. Gak bakalan. Jadi lo mau gak? Kalo gak ya udah makasih untuk yang tadi gue mau pesen ojek yang lain!" Usir Sayang.

Keanu mencegah Sayang menyalakan ponselnya, jiwa seorang kakak lebih besar menguasai saat ini. "Ok. Mau kemana?"

"Kemana aja, sampai mungkin gue bisa tidur!"

Senyum lebar Sayang begitu manis di mata Keanu menghangatkan kesedihan yang sempat lelaki itu rasakan. Mereka menikmati perjalanan tanpa arah ini dengan ocehan Sayang, atau sesekali candaan Keanu yang mengubah senyum menjadi tawa.

"Gue liat lo umur dua puluhan, kok ngojek sampe malem, besok gak kuliah?" Tanya Sayang.

Keanu tersenyum tipis, jangankan untuk kuliah, ijazah SMA-nya saja masih di tahan di sekolah karena belum mampu membayar tunggakan. Sempat terlintas ingin melanjutkan pendidikannya, langsung ia buang jauh-jauh. Adik-adiknya lah yang harus merasakan itu, sedangkan ia biarlah bekerja keras demi melihat mereka sukses kelak.

"Ia, umur saya baru kemarin dua puluh satu!" Ujar Keanu formal.

Sayang memukul pelan bahu Keanu, merasa geli dengan panggilan Saya dan kamu. "Lo anak ibu kota, manggilnya saya dan kamu? Kaku amat!" Lagi-lagi tawa renyah milik Sayang terdengar.

ZhicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang