Bab 12 Sakit

1.4K 113 9
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

[]

Kebungkaman Adil membuat Meira kecewa dan sadar kalau sebenarnya dirinya tidak berarti apa-apa untuk pria yang sedingin kulkas itu. Meira mendesak Adil, tapi hingga menjelang siang, tidak mendapatkan jawaban apapun tentang siapa wanita bernama Alesa tersebut.

Meira merasa tubuhnya lemah, kepalanya sakit dan merasa mual. Makanan yang disediakan Adil siang itupun tidak membuatnya berselera. Yang diinginkan Meira hanyalah rumahnya. Rindu anak dan suaminya.

"Makan, Sayang. Nanti kamu sakit," tawar Adil sembari mengambil sepiring nasi Padang dengan lauk ayam panggang kesukaan Meira.

Meira menarik garis pada bibirnya yang mulai pucat. Dan menggeleng perlahan. Menolak makanan favoritnya rasanya jauh lebih sakit. Namun, Meira sadar jika tubuhnya akan menolak jika tetap menelannya.

Terdengar hembusan napas panjang dari Adil. Mungkin pria itu kini kesal atau jengkel karena Meira merajuk sejak kepergian Alesa. Meminta penjelasan, yang sebenarnya pria itu pun belum siap menjelaskan apapun tentang Alesa pada Meira.

Menurut Adil, tidak semua hal memerlukan penjelasan. Terutama untuk masa lalunya. Sekali lagi, Adil selama ini selalu sendirian, tidak pernah membagi masalahnya dengan siapapun termasuk masa kelamnya. Jika ada yang mengetahuinya pun, Adil berharap tidak membahasnya lagi. Karena masa lalunya mengakibatkan perubahan yang drastis pada dirinya.

"Masih marah?" Tanya Adil. Yang melihat Meira sedang memakai jaket. "Kamu mau pulang?" Adil menghampiri Meira dan mengusap lengannya.

"Aku punya suami dan anak, ingat itu." Meira ingin kalimatnya terdengar sarkas di telinga Adil.

Namun, entah mengapa suaranya seperti rintihan. Dan Meira mengabaikan sentuhan-sentuhan dari Adil. Meira tidak mau luluh lagi. Tidak mau merasa bodoh lagi, dia tahu kalau dirinya tidak berhak atas Adil. Hubungan mereka sejak awal salah. Meira ingin mengakhiri.

"Kita akhiri saja ya, Mas!"

Adil yang sejak tadi mengutak-utik ponsel Meira pun langsung diam dan menatap Meira tanpa ekspresi.

"Aku merasa semuanya salah. Kita akhiri saja," ucap Meira sekali lagi untuk mempertegas.

Adil mengatupkan bibirnya rapat, hanya memberikan ponsel Meira dan tidak merespon apapun yang Meira ucapkan.

Sialan! Kenapa diam aja sih. Bikin aku terlihat semakin bodoh saja. Batin Meira.

"Kamu masih nggak mau jelasin apapun, Mas?" Tanya Meira kali ini yang tidak sabaran.

Hembusan napas berat kembali terdengar. Adil menimbang-nimbang apakah perlu menjelaskan atau tidak. Namun yang terjadi selanjutnya adalah Meira pergi dari apartemen. Meninggalkan makanannya dan masalahnya.

Adil mengejar Meira yang ternyata kekasihnya tidak ada di lorong menuju lift, yang artinya Meira turun melewati tangga darurat. Beberapa menit waktu Adil terbuang begitu saja.

"Sial," umpatnya sambil berlari menuruni tangga. "Cepat juga Meira berlari." Hingga akhirnya Adil telah sampai di pintu samping parkiran. Matanya mencari keberadaan Meira, tetapi tak nampak wanita itu.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang