Bab 20 Berpisah

1.2K 95 9
                                    

CINTA KEDUA

-
-
-

Sekali lagi aku cuma mengingatkan, cerita ini mengalami perombakan besar-besaran. Jadi, yang sebelumnya udah pernah baca bakalan bingung. Padahal alurnya sama aja kok.

Kira-kira apakah banyak vote dan komen di bab ini? 🧐

-
-
[]

Ketukan palu hakim akhirnya memberikan keputusannya bahwa Meira dan Arik resmi cerai. Perceraian yang awalnya memang baik-baik saja, namun pada akhirnya akan menyesakkan juga.

Meira dan Arik saling berjabat tangan untuk yang terakhir kalinya di ruang sidang. Perceraian mereka membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan. Hingga pada akhirnya hakim benar-benar menyatakan kalau mereka cerai.

Sejak ditalak malam itu, lusanya Meira pindah ke rumah ibunya. Meninggalkan rumah kontrakannya bersama Keira. Meira juga sempat bertanya, dimana Arik akan tinggal. Dan jawabannya di asrama kantor.

Barang-barang yang mereka beli sejak awal nikah, dijual cepat, uangnya dibagi dua. Arik untuk membayar hutang, meskipun tidak seberapa. Sedangkan uang yang diberikan ke Meira, disimpan untuk keperluan Keira. Dan seminggu kemudian Meira menerima pekerjaan sebagai karyawan laundry yang letaknya tidak jauh dari rumah ibunya. Dengan gaji dua juta sebulan, sebisa mungkin Meira menyisihkan uang itu untuk membayar hutang kepada Adil.

Sejak memutuskan hubungan dengan Adil tiga bulan lalu. Meira benar-benar menghilangkan jejaknya. Mengganti nomor handphone, menutup semua akun media sosialnya. Berhenti menulis, masih menulis tapi untuk diri sendiri di laptop. Tidak diberikan ke editor manapun. Yang tahu nomor barunya hanya keluarga saja. Meira belum berani memberikan nomor barunya kepada siapapun termasuk Sandra teman sesama penulis.

Kini, Meira sudah men-janda. Sudah masuk hari ke-10. Uang yang dikumpulkan untuk mengembalikan uang Adil pun sudah cukup. Meira memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat kepada Adil.

Meira : Malam Mas. Apa kabar? Aku harap kamu baik-baik saja. Maaf mengganggu, ini aku Meira.

Banyak pertimbangan untuk benar-benar mengirimkan pesan itu ke nomor Adil. Meira ingin menyapa, tetapi takut kalau Adil kecewa dan marah dengan keputusannya saat itu. Hingga akhirnya tidak mau menerima Meira kembali, meskipun hanya sebatas teman.

Namun pada akhirnya, Meira tetap mengirimkan pesan tersebut.

"Ah, gila! Bodo amatlah. Niatku cuma mau kembalikan uangnya aja kok. Bukan mau ngapa-ngapain," tutur Meira sambil menatap layar ponselnya yang masih menyala dan menampilkan wallpaper wajahnya dan Keira.

Meira gelisah ketika pesannya centang satu. Namun, dia berusaha untuk tetap berpikir positif.

"Wajarlah, ini kan udah malam. Jam sebelas, mungkin tidur kali. Siapa tau besok dibalas. Atau pas dia terbangun karena pengen pipis." Meira meletakkan ponselnya di meja samping kasur. Di samping kiri Meira, ada Keira yang sudah tertidur pulas. Kamar tersebut adalah kamar Meira sebelum menikah dulu. Tidak ada yang berubah dengan kamar itu.

Kegelisahan melanda Meira. Membuat dirinya sulit tidur meskipun matanya memejam. Sebentar-sebentar dia membuka ponselnya untuk mengecek apakah sudah dibaca atau belum. Begitu terus hingga subuh tiba. Matanya ngantuk, kepalanya mulai pening. Untung saja dia sedang libur kerja. Tetapi dia harus mengantar Keira untuk pergi ke sekolah.

Cinta Kedua ( Tamat ) Where stories live. Discover now