Bab 23 Beban Rindu

956 89 2
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

[]

"Melarikan diri? Siapa yang melarikan diri, Mas?" Meira kesal dan menepis tangan Adil.

"Ya kamu. Aku sudah duga kalau kamu akan kabur setelah dari toilet. Makanya aku ikutin kamu, dan benar saja. Untung aku nungguin," ucap Adil yang tubuhnya kini semakin dekat dengan Meira.

Meira menelan ludahnya dengan susah payah. Padahal dia tadi sudah minum banyak air, tapi kenapa rasanya tenggorokannya kering sekali. Seperti sudah berhari-hari tidak minum.

"Ayo kita bicara, Meira," ajak Adil. "Susah payah aku mencari mu. Kini sudah ada di depan mata, tidak akan aku lepaskan." Arik mencoba menarik tubuh Meira.

Namun, Meira menolak. "Apa yang mau dibicarakan, Mas? Udah nggak ada. Lepasin aku, Mas. Nanti pacarmu marah, aku nggak mau semua orang salah paham. Tuh di sana pacarmu lagi ngeliatin kita." Meira memberikan kode dengan dagunya.

Adil menoleh, ke arah yang ditunjuk Meira. Benar saja, ada Alesa yang sedang melipat tangannya di dada. Dengan wajah menelisik. Karena pegangan Adil merenggang, itu kesempatan bagi Meira untuk melepaskan diri.

"Adil, kamu disini? Ngapain?" Alesa mendekat.

Meira merapikan baju dan rambutnya. Hanya sebagai rasa was-was saja. Padahal masih nampak rapi. Melihat Alesa semakin dekat, Meira justru berbalik dan mengambil langkah seribu. Meira jalan meninggalkan Adil tanpa pamitan lagi. Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Hanya saja, melihat Adil datang bersama wanita lain, rasanya sakit sekali.

Meira ingin dikejar, tetapi tidak ada yang mengejarnya. Berharap saat dirinya berbalik, Adil menahannya. Ternyata tidak sama sekali.

"Brengsek! Sama saja. Kalau dia masih sayang harusnya tahan dan kejar aku. Bodoh sekali aku, berharap yang tidak-tidak." Meira menggerutu sepanjang perjalanan menuju ke hotel. Meira menyadari dirinya berjalan terlalu cepat dan hampir berlari. Hingga akhirnya, ketika sudah separuh perjalanan, dia berhenti dan mengatur napasnya.

Lalu lalang orang yang sedang mencari hiburan di sekitar alun-alun, membuat Meira merasa pusing dengan banyaknya wajah manusia yang sama sekali tidak dikenalnya. Meira memutuskan untuk benar-benar kembali ke hotel. Untung saja, kunci kamar dia yang pegang. Kalau pun tidak, Meira berniat mencari hotel lain.

Sampai di kamar hotel, Meira langsung melempar tasnya ke atas ranjang kembar yang salah satunya adalah tempat tidur Sandra. Rasa mangkel di dadanya belum tuntas.

"Sialan banget sih. Kenapa aku jadi begini sih,  bikin mood ku rusak aja. Aku kan kesini mau happy-happy." Meira cemberut dan membanting tubuhnya ke kasur.

"Kenapa harus ada wanita itu?" Gumamnya lagi.

Berguling ke kanan dan ke kiri, membuat Meira akhirnya mengantuk lantas tertidur.

Suara ketukan pintu membuat Meira terbangun. Ternyata dia memang ketiduran dan masih tengah malam. Suara Sandra terdengar dari balik pintu.

"Ra, bukain."

"Iya, bentar," balas Meira dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Meira memutar kunci lalu berbalik dan membiarkan Sandra masuk sendiri. Lantas, Meira kembali naik ke atas ranjangnya bersiap untuk tidur lagi. Tapi, suara lain membuatnya kaku di tempat.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang