14. Tragedi

249 72 2
                                    

Siang, teman-teman.
Bulan puasa kalian baca wattpad jam berapa?

Aku sengaja memperlambat alurnya, ya. Niatku mau 60 part lebih hehe.

Terima kasih sudah setia dengan cerita ini.

***

Malam minggu adalah malamnya anak muda. Seperti malam ini, sebuah rumah mewah di sulap menjadi tempat party. Pasang muda-mudi memenuhi ruangan utama, dengan berbagai gaya berbusana yang sedikit terbuka.

Galalea adalah alumni ketua genk motor di SMA Garuda, dengan kejayaan tinggi pada masanya. Galaksi saja sampai berdamai dan memilih menjadi rekan saat anak SMA luar kota menyenggol mereka.

Itu dulu, sebelum semuanya kembali seperti semula. Tak ada yang namanya rekan antar genk motor, semua ingin saling menguasai, dan mendapatkan popularitas.

Malam ini Galalea yang merayakan ulang tahunya, sekaligus perayaan sempro, mengundang seluruh teman-temannya dari berbagai kalangan. Anak Galaksi yang hits dan Galalea kenal tak luput mendapatkan undangan VVIP.

Mille menatap lekat Sayang. "Lo serius mau kaya gini?"

Sayang ikut mengamati pakaian yang ia kenakan. Alisnya terangkat satu. "Apa yang salah?"

"Banyak!" Sahut Diana dan Mille bersamaan.

"Kaos rombeng, celana hot pants, rambut cepol. Lo mau tidur apa party?"

"Tadinya kan gue mau tidur. Lo yang maksa ajak gue ke sini."

Diana mengangguk. Lalu berkata, "Iya juga, si. Tapi, lo salah kostum banget." keluhnya.

Setelah berhasil melabui Sahrini, dan untungnya Papi tidak pulang. Sayang tanpa persiapan mengikuti kedua sahabatnya ke sini.

"Ya udah, gue balik aja." Sayang melangkah keluar dari kamar mandi yang Galalea siapkan untuk tamu.

"Masa, lo gak mau ngucapin ke Bang Galalea? Dulu, lo hampir jadi saudaranya dia." sindir Mille.

"Kalo gak putus sama Zinidan." lanjut Diana dengan cengiran.

Bola mata Sayang memutar dengan cepat. Gendang telinganya alergi dengan nama itu.

"Siapa si Zinidan. Gak kenal gue." ujar Sayang dengan bibir mencebik.

"Gue, Prapanca Zinidan, kenalan dulu kalo lo amnesia." Suara berat milik lelaki itu membuat tubuh Sayang menegang.

Perempuan itu mengigit bibir dalamnya, menahan denyut sakit di ulu hati. Ujung kaos miliknya menjadi pelampiasan penyaluran emosi.

"Apa kabar Jelita?"

Pertanyaan Zinidan membuat Sayang memejamkan matanya. Desiran aneh itu kembali hadir.

"Ngapain lo?" Mille menatap Zinidan sengit. Menghalangi Zinidan mendekati Sayang.

"Gue liat Kartika ada di sini. Sana, jangan ganggu sahabat gue!" Ancam Mille.

Sedangkan Diana membawa Sayang menjauh dari lelaki yang paling mereka hindari itu.

Wajah milik Sayang seperti orang linglung, pucat tanpa rona. Tangannya pun begitu dingin saat Diana sentuh.

"Minum dulu, lo panik banget tadi. Maaf ya, kita gak persiapin hal ini." Diana memberikan segelas air pada Sayang.

Perempuan itu menggeleng menolak minum yang Diana berikan. Mimpi buruknya pasti akan hadir lagi setelah ini. Dirinya juga salah, so kuat dan terlalu menggampangkan semuanya. Padahal di sini, terlalu banyak masa lalunya.

ZhicoWhere stories live. Discover now