13. Terluka.

425 102 5
                                    

Malam, semoga kalian sabar, ya ☺️
Selamat membaca cerita ku ini ❤️🤍

#timZhicoSayang
#timAbizarSayang

Sejauh ini kalian tim mana? Hehe. Abizar yang keren abesss, atau yayang Zhico si kalem dingin?

****

"Kamu temannya anak saya?" tanya Papi pada Zhico.

Sayang melirik Zhico. Perempuan itu penasaran dengan jawaban Zhico.

"Iya Om." jawab Zhico kalem.

"Sekelas?"

"Enggak!"

"Enggak, Om."

Sahut Zhico dan Sayang bersamaan. Membuat Papi melirik kedua remaja itu bergantian. "Kalian pacaran?"

"Enggak." Lagi, mereka menjawab dengan durasi yang sama.

"Saya hanya teman sekolah Sayang, Om." jelas Zhico tak ingin menambah ke salah pahaman.

Papi mengangguk. "Kamu peringkat berapa?" Dari penampilannya Zhico adalah lelaki cerdas.

"Alhamdulillah, pertama Om."

Papi kembali menganggukkan kepalanya. Sayang, semakin terpojok dengan jawaban Zhico. Apalagi, melihat ekspresi Papi yang kalem, membuatnya curiga.

"Nilai matematika, kamu berapa?"

Zhico merasa sedang tes masuk perguruan tinggi, namun rasanya tak sopan jika tidak menjawab pertanyaan orang tua. Mana, dirinya sedang menumpang.

"Yang paling terbaru, saya dapat 90, Om." Ada kebanggaan tersendiri saat menyebutkan nilainya barusan. Hasil dari belajar seminggu sebelum ulangan.

"Oh, beda delapan sama anak saya."

Sayang memutar bola matanya. Ternyata jiwa nyinyir dalam dirinya menurun dari Papi dan Maminya. Pantas saja, masalah labrak-melabrak ia suhunya.

Zhico menatap punggung Sayang. Ternyata perempuan itu hebat juga, padahal saat mereka mengerjakan ujian matematika, Sayang terlihat kebingungan.

"Nama ayah kamu siapa? Barangkali saya kenal."

"Ilham, om."

"Oh. Anaknya Ilham. Berarti rumah mu di blok C?"

"Iya. Om. Itu rumah saya yang di depan."

Sayang membuka kaca jendela mobil, menyembulkan kepalanya. Menatap mahluk yang ia kenal sedang jongkok bersama para kucing.

Abizar mendongak tatkala suara mobil berhenti di hadapannya. Matanya melotot melihat keberadaan Sayang yang tengah tersenyum jahat padanya.

"Ngpain lo? Lagi cari mangsa baru?" Sayang terkekeh.

"Siapa, ya? Saya tidak kenal anda." jawab Abizar datar. Padahal ia sedang menahan malu karena ketahuan bergosip dengan para kucing.

Sayang mendengus. Dasar laki-laki aneh!

"Sayang, om, terima kasih tumpangannya."

"Sama-sama." jawab Papi.

Sedangkan Sayang melambai pada Zhico dengan senyum merekah. "Salam buat Umma, dari calon mantu." Kalimat terakhirnya Sayang ucapkan dengan berbisik, agar Papi tidak mendengar.

Zhico menggelengkan kepala, aneh melihat perempuan semacam Sayang.

Ketika mobil milik Papi Sayang melaju, Zhico yang sedari tadi memperhatikan interaksi dua manusia bertolak belakang itu, menghampiri Zhico yang masih setia menatap mobil HRV warna hitam.

ZhicoWhere stories live. Discover now