Part 97

1.5K 208 10
                                    

Rayyan Pov

Tidak habis pikir aku dengan sikap mama. Mama sangat berubah semenjak kehamilan Mba Nana. Seperti yang ku katakan sebelumnya, kalau Kak Rehan adalah anak emas mama. Mungkin karena semangat akan dapat cucu dari Kak Rehan apalagi kembar dia mengabaikan Nayya dan anak-anak ku.

Aku dan Nayya pulang ke rumah kami sendiri. Aku yang meminta karena aku tidak mau merepotkan bunda.

"Kalian jangan ada yang ke rumah nenek tanpa seizin papa" Ucapku pada keempat anak ku.

"Dinda juga malas pa ke sana" Jawab Dinda.

"Apalagi aku, enak aja ngomongin mama. Aku lebih sayang mama daripada dia. Bela terus aja calon cucu kesayangannya itu. Syukur-syukur kalau hidup tu anak lahir" Ucap Ninda.

Aku dan Nayya kaget dengan ucapan Ninda. Itu sudah kelewat tidak sopan.

"Gak boleh ngomong begitu mba" Tegur Nayya.

"Habisnya kesal aku" Jawabnya.

"Abang juga gak mau ke sana lagi." Potong Nanda.

"Aku juga. Nenek aku cuma nenek bunda" Drian ikut menambahkan.

Aku hanya diam saja dan melihat ke arah Nayya. Nayya juga diam dan tak menanggapi ucapan anak-anak.

Nayya Pov

Entah apa kesalahan yang sudah ku buat sehingga mama begitu marah. Aku sadar kalau memang aku yang salah minta Mas Rayyan keluar malam-malam hanya demi untuk membelikan yang ku mau.

"Ayok tidur udah larut" Ajak Mas Rayyan.

"Kalian juga tidur ya" Anak-anak menurut.

"Maafin sikap mama ya, aku tahu kamu pasti kesinggung dengan ucapan dan sikap mama" Ucap Mas Rayyan.

Aku tidak mau membahas masalah ini, sakit rasanya kepalaku kalau memikirkannya.

2 Bulan Kemudian

Usia kandunganku sudah genap 38 minggu. Kata Mba Mira kalau tidak ada kontraksi selama 2 hari ke depan terpaksa aku harus sesar lagi. Aku tidak mau sesar karena sakit sesar lebih sakit dari lahiran normal.

"Temenin mama jalan itu" Suruh Mas Rayyan ke Dinda dan Ninda.

Mereka dengan cepat memegang kedua tanganku kiri-kanan. Mereka menggandeng agar aku tidak berjalan terlalu cepat.

"Kelapa nya nanti aku bukain pas kamu pulang aja ya" Kata Mas Rayyan.

Aku selalu minum kelapa muda mulai dari usia kandungan 7 bulan. Ini saran dari bunda dan sudah ku terapkan mulai dari hamil Nanda. Hasilnya Nanda, Drian dan Nada lahir dengan kulit putih bersih dan sampai besar tetap putih.

Kami berjalan kecil disekitar kompleks. Sekedar untuk mencari keringat sore dan untuk mempermudah proses lahiranku nanti.

"Hai Bu dokter jalan sore nih" Tegur seorang tetangga.

"Eh iya Bu" Sapa ku balik.

"Asik tuh ditemani anak-anak gadis yang cantik-cantik. Boleh tuh saya jadikan mantu salah satunya" Sahut si suami ibu ini.

Dinda dan Ninda mulai salah tingkah dan senggol-senggolan.

"Haha mau yang mana pak?" Ucapku membalas candaannya.

"Yang mana aja deh Bu, 22 nya juga boleh anak saya 2 juga laki-laki" Canda bapak itu.

Aku dan istri si bapak tertawa, sedangkan Dinda dan Ninda masih senggol-senggolan karena salah tingkah.

Sampainya di rumah hari sudah menunjukkan pukul 6 kurang. Aku bersih-bersih dan bersiap untuk sholat magrib.

"Papa itu mah ih malah jodoh-jodohin mba ke anak tetangga" Adu Ninda ke papa nya saat kami tengah berkumpul.

"Haha cuma becandaan mba gak beneran kok" Jawabku sambil sedikit tertawa.

"Mama becanda itu anak bapaknya serius" Sahut Dinda.

"Eh serius?" Ucapku.

"Iya itu anaknya yang 1 sekelas sama mba memang dari dulu suka gangguin mba" Jawab Ninda.

"Iya mama ih. Anaknya yang satu lagi juga satu sekolah sama kakak. Tambah deh nanti dia gangguin kakak di sekolah" Gerutu Dinda.

"Jadi marah nih ke mama?" Tanya ku menggoda mereka.

Mereka mendekatiku dan memelukku kiri kanan.

"Gak kok ma, kita gak ada marah sama mama" Ucap keduanya.

"Aduh! Akh! Sakit! Bentar-bentar" Dinda dan Ninda melepaskan pelukannya.

"Kenapa?" Tanya Mas Rayyan panik.

"Sakit mas" Ucapku.

"Mama" Ucap Ninda ketika tangannya yang disofa basah karena air ketuban ku.

"Ambik koper mama di kamar yang ungu kak" Dinda langsung ke kamar bersama Ninda.

Mas Rayyan memapahku untuk ke mobil. Nanda dan Drian sudah dititip ke Bu Ina.

Rumah Sakit

Sakit perutku tidak terlalu lagi. Kadang sakitnya muncul dan kadang hilang. Aku sudah tidak memakai bawahan karena kata Mba Mira pembukaan hampir sempurna.

"Kakak sama mba pulang aja. Besok pagi ke sini lagi ajak Abang sama Drian" Suruh Mas Rayyan ke mereka.

Hari sudah menunjukkan pukul 11 malam. Diruangan ini ada Mas Rayyan, Dinda, Ninda, Adam dan Rara.

Mama jangan ditanya dia tidak akan datang karena ada acara syukuran 7 bulan Mba Nana.

Papa Mas Rayyan, Bunda dan papa ku memang tak ku suruh ke rumah sakit. Nanti saja pas masuk ruang bersalin baru disuruh datang.

"Gimana? Udah mules lagi?" Tanya Mba Mira yang baru saja datang.

Aku hanya menggeleng. Sengaja ku simpan tenagaku untuk nanti bersalin. Belajar dari pengalaman, kalau aku banyak gerak dan bicara pas nanti bersalin tenagaku tidak maksimal.

"Kita pindah ke ruang bersalin ya" Ucap Mba Mira dan kemudian 2 perawat membantu mendorong ranjangku.

Mas Rayyan sudah ku suruh mengabari bunda dan papa. Sedangkan Rara juga mengabarkan papanya.

Dinda dan Ninda sudah pulang diantar Adam. Aku minta tolong Adam menginap di rumah untuk menjaga anak-anak.

Ruang Bersalin

"Nay kita akan mulai proses persalinan. Kamu rileks dan jangan tegang. Ini bukan anak pertama kan ya jadi kamu udah tahu gimana agar anakmu cepat lahir" Aku mengangguk sambil Mba Mira memposisikan kaki ku untuk ditekuk.

Mas Rayyan sudah siap dengan menggenggam tangan kiriku. Sedangkan tangan kananku berpegang pada besi ranjang ini.

"Bismillahirrahmanirrahim. Mulai" Ucap Mba Mira.

"Uh uh uh. Aaaaa! Sakit Mas!" Keluhku sesaat setelah mengedam sekali.

"Ambil napas terus dorong satu napas ya Nay" Ucap Mba Mira.

"Aaaaa!" Terakhir aku mengedan.

Wallahu'alam kuasa Allah. Hanya dengan 2 kali mengedan bayiku lahir.

"Oek! Oek! Oek!" Suara tangis bayi memecah ruangan.

Mas Rayyan mencium keningku dan mengucap terima kasih. Aku hanya hanya tersenyum sambil menetralkan napasku.

"Terima kasih mama" Ucap Mas Rayyan mengusap keringat didahiku dan mengecupnya.

Bayiku lahir dengan selamat dan sehat serta tak ada kekurangan apapun. Dan sama seperti kakak-kakaknya dia terlahir bersih putih tanpa selaput menutupi tubuhnya. Bahkan belum dimandikan pun badannya bersih hanya sedikit darah menempel.

Tak lama badannya berubah kemerahan karena menangis. Wajah, tangan dan kaki nya memerah.

Mba Mira membersihkan bagian bawahku dan menjahitnya. Ada sedikit robekan akibat lahiran tadi, karena posisi lahir bayiku menyamping.

Be A StepmotherOnde histórias criam vida. Descubra agora