Part 53

1.8K 184 3
                                    

Dinda Pov

Sekarang kami di rumah Bu Dian. Aku sangat senang disini, karena aku berasa punya kakak perempuan. Kak Sinta, anak Bu Dian sangat ramah dan pintar. Aku banyak belajar pelajaran yang tak ku pahami darinya.

"Kakak mau masak makan malam kalian mau ikut?" Ajak Kak Sinta.

Aku dan Ninda mengiyakan. Tak lupa aku izin ke papa mama untuk membantu Kak Sinta masak.

"Jangan kerjain yang gak bisa ya. Biar Kak Sinta nya aja yang kerjain kalau kalian gak bisa" Pesan mama.

"Mau masak apa kak?" Tanya Ninda.

"Malam ini mau masak ini Nin, sambel ikan lele sama tumis toge" Jawab Kak Sinta.

"Aku gak suka toge. Wlee" Ucapku.

Kak Sinta dan Ninda langsung tertawa melihatku.

"Iya tuh Kak Dinda gak suka toge kak. Di rumah aja kalau mama atau papa makan toge dia yang muntah" Lanjut Ninda sambil tertawa.

"Haha kamu Din. Toge itu banyak manfaatnya loh" Aku hanya bergidik ngeri dengar ucapan Kak Sinta.

Aku membantu Kak Sinta memotong bawang dan Ninda membantu menggoreng tempe, tahu dan ada sosis juga. Tadi aku bilang ke Kak Sinta kalau Nanda dan Drian itu makan malamnya biasanya sosis goreng. Kak Sinta juga punya persediaan sosis jadi kita eksekusi sekalian.

Magrib

Adzan magrib sudah berkumandang. Papa dan Nanda juga sudah pergi ke masjid dekat sini. Di rumah sekarang ada mama, Bu Dian, kakeknya Kak Sinta, Kak Sinta, Ninda, Drian dan aku.

Drian memang tidak ikut papa karena dia tidak seperti Nanda, penurut. Bisa-bisa papa gak jadi sholat kalau bawa Drian.

"Mama wudhu bareng kakak aja" Ajakku.

Mama ikut aku ke kamar mandi Bu Dian yang berada diluar dan tidak menyatu dengan rumah.

"Mba nanti bareng Kak Sinta aja" Kata Ninda.

Aku dan mama mengiyakan dan kami mulai berwudhu.

Kami sholat berjamaah dengan mama dan Kak Sinta. Bu Dian tidak ikut karena menjaga Drian sebentar baru nanti gantian sholat.

Selesai sholat mama mengasuh perutnya keram. Langsung Bu Dian bawa mama ke kamarnya untuk beristirahat.

Nayya Pov

Selesai sholat magrib aku merasa pergerakan didalam perutku begitu kuat. Akhirnya perutku keram lagi.

"Tolong ambilin obat mama di dalam tas mba" Kataku ke Ninda yang menemani di kamar. Sedangkan Bu Dian menjaga Drian diluar dan Dinda membantu Sinta menyiapkan makan malam.

Ninda membawakan obatku dan tak lupa mengambilkan ku air hangat.

"Mama kenapa?" Tanya Nanda yang baru saja pulang sholat dari masjid.

Aku berusaha tersenyum agar Nanda tidak khawatir.

"Kamu jangan buat mama sakit dong, kasian sama mama sakit mulu" Ucapnya ke arah perutku.

"Mama gak papa, adeknya cuma gerak aja sama kayak abang dulu didalam perut mama" Jawabku.

"Abang dulu juga buat mama sakit ya waktu didalam perut mama?" Balik tanya nya.

Aku seperti salah bicara dengannya. Nanda anak yang cerdas sehingga kalau berbicara harus hati-hati dengannya.

"Bukan gitu bang, maksud mama adek tuh sama kayak abang waktu didalam perut mama. Kalian sama-sama gerak-gerak" Jelasku.

Nanda mendekat dan naik ke ranjang.

"Maafin abang ya kalau pernah buat mama sakit. Abang janji akan selalu jagain mama, Kak Dinda dan Kak Ninda" Katanya.

"Lah papa, Abang drian sama adek bayi gak dijagain?" Mas Rayyan baru saja masuk.

Ninda pamit keluar untuk membantu Dinda dan Sinta.

"Ya kan papa cowok, Abang drian cowok dan adek bayi abang gak tau cowok apa cewek. Kalau cowok bisa jaga diri sendiri, kalau cewek abang jagain juga" Celotehnya.

Akhirnya kami bertiga tertawa dikamar. Perutku sedikit pulih dan tidak terlalu sakit lagi.

"Maaf mba dipanggil ibu diajak makan malam dulu" Ucap Sinta yang berdiri dibalik tirai.

Aku dibantu Mas Rayyan turun dari ranjang dan kemudian kami makan bersama. Bu Dian tidak memiliki meja makan jadi kami makan dilantai beralaskan tikar.

Selesai makan kami bercengkrama sebentar sebelum pulang.

"Naik kelas 12 kan Sin?" Tanyaku.

"Iya mba" Jawab Sinta.

"Lulus nanti ada rencana kuliah gak?" Tanya Mas Rayyan.

"Mau cari kerja kak, bantu ibu kasian udah tua kerja sendiri" Jawabnya.

"Kamu apa gak kuliah aja Sin?" Tanyaku lagi.

Sinta tak menjawab dan hanya menggeleng.

"Gak punya biaya nak mau kuliah" Bu Dian yang menjawab.

"Ambil beasiswa gitu bisa kok Bu, nanti waktu kelas 12 rajin cari informasi beasiswa aja. Sayang banget ini Sinta pintar, kalau gak diterusin kuliah ilmunya gak nambah" Kata Mas Rayyan.

"Iya Sinta coba aja nanti cari-cari info beasiswa" Sambungku.

"Iya kak, mba nanti aku coba cari-cari. Sekalian yang bisa kuliahnya sabtu minggu, jadi senin sampe jumatnya bisa kerja bantu ibu" Jawabnya.

Aku dan Mas Rayyan hanya sepandangan saja.

"Kakak nanti mau kuliah dokter boleh ma?" Tanya Dinda padaku.

"Boleh dong, bagus kalau kakak mau kuliah dan jadi dokter. Dokter itu salah satu profesi yang mulia, membantu orang yang sakit" Jawabku.

"Kalau mba mau kuliah juga kan?" Tanyaku ke Ninda.

"Iya mba mau kuliah juga tapi maunya kuliah guru kayak mama dulu" Jawab Ninda.

"Kuliah keguruan itu banyak unitnya mba. Ada ke guru paud namanya PGPaud, ada guru SD namanya PGSD dan ada guru umum. Dan mata pelajarannya juga 1 yang diambil untuk jadi jurusan. Mama kemaren kan ambil PGSD dan jurusan bahasa Indonesia" Jelasku.

Ninda nampak hanya diam dan sepertinya bingung.

"Gak jadilah jadi guru, mau jadi dokter aja kayak kakak" Kami sontak tertawa bersama mendengarnya.

Be A StepmotherWhere stories live. Discover now