Part 80

1.8K 215 15
                                    

Rayyan Pov

Aku masih tidak mengerti dengan keadaan ini. Aku harus percaya siapa? Dina atau Nayya. Keduanya aku kenal jujur, tapi pasti ada salah satu yang berbohong.

"Mama udah turun?" Tanya ku ke anak-anak yang sedang sarapan.

"Mama keluar pa nyari bubur ayam katanya lagi pengen" Jawab Dinda.

"Kenapa Nayya tidak meminta tolong bibi atau Mang Ujang saja?" Ucapku.

"Gak tau pa, tadi kakak mau temenin gak mau juga" Jawab Dinda lagi.

"Hm. Bang, Drian kemaren sekolah berangkat bareng mama kan?" Tanya ku ke Nanda dan Drian.

Mereka hanya mengangguk sambil masih memakan sarapannya.

"Tante Dina pagi itu ada datang ke rumah?" Tanya ku lagi.

"Oh jadi karena perempuan itu papa marahin mama sampe mata mama tadi bengkak?" Ucap Dinda.

"Emang iya kak?" Tanya Ninda mengkonfirmasi.

"Iya mata mama bengkak banget. Mama keluar aja pake kacamata" Jawab Dinda dengan nada marah.

"Papa marahin mama tadi malam?" Tanya Nanda dengan nada bicara dingin.

Agak menyeramkan juga kalau Nanda sudah bicara dengan nada datar dan dingin.

"Papa gak marahin mama" Kilahku.

"Kalau gak marahin mama kenapa mama bisa nangis? Papa marahin mama untuk bela teman papa kan?" Sambungnya.

"Tante yang kemaren bang? Yang dorong mama?" Sambung Drian.

Mataku langsung tertuju ke Drian. Apa benar Dina yang mendorong Nayya duluan sehingga Nayya membalas?.

"Tante Dina dorong mama?"

"Iya dorong mama, untung ada abang dibelakang mama jadi abang tahan kan bang?" Jawab Drian.

"Temen papa ngapain sih pagi-pagi datang ke rumah nyariin papa. Gak ketemu papa malah marah-marahin mama" Lanjut Drian.

"Abang udah gede ya pa. Papa jangan sampai nyakitin mama, abang sebagai anak laki-lakinya mama gak akan biarin siapapun nyakitin mama, termasuk papa sendiri" Kata Nanda dengan masih bersuasana dingin.

"Gak, papa gak akan nyakitin mama kalian. Papa cuma mau tanya habis Tante Dina dorong mama, mama balas juga?" Tanya ku lagi.

"Mama gak balas apa-apa pa" Jawab Drian.

"Kenapa? Perempuan itu ngadu ke papa mama dorong dia?" Tanya Ninda dengan sinis.

"Diam dulu mba" Jawabku.

"Gimana kita bisa diem kalau mama kita dituduh gak bener!" Dinda menyambung dengan nada sedikit dinaikkan.

"Mama gak dorong dia tapi aku sama Drian yang dorong" Jawab Nanda.

Sudah dapat aku jawaban kenapa bibi bisa liat Dina seperti habis didorong. Ternyata bukan Nayya yang dorong.

"Habis itu gimana?" Selidikku lagi.

Be A StepmotherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora