Bab 16 Kisah Adil

1.2K 78 0
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

[]

Waktu terus bergerak maju, hari pun sudah berganti. Namun, ponsel Meira masih juga sepi. Tidak ada sama sekali notifikasi baik pesan masuk atau panggilan telepon dari orang yang diharapkannya, Arik.

Hingga matahari setinggi kepalanya, ponselnya masih dalam mode yang sama. Sepi. Hanya dua kali berdering saat pagi, tapi itupun panggilan dari ibunya dan Keira.

Karena memang masih hari kerja, bukan hari libur. Ternyata, Adil memilih bekerja dari apartemen. Atasan memakai kemeja, sedang bawah hanya memakai boxer, dia pun duduk di depan laptopnya sembari zoom meeting.

Meira kalut sekali, kadang sedih kadang tertawa. Sedih memikirkan suaminya yang tanpa kabar, tertawa karena kelakuan Adil yang berusaha menghiburnya supaya tidak suntuk.

Selagi Adil melakukan zoom meeting di ruang tamu. Meira menghabiskan waktu di atas kasurnya Adil. Kalau bosan dia menghampiri Adil sebentar hanya untuk mencium bibirnya lalu kembali lagi ke kamar, rebahan, main ponsel, nonton televisi, baca buku. Hingga akhirnya kembali tertidur.

"Sayang, bangun dulu. Ayo makan siang dulu," bisik Adil sembari menciumi wajah Meira yang tertidur pulas.

Meira membuka matanya dengan perlahan karena merasa terganggu oleh kelakuannya Adil yang terus menciuminya bertubi-tubi.

"Sudah jam berapa?" Tanya Meira dengan suara serak.

Adil menatap mata Meira lekat-lekat. "Dua belas siang lebih. Ayo, makan dulu. Aku sudah siapkan mie ayam bakso. Atau mau yang lain?" Tanya Adil lagi.

Meira menggelengkan kepalanya pelan , sejak pagi memang Meira meminta Adil untuk memesankan  bakso. Karena setelah bangun dari sakit, Meira ingin sekali makan mie ayam bakso dengan sambal yang pedas.

"Udah pesan, Mas?" Meira sumringah.

Adil mengangguk sembari membantu Meira untuk bangun dari tidurnya. "Yuk, aku siapkan dulu." Adil berjalan ke arah mini kitchen set dan menyiapkan wadah untuk kedua mie ayam bakso yang sudah dipesannya tadi.

"Jadi, kapan mau cerita?" Meira menyuap mie ayamnya.

Adil melirik Meira sebentar sembari mengaduk mie ayam bakso miliknya. "Iya, ini juga mau cerita kok."

"Kirain bakalan molor lagi," sindir Meira sembari tersenyum simpul.

Adil terkekeh, "nggak kok. Nggak akan lupa." Adil langsung menyeruput mie ayamnya dengan lahap. "Wah ... Enak banget. Udah lama nggak makan mie ayam bakso."

Meira hanya mengangguk saja.

"Uhm, dia itu namanya Alesa." Lirik Adil ke arah Meira yang sedang menatapnya. "Aku dan dia pacaran sejak di bangku sekolah menengah. Cinta pertamaku, semua yang aku lakukan pertama kali dengannya. Aku kuliah dan dia pun kuliah sembari  bekerja sebagai tenaga medis di salah satu rumah sakit. Ibuku dulu dirawat olehnya. Dulu Alesa bolak balik datang ke rumah membantu ibuku untuk mendapatkan perawatan di rumah. Karena ibuku terserang struk dan butuh perawatan khusus. Hubungan keluarga ku juga semua baik-baik saja. Ayahku juga tahu kalau Alesa itu kekasihku. Hingga suatu hari, sebelum ibuku meninggal dunia, aku memergoki ayah dan Alesa sedang bercinta di kamar tamu. Situasi sudah malam, Freya juga malam itu tidak pulang karena memang kuliah di Yogyakarta. Aku yang lelah dan capek, kehujanan, karena seharian harus ngurus deadline akhir bulan, rasanya pengen banget istirahat. Tapi, waktu baru masuk kok rasanya aku penasaran dengan lampu kamar tamu yang menyala dan pintunya sedikit terbuka. Padahal kamar itu selalu tertutup dan gelap, ya... Pagi aja dibuka kalau dibersihkan si mbak. Entah memang sudah jalannya aku harus lihat, atau gimana, yaudah. Aku lihat semuanya, Alesa dan ayah lagi gitu. Ternyata hubungan mereka itu udah 3 bulanan sejak ibuku perlu perawatan khusus di rumah. Mungkin ibuku juga sudah tahu hubungan mereka, makanya bukannya sembuh malah makin parah dan akhirnya Tuhan memanggilnya pulang." Adil menghela napas panjang. Mie ayam baksonya juga sudah habis sebelum dia memulai bercerita.

Cinta Kedua ( Tamat ) Where stories live. Discover now