Part 56

1.8K 185 10
                                    

Seminggu Kemudian

Nayya Pov

Disini aku sekarang. Didepan jenazah anak yang baru seminggu aku lahirkan. Anak yang ku tunggu selama 9 bulan ini dan anak perempuan pertama ku. Kulitnya sudah sangat pucat, bibirnya sudah membiru dan wajahnya pun juga sudah membiru.

Ku pandangi semua yang ada dirinya. Dia adalah fotocopy an diriku. Mulai dari mata, hidung, bibir dan pipinya semua turun dariku.

"Mba, bunda gak bisa bilang sabar karena ini semua sudah takdir tuhan dan bunda tahu betapa hancurnya hati seorang ibu yang ditinggal anaknya." Aku memeluk tangan bunda dan bunda membalas dengan membelai kepalaku.

Dinda Pov

Hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku dan keluargaku, terutama mama. Adik bungsu kami yang baru lahir seminggu yang lalu sudah pergi lagi menghadap illahi.

Mama tampak tidak menangis tapi matanya sudah bengkak. Aku mungkin tidak tahu sesakit apa hati mama sampai tak bisa lagi menangis dengan air mata.

"Kak, ini salah kita juga. Kita gak suka waktu adek diperut mama dan kita pernah bilang coba dia gak ada" Aku kembali mengingat kejadian dulu, dulu kami memang pernah mengatakan itu.

Kembali lagi ini adalah takdir dari yang kuasa. Mau sekuat apapun manusia melawan tidak akan bisa.

"Jangan nyalahin siapa-siapa Nin, ini udah takdir Allah" Ninda diam dan mengusap air matanya.

Rayyan Pov

Penyesalan memang datang diakhir. Sekarang aku tidak bisa mengatakan apapun lagi. Anak yang kami tunggu selama 9 bulan ini sudah kembali menghadap illahi.

Nayya terlihat sangat hancur, dia tidak menangis tapi matanya sangat bengkak. Aku merasa orang yang paling bersalah disini. Andai aku cepat hari itu, hari sekarang tidak akan kejadian.

"Pa, adek kenapa tidur terus?" Tanya Nanda.

"Adek bayi nya udah gak bisa bangun lagi bang, abang gak jadi punya adek bayi. Adek bayi mau pulang lagi ke surga ketemu sama bidadari disana" Ucapku.

"Kenapa gak ajak kita? Kan biar sama-sama ke surganya?" Polos sekali pertanyaannya.

"Gak boleh bang, adek mau perginya sendiri gak ajak kita. Nanti kita bakal ketemu lagi sama adek kok. Abang sana ajak Drian main biar gak ribut disini" Nanda menurut dan menggandeng tangan adiknya.

Nayya Pov

Prosesi untuk pemakaman sudah selesai. Sekarang Mas Rayyan sudah menggendong bayiku dan menuju ambulance.

"Kamu di rumah aja gak usah ikut ke pemakaman" Cegah salah satu kerabat bunda.

Aku hanya menengoknya sebentar dan berjalan menuju luar menyusul Mas Rayyan dan rombongan.

"Naik mobil papa aja mba" Aku menoleh dan langsung naik mobil papa bersama Adam dan bunda.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam tak bersuara. Bunda terus mengusap tanganku agar aku tetap sadar dan tak melamun.

"Ini ibu sama ayahnya boleh liat dulu muka anaknya sebelum kita kebumikan" Ucap seorang imam.

Mas Rayyan tadi setelah menyerahkan bayiku langsung menghindar. Tapi akhirnya disuruh papa untuk turun ke dalam untuk menguburkan bayiku.

Aku duduk disamping lobang memandang wajah anak perempuanku untuk yang terakhir kali. Ku ucapkan selamat tinggal dan maaf pada anakku.

"Sudah Bu?" Tanya bapak yang tadi. Aku mengangguk dan berdiri.

Be A StepmotherWhere stories live. Discover now