17. Murid baru itu keren

561 88 10
                                    


.
.
.
.
.
Gandy memasang wajah datar begitu menginjakan kakinya digerbang sekolah barunya, dia tidak sendiri, ada Faras yang juga memasang wajah datar dan dingin disebelahnya. Kedatangan keduanya tentu saja menarik banyak perhatian dan rasa penasaran. Seorang ketua osis dingin seperti Faras berjalan dengan seorang murid baru yang tidak kalah dingin.

"Saat pulang sekolah nanti lo akan nemuin Raka kan?" Gandy mengangguk mendengar pertanyaan Faras.

"Ya, tadi malam gue tidak sempat bertemu dengannya." Faras mengangguk. Semalam memang saat mereka sampai dirumah sakit Raka tengah tertidur, dan Gandy tidak ingin mengganggu istirahat sahabatnya itu.

"Lo benar-benar sahabat Raka ya?" Gandy berhenti sejenak dan menatap Faras.

"Gue dan Raka tumbuh bersama, kami menghabiskan masa kecil kami bersama, gue mengetahui apa yang Raka sembunyikan dari semua orang bahkan dari bunda." Faras terdiam, sedikit banyak semalam Faras dan Nath sudah mendengar sedikit tentang remaja yang tengah berjalan disampingnya itu.

"Kami pernah melihat foto lo dan Raka di ponselnya, dilihat dari cara anak itu menyebut nama lo, sepertinya Raka menganggap lo lebih dari sahabat." mendengar ucapan Faras membuat Gandy tertawa pelan.

"Gue tidak bodoh untuk menyadari hal itu kok, sudah kami katakan kami menghabiskan banyak waktu berdua, kami saling memahami masing-masing hanya dengan menatap mata." Faras cukup terkejut saat mendengar ucapan Gandy, tidak Raka tidak Gandy, keduanya sama-sama sangat yakin jika berucap sesuatu.

"Ini ruang kepala sekolah, gue tidak tau lo akan masuk kekelas mana, tapi sampai jumpa waktu istirahat." Gandy kembali mengangguk, dia menatap kearah Faras yang sudah pergi menjauh, sedangkan dia mulai mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

Tok

Tok

Tok

"Masuk."

Cklek

"Maaf saya murid baru pak." kepala sekolah tersebut tersenyum, semalam pemilik sekolah memang mengatakan akan ada siswa baru yang akan datang, bahkan semua berkas milik remaja dihadapannya itu sudah ada ditangannya tadi pagi.

"Kau Gandy? Sepupu Faras?" Gandy hanya mengangguk, semalam memang Faras mengatakan akan mengurus masalah sekolahnya.

"Iya pak." Gandy hanya menatap pria paruh baya itu datar.

"Kalau begitu kau akan masuk ke kelas 11 ipa 1, guru mu akan datang sebentar lagi." Gandy lagi-lagi hanya mengangguk. jujur saja dinginnya Gandy bahkan mengalahkan Faras, hingga membuat sang kepala sekolah sedikit bingung.

Tidak lama ada seorang guru yang datang dan mengajak Gandy untuk kekelas. Gandy hanya diam meskipun guru yang berjalan didepannya itu terus saja bertanya.

"Masuklah dan perkenalkan dirimu." Gandy memindai seluruh ruang kelas barunya, tidak ada yang spesial kecuali dia melihat dua wajah familiar dibangku tengah dan belakang. Wajah yang sangat Gandy hormati juga wajah yang sangat Gandy benci.

"Madhava Gandy." singkat dan padat. Hanya itu yang disebutkan Gandy hingga membuat semua teman sekelasnya memandang heran. Berbeda dengan Jatna yang tengah menatap lekat pada Gandy.

"Gandy? Sepertinya gue pernah denger nama itu?"
.
.
.
.
.
Jatna benar-benar dibuat mengaga saat melihat Faras memasuki kelasnya kelasnya dengan santai, biasanya bahkan Faras menolak untuk mampir kekelasnya saat istirahat dan memilih menunggu dikantin.

"Lo sehat kan Ras? Tumben mau nyamperin kesini?" Faras menatap malas pada Jatna yang sudah heboh. Mengabaikan tatapan penuh tanya Dhika yang berada dibelakang Jatna.

DejavuWhere stories live. Discover now