Part 169

842 108 8
                                    

Nanda Pov

Ini lagi-lagi Amanda gak jelas banget ngirimin makanan dan hari ini malah ngasih jam tangan. Aku lihat dari merk-nya ini bukan jam tangan murah. Aku takut dia menggunakan uang orang tuanya untuk beli-beli hal ini.

"Amanda aku mau bicara sama kamu" Amanda yang ku panggil langsung terdiam.

"Ke kenapa Nan?" Tanya nya.

"Buru ikut jangan disini" Aku berjalan melewatinya.

Teman-teman yang lain pada bersiul dan bersorak seolah aku memberi lampu hijau ke Amanda. Padahal aku ingin memberitahunya hal penting.

"Aku langsung aja ya, ini jam dan makanan yang kamu titip tadi ke temen kelas aku. Aku jujur risih tiap hari dikirim beginian. Aku tidak mau menjadi orang yang mau-mauan dikasih ini itu. Kamu itu masih sekolah, uang dari mana beli-beli ginian kalau gak minta orang tua. Kasian uang orang tua kamu habis kamu beliin aku ini itu. Aku jujur aku gak selalu ambil makanan yang kamu kasih. Kadang aku kasih ke teman-teman ku dikelas atau aku kasih ke adik ku. Sekarang kamu udah berlebihan memberikan ini. Ini bukan jam murah dan aku tau harganya. Aku punya jam ini di rumah tapi gak pernah aku pakai ke sekolah karena tau sekolah bukan tempat pamer barang-barang. Ini yang terakhir ya Man, aku gak mau denger apapun lagi yang kamu kasih. Aku menghargai pemberian kamu selama ini karena masih wajar sebatas makanan. Aku sangat berterima kasih akan hal itu, tapi mulai dari sekarang tolong jangan memberikan apapun lagi. Udah ya ini aku balikin dan tolong ingat kata aku barusan. Terima kasih" Aku memberikan kembali jam tangan itu padanya dan pergi meninggalkan dia.

Aku tidak tau dia menangis atau bagaimana yang pasti aku tidak mau lagi menerima apapun darinya. Aku juga sudah menerapkan yang mama suruh untuk langsung bicara kepadanya kalau aku tidak suka. Daripada kelamaan dia pikir aku suka dan dia berharap kan gak baik.

"Dari mana?" Tanya salah satu temanku.

"Balikin makanan sama jam dari Amanda. Aku minta tolong ya kalau ada yang mau ngasih apa-apa lagi tolong bilangin aku gak suka dan aku risih" Ucapku.

Temanku langsung diam dan sepertinya dia tau kalau kali ini aku benar-benar marah dan tidak suka.

Setelah itu jam pelajaran dimulai dan aku belajar seperti biasa.

Adrian Pov

Aku tadi dapat info dari temen abang kalau dia mengembalikan makanan dan barang yang Kak Amanda kasih. Wajar sih abang balikin karena memang dari awal dia tidak suka dikasih begituan.

Selama ini juga kalau abang dikasih makanan pasti dia kasihin temen kelasnya, kasih aku kalau gak dia bawa pulang kasih Anin atau mama.

"Balik bareng gak apa ada ekskul?" Tanya Abang Nanda.

"Bareng bang tapi mampir beli jajan bentar ada titipan Anin" Jawabku.

Memang tadi pagi Anin minta dibelikan cokelat payung-payung gitu. Sebelumnya aku pernah beliin tapi cuma 2 dan dia minta lagi.

"Ya udah ayok" Aku naik ke motor Bang Nanda dan kami jalan pulang.

Nayya Pov

Aku bosan sekali ini di rumah kayak gak punya kerjaan. Toko roti udah dibantu kontrol sama Adam dan istrinya dan aku tinggal terima duit. Rumah udah dibantu urus sama bibi-bibi. Anak-anak juga udah pada gede bisa urus diri sendiri. Ada juga Anin yang sesekali bertingkah tapi udah di handle sama Bu Ira, Bi Ina atau art baru ini. Jadi tugasku hanya melayani Mas Rayyan dan masak. Itu sangat membosankan apalagi masak cuma 2 kali sehari dan kalau Mas Rayyan cuma malam doang.

"Assalamualaikum!" Suara Drian dan Nanda.

"Waalaikumussalam. Ganti baju, sholat terus makan ya" Anak-anak langsung bersalaman denganku.

Mereka masih terbiasa begini, tiap pergi atau pulang darimanapun tetap salaman ke mama papanya.

"Anin mana ma?" Tanya Drian.

"Di kamar lagi mewarnai sama bibi kayaknya" Jawabku.

Karena memang anak satu itu kalau gak ngerusuh ya mewarnai.

"Aa beliin ini buat Anin boleh gak?" Dia mengangkat kantong plastik yang berisi cokelat sepertinya.

"Cokelat?" Tanya ku.

Drian mengangguk dan mengeluarkan cokelatnya.

"Boleh tapi jangan dikasih liat semua ini ke dia. Kasih liat 2 aja besok gitu lagi, nanti kalau dikasih liat semua dia mau makan semua hari ini juga" Jawabku.

Begitulah anak-anak kan, kalau ada makanan pasti dia tidak akan berhenti sebelum makanan itu habis.

"Papa udah pulang ma?" Tanya Nanda.

"Udah bang papa lagi di kamar demam, kalian jangan ribut ya dan tolong jangan becandain Anin nanti dia nangis dan mau sama papa" Jawabku.

Ya Mas Rayyan sedang sakit dan sudah 2 hari tidak buka klinik. Dia itu jarang sekali sakit dan sekalinya sakit agak lumayan.

Nanda dan Drian mengangguk dan masuk ke kamarnya.

Aku juga naik lagi ke lantai atas untuk melihat kondisi Mas Rayyan.

"Masih pusing mas?" Aku mendekat ke tempat tidur.

Dia membuka sedikit matanya dan mencoba tersenyum padaku.

"Masih dikit aja ma, ini tapi kok panas ya kamu gak hidupin ac nya?" Tanya nya.

"Aku hidupin kok ini tapi gak besar, nanti kamu tambah sakit mas" Ku rapikan selimut dan bantalnya.

"Mau makan?" Tawarku.

Dia menggeleng dan memegang tanganku yang sedang merapikan bantal disampingnya.

"Sini aja temenin aku ma" Aku menurut dan duduk disampingnya.

Aku duduk setengah tiduran dan dia meletakkan kepalanya ke dadaku. Hawa panas dari tubuhnya langsung terasa ke badanku.

"Ke dokter aja yuk mas ini panas banget" Ucapku.

"Aku ini dokter sayang ngapain ke dokter lagi" Jawabnya.

"Ya kamu memang dokter tapi kalau lagi sakit gini ya kamu butuh dokter lain juga yang harus ngobatin" Omelku.

"Jangan ngomel ma pusing aku" Ucapnya sambil merapatkan pelukannya ke pinggangku.

"Bentar lepas dulu" Dia bingung dan melepaskan pelukannya.

Ku buka kancing baju ku yang kebetulan aku memakai kemeja rumahan. Setelah terbuka semua aku hanya pakai bra saja tapi tetap bajunya tak ku lepas.

Aku kembali mendekap dia, bukan bermaksud untuk memancingnya tapi ini cara efektif untuk mengurangi suhu panas dia agar pindah padaku.

"Aku jadi pengen ma kalau liat kamu gini" Ucapnya.

"Hush pikiran itu buang jauh-jauh, aku gini tuh biar suhu kamu berkurang panasnya pindah ke aku. Udah sini" Dia kembali memeluk ku.

"Si buncit aku ini" Dia mentoel perutku.

Ya maklumlah ya ibu-ibu yang udah lahiran lebih dari 2 kali pasti perutnya sedikit bergelambir, tidak terkecuali perutku.

"Buncit gini juga kamu nafsu kan sama aku?" Jawabku.

"Iya bener itu, ini aja aku nafsu. Buka aja ya ini" Dia menarik bra ku dan terlepaslah sudah bra ini.

Kebetulan aku memang selalu pakai bra kait depan biar gak repot masang.

Ya selanjutnya kalian taulah ya yang terjadi aku setengah baringan diranjang sambil dia menyusup ke dada seperti bayi.

Bayi besar lebih tepatnya, anaknya gak boleh nenen lagi tapi dia tetep ya😌

Be A StepmotherWhere stories live. Discover now