Bab 19 Perpisahan

1.5K 94 3
                                    

CINTA KEDUA

-
-
-

part ini kira² banyak yg komen nggak ya? 🧐

-
-

[]

Arik berusaha melakukan apapun supaya Meira tidak terus-menerus minta pisah. Arik juga sudah datang ke ibunya Meira, menjelaskan semuanya yang terjadi dan masih ingin mempertahankan rumah tangganya. Berharap mendapatkan dukungan dari ibunya Meira, justru sebaliknya. Arik tidak mendapatkan dukungan lagi. Mungkin memang sudah fatal kesalahan yang telah diperbuatnya. Dari selingkuh, berhutang sana sini dan kabur meninggalkan Meira juga Keira dengan alasan dinas. Padahal Arik bersembunyi di salah satu rumah teman kantornya.

"Emang siapa teman kantormu, Rik?" Tanya ibunya Meira yang sedang melipat pakaian.

"Ada, Bu."

"Iya, siapa? Meira bilang kamu pergi sama temen deket perempuan. Meira ke kantor kamu. Menanyakan kejelasan dinas kamu. Ternyata memang nggak ada perjalanan dinas. Kok bisa lari dari tanggung jawab? Apa kumat lagi penyakitnya?" Sindir ibunya Meira lagi.

"Iya aku emang salah. Seharusnya aku nggak lari. Sejujurnya aku udah pusing banget, Bu. Rasanya kepala mau pecah karena masalah hutang," tutur Arik.

Ibunya Meira mendelik kesal. "Bagaimana dengan Meira? Kamu pikir dia nggak pusing dan nggak gila? Ya Ampun Gusti... Kamu itu yang berhutang, kamu yang main api. Kenapa anakku yang kamu biarkan terbakar!" Ibunya Meira menangis sembari memukul dadanya karena rasanya sesak sekali.

"Maafin Arik, Bu. Arik janji akan memperbaiki semuanya. Tapi, sebelumnya Arik butuh banget pinjam uang ibu lagi u---"

Belum sempat Arik meneruskan ucapannya, ibunya Meira melemparkan remote televisi yang entah dari mana datangnya. Membuat Arik langsung terdiam dan menunduk semakin dalam karena malu. Juga mengusap dadanya yang terkena lemparan remote.

"Kamu itu nggak tau malu atau apa, Rik! Saya ini janda. Nggak ada yang menafkahi saya. Harusnya kamu yang bisa membuatku bangga. Keluarga mu apakah tahu kelakuan kamu begini, hah?"

"Jangan, Bu. Jangan sampai tahu. Kasian ibu dan bapak saya udah tua," jelas Arik.

"APA KAMU BILANG? APA KAMU NGGAK KASIAN SAMA SAYA? NGGAK KASIAN SAMA ANAK SAYA? NGGAK KASIAN SAMA ANAK KAMU? Enak saja kamu bilang kasian. Panggil orang tuamu, saya ingin bicara dengan mereka. Secepatnya. Kalau begini caranya, saya mendukung keputusan Meira. Saya yakin anak saya mampu mengurus Keira." Ibunya Meira berdiri dan meninggalkan Arik sendiri.

Arik bingung dan memutuskan untuk kembali ke rumah kontrakan. Berharap Meira sudah mau bicara lagi padanya dan berubah pikiran.
Namun, Arik salah besar. Meira masih dengan pendiriannya untuk tetap berpisah. Bicara juga hanya seperlunya saja.

Karena bingung sudah tidak ada tempat untuk berkeluh kesah, akhirnya Arik berkunjung ke rumah Anton. Sampai di rumah Anton, Arik menceritakan semuanya termasuk permintaan Meira yang ingin bercerai.

"Meira itu sempat datang kesini. Cerita sama bini gue. Lo kabur, alesannya dinas. Itu kalau nggak salah Meira baru pulang dari kantor Lo. Ini sih menurut gue ya, Bro. Mungkin kalau Lo nggak hutang sana sini, kelilit hutang gitu, gue yakin Meira masih bisa maafin Lo, masih bisa ikhlas. Cuma aja, Lo itu udah ngasih luka, eh Lo tuang air cuka diatasnya. Gimana Meira nggak ngamuk coba. Dia itu udah sabar banget sama Lo. Lo aja yang kaga tau diri." Anton terkekeh.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang