Bab 15 Vanilla

1.5K 88 4
                                    

CINTA KEDUA

-
-
-

[]

Buket bunga mawar yang diberikan Adil, kini masih ada di dalam pelukan Meira. Mendengar pernyataan Adil, Meira pun bingung sebenarnya dengan perasaannya sendiri. Pasalnya dirinya sendiri lelah, karena selama ini Meira selalu mencintai lebih dulu, dan akhirnya tersakiti.

Seperti saat ini, meskipun Meira sadar jika sebenarnya perasaannya pun menyayangi Adil lebih besar, tapi masih ada sisa cinta untuk suaminya. Jika tidak, Meira tidak akan cemas menunggu kabar dari Arik.

Meira memeluk buket mawar di dalam apartemennya Adil. Sembari menunggu Adil menyiapkan makan malam, Meira tidak henti-hentinya mengecek ponselnya.

"Belum ada kabar?" Adil datang membawa sepiring nasi goreng yang dibelinya saat pulang menuju apartemen.

Meira menggeleng pelan.

Adil mencoba tersenyum, meskipun hatinya cemburu. "Sabar ya, Sayang. Mungkin suamimu memang belum sampai." Adil mengusap punggung tangan Meira untuk menyalurkan ketenangan.

Meira hanya tersenyum saja, tenaganya belum cukup baik untuk melakukan kepura-puraan lainnya. Hanya saja, memang trauma akibat pengkhianatan selalu saja menghampiri setiap kali suaminya pergi keluar kota. Seperti sekarang ini, overthingking berlebihan pun membuat Meira sesak dan merinding. Membayangkan kalau ternyata Arik kembali mengkhianatinya, terlebih lagi ada wanita yang sempat dekat dengannya ada di sana.

Helaan napas Meira yang berat terdengar oleh Adil. "Makan dulu, setelah itu minum obat dan istirahat." Adil dengan senang hati ingin menyuapi Meira.

Sayangnya Meira masih tidak berselera untuk menelan makanan yang Adil sajikan. Hanya demi menghargai Adil, Meira pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari Adil. Mengunyahnya pelan-pelan.

"Kamu tahu Meira, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya," ucap Adil sembari mengaduk makanannya. "Dulu, wanita-wanita yang banyak mengejar ku, hingga saat ini pun sebenarnya masih. Aku juga sempat merasa sombong dengan kenyataan itu." Adil terkekeh.

"Bukannya sampai sekarang juga masih sombong!" Sahut Meira.

Adil mengangguk pelan sembari tersenyum. "Sedikit," ujarnya lagi. "Aku nggak akan pernah menyangka, kamu membuat isi kepala dan hatiku rasanya hampir gila. Aku pikir waktu pertemuan pertama kita, aku hanya berpikir rasa penasaran lah yang membuatku ingin dekat denganmu. Tapi, sialnya... Aku malah beneran terperosok masuk ke dalam lubang yang sebelumnya aku gali sendiri. Yaitu hatimu."

Meira mengerjapkan matanya beberapa kali. Masih sembari membuka mulutnya untuk menerima suapan demi suapan nasi goreng yang Adil berikan.

"Aku juga nggak tahu kenapa aku bisa cinta dan sayang padamu. Padahal aku tahu kamu tidak bisa ku miliki," ucap Adil dengan lesu.

"Sebenarnya aku bingung dengan perasaanku. Atau lebih tepatnya aku takut, Mas." Meira menatap Adil dengan sendu. "Aku tidak mudah jatuh cinta jika bukan aku yang lebih dulu memulai. Dulu dengan suamiku pun , aku yang lebih dulu menyukainya. Tetapi, aku malah tersakiti. Sekarang pun juga sama,  aku juga sebenarnya tahu kalau aku mencintaimu, tapi aku menyangkalnya. Padahal rasanya aku pun mau gila karena merindukan dirimu." Suara Meira bergetar saat menjelaskannya.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang