04. Tiga biang onar

492 86 6
                                    


.
.
.
.
.
BRAK

BRAK

BRAK

"SIALAN!"

"ANAK BARU SIALAN!" Dhika menendang tumpukan kursi yang ada atap sekolah. Apa yang dilakukan Dhika membuat Indra sang adik menatap bingung.

"Lo kenapa sih bang?" Dhika yang mendengar pertanyaan adiknya langsung berhenti, tapi Indra tau bahwa Dhika masih diliputi emosi.

"Anak baru itu peluk-peluk Nath didepan mata gue." Indra tersenyum remeh.

"Terus lo diem aja? Tumben." Dhika berdecih, dia bukan ingin diam saja namun dia tidak bisa tiba-tiba masuk kekelas mereka dan memukul anak baru itu dihadapan Nath.

"Dia sekelas sama lo kan Sa?" Aksa yang sedari tadi hanya berdiri memperhatikan langsung mengangguk.

"Nanti waktu istirahat bawa dia kesini!" Aksa tersenyum mendengar perintah Dhika, dia tau cepat atau lambat anak baru itu akan menjadi sasaran Dhika.

"Lo bakal lihat dia disini nanti."
.
.
.
.
.
Raka menoleh kesamping saat ada lipatan kertas dilempar ke meja nya, remaja itu melihat Aksa yang memberinya kode untuk segera membaca kertas itu. Raka yang mengetahui maksud Aksa langsung membuka kertas itu, beruntung saat ini Nath tengah mengerjakan soal didepan kelas, sedangkan Faras, remaja itu tadi pergi keruang osis setelah mendapat panggilan dari Jatna.

Ikut gue waktu istirahat nanti, jangan sampai Nath tahu.

Raka mengernyit saat membaca apa yang tertulis dikertas itu, namun Raka kembali menoleh kearah Aksa dan mengangguk, membuat Aksa memberikan senyum manis. Raka hanya tidak tau apa yang akan menunggunya jika dia ikut dengan Aksa.

Raka buru-buru menyembunyikan kertas itu disakunya saat melihat Nath berjalan kembali kebangkunya.

"Kenapa semua guru itu suka sekali memberi soal yang susah sih." Raka tertawa kecil saat mendengar gerutuan Nath.

"Jangan mengeluh gitu, nanti ilmunya jadi gak bermanfaat." Nath cemberut saat mendengar ucapan santai Raka.

"Memangnya lo gak kesulitan?" Raka menggeleng saat Nath melihat ke arah buku catatannya.

"Wah, sepertinya Faras harus tau kalau lo pinter kimia, pantes aja sekolah nerima lo di tengah semester gini." Raka terdiam, Nath hanya tidak tau saja jika Raka harus memalsukan semua dokumennya untuk mendaftar kesini.

"EKNATH, PERHATIKAN PAPAN TULIS!"
.
.
.
.
.
Raka mengikuti langkah Aksa dalan diam, sebenarnya Raka ingin bertanya kemana Aksa akan membawanya, namun remaja tinggi itu hanya diam tanpa mengeluarkan kata apapun, bahkan sejak keduanya keluar dari kelas tadi. Raka bersyukur Nath percaya alasan nya yang menolak untuk pergi kekantin, sebenarnya Raka senang saat Nath perhatian padanya, tapi memang akan terlihat aneh saat Nath yang notabennya siswa kesayangan 11 ipa 2 yang jarang mau melakukan skinsip dengan yang lain kecuali Jatna dan Faras yang merupakan sahabatnya, tiba-tiba sangat memanjakan seorang murid baru yang tidak jelas seperti dia.

"Sebenarnya kita akan kemana?" Raka menghela nafas saat dia tidak mendapat jawaban.

"Atap?" Raka bergumam lirih saat menyadari bahwa Aksa membawanya ke atap gedung sekolah mereka.

Brak

"Gue udah dateng bawa pesenan lo." Aksa menyingkirkan tubuhnya dari hadapan Raka, membuat tubuh mungil Raka dapat melihat dua siswa yang tengah memandang kearahnya. Raka mengenal mereka, meskipun secara tidak langsung.

"Tutup pintunya Sa!" Raka dengan cepat menoleh kebelakang saat mendengar kalimat perintah itu keluar dari mulut Dhika, salah satu dari dua siswa yang menatapnya tadi.

DejavuWhere stories live. Discover now