Part 88

1.6K 215 9
                                    

Rayyan Pov

Hari ini aku, Nayya dan anak-anak kumpul di rumah bunda. Dinda tidak ikut katanya ada tugas sekolah, tapi aku yakin itu cuma alasan karena dia masih gak enakan sama Nayya.

"Nginap aja sini kalian" Suruh bunda.

"Iya nginap aja, tante besok pagi pulangnya" Sambung Tante Tania.

"Maunya gitu tante, tapi kasian Dinda di rumah gak ada temennya kalau kita nginap sini" Tolak Nayya halus agar tak menyinggung bunda dan tantenya.

"Oh iya ya yang sulung ditinggal" Ucap Tante Tania.

Sehabis magriban bersama kami untuk pulang. Tapi tak lupa mampir dulu ke warung sate soalnya Nayya pengen sate Madura.

"Suka banget ya ma?" Tanya ku ke Nayya yang lagi lahap makan sate.

Anak-anak juga pada makan karena memang suka juga. Lain denganku aku tidak terlalu suka sate Madura, aku lebih suka sate Padang.

Aku juga memesan sate tapi hanya satenya saja tanpa lontong sama seperti Nayya.

"Mau es boleh gak pa?" Tanya Drian.

"Es apa?" Tanya ku.

"Abang lagi pilek jangan ah" Sahut Nayya.

Aku langsung menggeleng pada Drian. Kalau Nayya sudah melarang itu artinya tidak sama sekali. Gawat kalau Bu boss dilawan.

"Dikit aja" Rengek Drian.

Nayya langsung melotot ke arahnya dan sudah pasti Drian diam tak merengek lagi.

"Bungkus 1 untuk kakak mas" Kata nya.

Nayya memang selalu ingat anak-anak. Walaupun dia ada kecewa dengan Dinda tapi tetap apapun itu harus adil ke semua anak.

"Kenapa masih dipikirin sih ma, dia aja gak mikirin perasaan mama" Ucap Ninda.

Sepertinya Ninda begitu kesal dengan kakaknya. Tak menyalahkan Ninda karena sikap Dinda membuat Nayya jadi sedih dan kecewa.

Untuk kasus toko roti Nayya itu masih dalam tahap konfirmasi. Polisi menunggu konfirmasi dari Nayya untuk proses penangkapan.

"Eh Ray kita ketemu disini" Aku dan yang lain kaget ternyata yang menyapa kami Dina.

Tidak tahu malu betul perempuan ini. Apa dia belum tahu kalau dia sedang jadi incaran polisi.

"Ngapain kamu ke sini?" Tanya ku malas.

"Gitu amat sih Ray, mentang-mentang ada istrinya jadi belagak acuh gini. Takut istrinya marah ya" Lagi kata Dina memancing emosi Nayya.

Nayya masih terlihat tenang sambil menunggu pesanan sate kami.

"Eh ini Ninda kan ya anak Meli. Kakak kamu mana kok gak ikut?" Dina ingin mengusap kepala Ninda.

"Gak usah pegang-pegang saya lagi gak mood buat mensucikan najis" Ucap Ninda kasar.

Nayya langsung melototi Ninda. Bagaimanapun kata-kata Ninda keterlaluan.

"Wow mantep banget ajaran mama tiri kamu ya. Sama orang lebih tua ngomongnya gitu" Ujarnya.

"Bisa diem gak? Dan ingat saya bukan anak Meli. Mama saya hanya wanita yang ada didepan saya ini. Saya tidak punya ibu berhati iblis" Cetus Ninda lagi.

Nampak tangan Nayya menggenggam tangan Ninda agar dia bisa tahan emosi.

"Ngapain sih ke sini? Mau dorong mama lagi?" Tanya Drian tiba-tiba.

"E eh enak aja. Kalian diajarin bohong ya sama mama kalian ini. Ihh astaghfirullah kamu tega ya Nayya fitnah saya" Gedeg kupingku dengarnya.

"Gak usah berdalih, mau kami balas dorong seperti hari itu? Saya masih sopan ya, tapi gak tahu beberapa menit ke depan kalau tante gak pergi saya bisa kurang ajar sekurang ajarnya anak dibumi ini" Ucap Nanda dengan nada dingin.

Sorot mata Nanda menampakkan kemarahan tapi dia berbicara dengan tenang. Memang sangat berbeda anakku yang satu ini. Sifat Nayya sangat kental turun padanya.

"Ini pak satenya. Total jadi 300, makan disini 275 sama dibungkus satu jadi pas 300" Penjual sate memberikan bungkus sate padaku.

"Ada ambil yang lain gak tadi? Kripik?" Tanya ku ke anak-anak.

"Mba ambil 2" Sahut Ninda.

Sedangkan Nanda dan Drian menggeleng. Selepas habis membayar Dina belum juga pergi dari sini. Dia terlihat seperti tidak punya salah pada Nayya. Aku yakin dia belum tahu kalau bakal diciduk polisi.

"Ayok mas kita pulang" Ajak Nayya. Dia menarik tanganku.

Tapi belum sempat dia berdiri Dina sengaja menyenggolnya jadi dia terduduk kembali ke kursi.

"Aws!" Ringis Nayya.

Nanda dan Drian yang melihat itu langsung berdiri dan mendorong Dina hingga tersungkur dibelakang tukang sate.

"Eh neng hati-hati kalau jalan" Tukang sate ini membantunya berdiri.

"Dasar anak kurang ajar" Dia berdiri dan hendak mendekati Nanda dan Drian.

"Gak punya sopan santun, gak punya tata krama, gak punya .."

"Gak punya attitude!" Sahut Nanda cepat.

"Itu juga yang anda katakan saat anda memaki mama saya di rumah kami. Anda mengatakan saya dan adik saya tidak memiliki attitude karena mendorong anda. Apa bedanya kami dengan anda? Kami hanya meniru apa yang anda lakukan. Terlebih lagi anda mempraktekkan ke mama kami, kami tidak terima kami anaknya akan terdepan melindunginya. Terus anda juga berkata papa kami kalau bertemu anda duluan pasti tidak akan menikahi mama kami. Oh anda salah besar, papa kalau mau dengan perempuan ini silakan pergi dengannya dan tinggalkan mama kami. Kami bisa menjaga mama dengan sekuat tenaga kami" Aku kaget mendengar ucapan dari mulut bocah 9 tahun ini.

"Papa akan tetap memilih mama dan kalian. Untuk kamu Dina, aku minta kamu pergi dari sini. Aku masih baik-baik bicara sama kamu, jangan sampai aku pake kekerasan" Dina terdiam mendengar ucapanku.

Mungkin dia tidak ekspektasi kalau aku akan berkata demikian dan mengusirnya.

"Udah mas jangan dilayani. Abang juga ayok masuk mobil" Perintah Nayya ke anak-anak.

"Mama sama mba masuk duluan. Abang akan jaga mama dan Mba" Ucap Nanda.

"Jangan beraninya ganggu Mama Nayya!" Sambung Drian pula.

Dina yang kesal dengan ucapan dan tingkah anak-anak ku langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Rumah

Nayya Pov

Niat hati mau tenangkan pikiran biar gak keringat masalah toko. Eh tadi ketemu si pelaku yang buat toko porak-poranda.

Dia datang seperti tidak terjadi apa-apa dan anaknya sangat sehat serta kuat. Dikit kemungkinan membunuh dia.

"Panggilan kakak suruh makan, bilangin ada sate ini" Suruhku ke Ninda.

Ninda tak bergeming, dia diam ditempatnya sambil melihat-lihat kukunya.

Aku menarik napas panjang dan aku mendekat ke Ninda.

"Gak boleh ngambekan sama kakak sendiri. Kakak mba cuma dia lo, minta maaf sana ke kakaknya" Ajarku ke dia.

Ninda langsung pergi. Aku tahu dia bukan tidak sopan, tapi dia tidak mau membahasnya.

Be A StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang