Part 98

1.6K 231 19
                                    

Rayyan Pov

Aku sangat bersyukur kepada Allah dan juga sangat berterima kasih kepada istriku. Anak ke enamku lahir dengan selamat dan sangat sehat. Berat badan dan tingginya juga normal.

Nayya sekarang sedang dibersihkan oleh Mira. Tinggal menunggu beberapa jam lagi akan dipindahkan ke ruang rawat.

Kali pertama Nayya melahirkan dimalam hari dan tepat ditengah malam. Sebelumnya sempat bingung anak ku lahir jam berapa karena kalau lewat sedetik saja sudah beda tanggal lahir.

Kuasa Allah ternyata tepat pukul 00 dia lahir. Itu artinya dihitung bisa hari ini atau hari esok. Tapi menurut pendapat papaku dan papa Nayya, dia lahir ditanggal besoknya.

Jadilah anak ke enamku lahir pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2015.

"Aduh dek kenapa gak 3 hari lagi lahirnya pas sama kemerdekaan Negara kita" Ucapku yang menggendong bayi mungil ini.

Bayi ini sudah ku ikhomahkan. Ya, dia perempuan. Betapa sangat senang Nayya karena seperti mendapat pengganti Anada.

"Kita pindah ruangan ya Ray" Ucap Mira.

Aku mengangguk dan meminta ke perawat agar aku yang menggendong sendiri bayiku menuju ruangan Nayya.

Bayi kami masih anteng tertidur digendongan ku. Sedangkan Nayya juga masih tertidur karena kelelahan.

Pagi Hari

Pagi pertama untuk bayi mungilku. Dia masih saja tertidur tanpa merasa terganggu dengan suara ribut diruangan ini.

Sekarang jam menunjukkan pukul 8 pagi. Aku praktek nanti jam 9, dan nanti juga ada bunda dan Rara yang menemani Nayya di sini.

Awalnya anak-anak tidak mau sekolah karena mau langsung ke rumah sakit melihat adik baru mereka. Tapi ku ancam harus sekolah baru ke rumah sakit. Akhirnya mau juga mereka berangkat diantar Adam.

"Belum bangun Mba Nay nya kak?" Tanya Rara padaku.

"Kelelahan Ra, bentar lagi juga bangun. Ini bayi juga masih anteng tidur padahal belum minum asi mamanya dari malam tadi" Aku menggosok pipi anak ku yang tertidur di box samping Nayya.

Nayya Pov

Aku terbangun setelah rasanya lama sekali aku tertidur. Yang ku lihat pertama kali adalah perutku yang sudah kempes. Aku merabanya dan tersenyum. Akhirnya aku bisa melahirkan bayiku dengan selamat.

"Mba udah bangun?" Rara mendekatiku.

"Bentar aku panggil Mba Mira ya" Rara melangkah keluar.

Disini ada bunda juga yang lagi menimang anak ku.

"Eh mama nya udah bangun itu, mau mimik ya iya? Kita ke mama ya" Bunda mendekat sambil membawa bayiku.

Dari dia lahir tadi malam aku belum sempat melihat dengan jelas wajahnya. Karena habis lahiran aku capek dan pingsan.

Bunda menyerahkan bayiku dan aku menerimanya.

"MasyaAllah cantiknya nak" Ucapku ketika dia sudah berada didekapan ku.

"Iya cantik banget ini Nay. Mirip sama kamu" Ucap bunda.

"Iya ma mirip Nay ya. Tapi anak-anak semua bibirnya mirip Mas Rayyan ya ma" Ucapku memperhatikan bibirnya yang agak tebal dibawah tapi tipis diatas, persis bibir Mas Rayyan.

"Gak papa yang penting ganteng-ganteng dan cantik-cantik anak kalian" Jawab bunda.

Bayi ini menggeliat saat ku gendong. Dia mengedipkan matanya beberapa kali sambil mengarah padaku. Aku tahu mata bayi baru lahir pasti belum fokus alias masih blur.

"Susuin Nay" Suruh bunda.

Ku keluarkan salah satu payudara dan mulai menyusuinya. Aku sudah telaten untuk hal ini karena sudah pengalaman 2 anak.

"Papa di mana bun?" Tanya ku.

"Papa ngantor lah Nay. Nanti siang jam istirahat katanya ke sini" Jawab bunda.

Anak ini menyusu dengan kuat dan memang sepertinya sangat lapar. Secara dari tengah malam lahir belum juga menyusu sampai sekarang.

Sore

Dinda Pov

Alhamdulillah hari ini adik ke enamku lahir. Aku mendapat kabar dari papa saat tadi pagi. Awalnya kami berempat minta untuk bolos, tapi papa tidak mengizinkan.

Inilah jam yang ku tunggu, jam pulang sekolah. Itu artinya aku bisa bertemu adik baruku. Walaupun aku sudah kelas 2 SMA tapi aku masih sangat excited dengan adik baru ku.

Hari ini yang bertugas menjemput kami adalah Om Adam. Om Adam sangat baik pada kami. Kalau mama dan papa ada hal penting dia orang pertama yang bertugas menjaga kami.

Saat masuk mobil sudah ada Ninda, Nanda dan Drian.

"Balik tukar baju sama beli makan baru ke rumah sakit ya. Jangan bantah ini pesan mama kalian" Ucap Om Adam sebelum aku membuka mulut.

Kalau sudah mendengar ini perintah mama, mau tidak mau harus kami ikuti.

Sampai di rumah kami berganti baju dengan kilat kemudian masuk lagi ke dalam mobil Om Adam.

"Let's go Om" Ucap kami bersama.

Tidak lupa mampir bentar ke MacD untuk membeli makan. Aku dan Ninda cuma mesan burger karena memang tidak begitu lapar. Kalau Nanda dan Drian mereka mesan ayam. Apalagi kalau bukan itu.

Sampai di parkiran rumah sakit kami keluar seperti orang yang baru tiba ditempat rekreasi.

Aku sudah tahu kamar mama dimana dan langsung menuju ke sana.

"Assalamualaikum!" Ucap kami berempat.

Mama terlihat sedang tidur dan adik kami juga tidur.

"Pelan-pelan mama sama adik kalian baru aja tidur" Ucap nenek bunda.

Disini ada Tante Rara, Tante Nana dan nenek bunda.

Aku tidak terlalu memperdulikan Tante Nana, karena bagaimanapun gara-gara dia nenek jadi gak suka mama.

"Liat adik boleh kan nek?" Tanya ku ke nenek bunda.

Dia mengangguk. Aku bersama ketiga adikku mendekati box bayi.

Didalam sana terlihat seorang makhluk kecil yang lucu berbalut bedong ungu. Wajahnya mirip dengan mama sangat cantik dan putih bersih.

"Wehh putih Abang Nanda kalah sama adek bayi" Ucap Drian.

Diantara kami memang Nanda yang paling putih dan Drian yang kulitnya agak gelap. Bukan hitam tapi diantara kami kulitnya agak gelap.

"Haha iya bang, putihnya abang ada yang nyaingin" Ucap Ninda.

"Aduh gak bisa pamer putih lagi dong" Tambah ku.

"Apaan sih kak, mba dan kamu Drian. Gak papa putihan adek dari abang yang penting dari kalian abang paling putih. Wlee" Ejeknya pada kami.

Kami pun tertawa di depan box bayi. Mungkin karena tawa kami yang kekencengan jadi bayinya bangun.

"Oek! Ooek!" Tangisnya.

Aku dan ketiga adikku terdiam.

"Aduh kan bangun adeknya. Udah duduk dulu disana" Suruh nenek.

"Bun" Mama juga terbangun karena mendengar suara adek.

"Eh kalian disini. Udah makan?" Tanya mama.

"Sholat udah?" Kami menggeleng.

"Ya udah sholat dulu baru main sama adeknya" Suruh mama.

Kami menurut dan keluar mencari mushollah untuk sholat ashar. Aku juga baru ingat kalau tadi pulang cuma ganti baju terus pergi langsung.

Be A StepmotherWhere stories live. Discover now