Bab 14 Perjalanan Dinas

1.6K 93 2
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

[]

Arik mempersiapkan segalanya. Baik rumah yang rapi, bersih, juga makanan yang disediakan untuk sang istri selama ditinggal dinas. Semuanya harus dalam kondisi baik. Karena dia tidak ingin sang istri kembali sakit selama dirinya pergi.

"Ini obat sehari tiga kali sesudah makan. Air sudah aku stok, makanan dan cemilan sudah aku sediakan di kulkas. Pakaian sudah aku bawa ke laundry. Dan Keira untuk sementara aku minta adikmu yang jaga. Aku juga sudah bilang sama ibu, untuk menginap disini nemenin kamu. Selama aku pergi, aku mohon sama kamu makan teratur. Obatnya juga. Karena kalau kamu kenapa-kenapa, aku nggak bisa langsung pulang. Butuh waktu dan biaya lebih. Sedangkan uang yang aku dapatkan bisa kita gunakan untuk bayar hutang dan keperluan lainnya." Arik menatap Meira dengan cemas.

Dalam lubuk hati Meira, sebenarnya dirinya sedih. Sejujurnya Meira adalah wanita yang tidak bisa tinggal sendirian. Karena sadar, jika dirinya sebenarnya bukan wanita yang mandiri. Namun, segalanya berubah ketika menjadi seorang istri dari Arik. Dirinya harus rela ditinggal tugas, meskipun selalu diawali dengan penuh drama.

Saat ini pun sama. Meira sebenarnya ingin sekali minta pada sang suami untuk membatalkan perjalanannya ke luar kota. Tapi, entah kenapa isi kepala dan isi hatinya selalu bertolak belakang sejak 2 tahun belakangan ini. Ketika hatinya mengatakan jangan pergi. Tapi, isi kepalanya mengatakan biarkan dia pergi.

"Ini uang selama aku pergi. Satu juta semoga cukup untuk kamu dan Kei. Nanti pulang dari sana aku berikan lagi. Pesawatku jam 2 siang ini, jadi setengah jam lagi aku harus berangkat." Arik memberikan setumpuk uang dalam pecahan lima puluh ribuan untuk Meira, dan sudah bersiap-siap untuk pergi. Namun, sebelumnya Arik menyempatkan diri untuk mengecek keadaan sang istri sekali lagi.

"Aku udah nggak apa-apa, Mas. Tinggal lemesnya aja kok. Nanti dibawa tidur aja. Kamu kalau mau berangkat nggak apa-apa, takut nanti macet di jalan," jelas Meira yang masih berdiam diri di atas ranjang kesayangannya.

Sebelumnya, pagi-pagi sekali Arik meminta pada pihak rumah sakit untuk memulangkan Meira. Untung saja keadaan Meira sudah jauh lebih baik, itulah mengapa dokter pun mengizinkannya pulang.

Sudah pukul setengah dua belas siang. Arik pun bergegas mengecek sekali lagi apa saja keperluan yang sudah disiapkan. Takut kalau nanti ada yang tertinggal. Namun, semuanya sudah beres.

"Sayang, beneran nggak apa-apa aku tinggal?" Arik bimbang sekali sebenarnya.

Meira tersenyum untuk meyakinkan sang suami. "Iya, Mas. Nggak apa-apa. Kabarin aku terus ya Mas Kalau sudah sampai."

Arik mengangguk dan langsung memeluk Meira juga mengecup bibirnya. Kecupan itu memberikan sengatan pada tubuh Arik. Karena memang selama Meira sakit, Arik menahan hasratnya. Seharusnya Arik dan Meira bercinta. Tapi, Arik tidak mau menyerang sang istri yang sedang dalam keadaan masih kurang sehat.

"Aku sebenarnya pengin bercinta dulu, tapi kamu masih kurang fit. Waktunya juga takut nggak keburu. Aku berangkat ya, kamu cepet sehat, aku bakalan ngabarin kamu terus," jelas Arik yang akhirnya beranjak dan menyambar tasnya.

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan ya. Semoga selamat sampai kembali pulang," balas Meira sembari menyalami tangan Arik.

Meira tidak diizinkan untuk mengantarkan Arik ke pintu depan. Karena Arik ingin Meira cukup istirahat. Setelah pintu menutup, Arik pun pergi menuju kantor menggunakan taksi online sebelum akhirnya berangkat ke bandara bersama rekan kerja lainnya.

Cinta Kedua ( Tamat ) Where stories live. Discover now