12. It's okey

277 77 0
                                    

Hai, aku balik lagi. Gimana, masih ada yang baca cerita ini?

Maaf ya, aku gak menepati janji bisa up tiap hari. Bulan puasa semoga aku bisa lebih sering up :)

Sehat-sehat kalian.

***

Sayang menatap lekat tubuh tinggi milik Zhico dari atas rooftop, sesekali senyumnya terbit tak kala lelaki itu tertawa dengan bahagia karena berhasil mencetak gol.

Tubuh berkeringat, dengan rambut yang acak-acakan, bahkan kaos futsalnya yang basah membuat bayang-bayang perut kotak-kotak itu terlihat samar. Jika seperti ini Sayang bisa melihat sisi bad boy dari Zhico- hafidz bersuara merdu itu.

"Ck!" Sayang berdecak kesal tatkala seseorang mendorong tubuh Zhico dengan sengaja. "Main gak pake otak!" Kesalnya.

"Ya, tapi emang gak pake otak si, namanya juga main bola!" ralat Sayang.

Jam pulang sekolah sudah berakhir satu jam yang lalu, namun Sayang memilih untuk menghabiskan batang rokok yang masih tersisa. Di rumah, merokok sama saja menyerahkan diri untuk Papi siksa.

Paru-parunya sekarang sudah menunjukkan gejala, rewel. Sesak napas jika Sayang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari. Tapi, sudah tau membunuh malah semakin candu.

Seperti senyum Zhico, candu. Walau, tatapan matanya kadang membuat Sayang menggigil karena terlalu dingin.

"Gila-gila. Gak mungkin gue ter Zhico-Zhico." Perempuan itu memukul kepalanya. Menyangkal perasaan yang membuatnya denial.

Suara pintu rooftop yang terbuka membuat Sayang menoleh. Takut-takut yang membuka pintu adalah Pak Cahyono-- guru galak berkumis itu.

"Lo ngapain, merekam gue?" tanya Sayang dengan nada menuduh.

Zulfa buru-buru memasukkan ponsel miliknya, wajahnya terkejut.

"Aku gak tau kalo ada kakak di sini." ujarnya gugup.

Sayang mengangguk, mencoba mempercayai ucapan siswa cupu penuh masalah itu. Untuk saat ini!

"Ngapain ke sini mau ngerokok juga?" tanya Sayang sambil mengepulkan asap rokok ke wajah lugu milik Zulfa.

"Uhuk-uhuk!" Sayang tersenyum tipis melihat Zulfa batuk karena asap rokok miliknya.

"Lo anak baik-baik, ya? Kena asap rokok dikit bengek."

Zulfa menggeleng, "Di rumah gak ada yang merokok. Jadi, gak terbiasa aja, Kak."

"Yang tadi jawab pertanyaan gue!" tegas Sayang. Ia seperti kakak kelas yang sedang melabrak juniornya.

Dia melirikku takut-takut, kemudian menggelengkan kepalanya. "Aku--"

"--nunggu jemputan!"

Oh!

Pemandangan di bawah sana lebih membuat mata Sayang terasa di beri vitamin super, jadi perempuan itu kembali memfokuskan pandangannya pada Zhico.

Awalnya hanya iseng mengklaim bahwa lelaki itu adalah jodohnya, namun bodohnya, Sayang malah terjebak dengan perasaanya sendiri.

Sayang menggeleng, mengenyahkan pikiran kotor itu. Dia Zhico, laki-laki suci Sayang tidak boleh menodainya, tapi mengapa iman Sayang yang tipis ini semakin tergoda mendekati Zhico secara intens?

Wah, isi kepala Sayang seperti wanita yang akan mengatakan cinta terlebih dahulu. sepertinya kebodohannya sudah naik dua level, stadium akhir!

"Dan, hanya Zhico yang bisa menyelamatkan kewarasan ini!" ujar Sayang dalam hati diiringi senyum.

ZhicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang