21. Usaha Gandy

516 80 4
                                    


.
.
.
.
.
Setelah kejadian disekolah saat itu, Gandy beberapa kali terlihat membujuk Raka agar mau pulang ke masa nya. Gandy tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi, waktu mereka hanya tersisa satu minggu dan dia harus berhasil membawa Raka pulang.

Gandy tau Raka tidak ingin meninggalkan Nath, tapi mereka tidak bisa merubah terlalu banyak masa depan. Gandy hanya takut bahwa dia akan kehilangan Raka.

"Hah, kenapa susah banget buat bikin lo nurut Ka?" Gandy menatap Raka yang sedang mengobrol dengan Nath juga Faras dihalaman belakang rumah Faras.

"Gandy!" Gandy tersenyum saat melihat Raka melambaikan tangan padanya.

"Lo darimana sih?" Gandy hanya menggeleng sebelum berlalu dari sana. Gandy memutuskan untuk pergi kekamarnya, mood nya sedang buruk dan dia tidak ingin kelepasan marah dihadapan Raka.

"Seminggu lagi Ka, gimana caranya biar lo mau balik sama gue?" Gandy baru saja memejamkan matanya saat mendengar ketukan dipintu kamarnya.

Cklek

"Gandy." Gandy membuka matanya dan tersenyum saat melihat Faras masuk kedalam kamarnya.

"Kenapa kak?" Faras menepuk pundak Gandy saat remaja itu duduk disebelah Gandy.

"Ada apa? Kayaknya kamu lagi gak baik-baik saja?" Gandy hanya bisa menghela nafas.

"Satu minggu lagi kak, waktu gue sama Raka cuma tinggal satu minggu tapi Raka belum mau diajak pulang." Faras tidak terkejut dengan ucapan Gandy karena dia sudah tau jika waktu mereka terbatas.

"Nanti biar gue jelasin ke Nath, siapa tau Raka mu dengerin kata-kata Nath." Gandy mengangguk kecil, cuma Nath yang menjadi harapan nya saat ini.

"Semoga Raka dengerin kak Nath."
.
.
.
.
.
Raka beberapa kali terlihat termenung di bangkunya, beruntung saat ini mereka sudah istirahat, jadi Raka tidak akan mendapat teguran dari guru karena melamun. Raka menghela nafas panjang, dia mengingat percakapannya dengan Nath semalam. Bagaimana ibu nya di masa depan itu memintanya tinggal, sedangkan Gandy masih berusaha mengajak dia pulang.

Tanpa Raka sadari bahwa ada yang memperhatikannya dari luar kelas, Gandy sengaja hanya menatap lekat pada Raka yang sibuk melamun. Remaja tinggi itu menatap roti dan susu yang ada ditanganny, dia sengaja membeli itu untuk diberikan pada Raka saat tau sahabatnya itu tidak pergi ke kantin.

Tak

Raka tersentak saat mendengar ketukan dibangkunya, remaja mungil itu mengerjap dan menemukan Gandy sudah duduk dibangku depannya.

"Sejak kapan lo disitu?" Gandy hanya mengedikan bahunya.

"Barusan, tapi kalau ngeliatin lo ngelamun udah dari tadi." Raka merengut kesal mendengar jawaban Gandy.

"Tuh makan, Gue balik ke kelas dulu." Raka memandang roti dan susu pemberian Gandy. Remaja mungil itu kembali menghela nafas saat Gandy sudah beranjak ingin keluar dari kelasnya.

"Lo marah sama gue?" Gandy hanya berhenti sejenak sebelum kembali melangkah tanpa menoleh kearah Raka.

"Iya lo marah sama gue Ndy, lo selalu gini kalau lagi marah." Raka meraih roti pemberian Gandy dan mulai memakannya, tentu saja dia tidak ingin membuat Gandy lebih marah lagi.

"Maafin gue."
.
.
.
.
.
Dhika yang tau bahwa Gandy tidak ada disekitar Raka sejak dua hari lalu mulai merasa menang, karena dengan tidak ada nya Gandy dia bisa bebas melakukan apapun pada Raka. Seperti saat ini, dia dengan cepat menyeret Raka yang sedang berada ditoilet dan menguncinya digudang belakang.

Raka yang tidak kunjung datang membuat Nath dan Faras segera mencari Raka keliling sekolah, memeriksa kelas namun keduanya menemukan kelas mereka sudah kosong, bahkan tas Raka tidak ada disana. Suasana sekolah yang masih ramai karena memang bel baru berbunyi lima belas menit lalu membuat mereka kesulitan karena tidak ada satu pun yang melihat kemana perginya Raka.

"Kalian kenapa?" Jatna yang baru saja kembali dari kantin bersama Aksa heran saat melihat dua sahabatnya panik.

"Nyariin Raka, dia gak keluar-keluar dari tadi." Nath menjawab pertanyaan Jatna dengan panik, sesekali menatap Aksa yang berdiri disebelah Jatna.

"Gak usah ngeliatin gue gitu, gue gak ada sangkut pautnya sama Raka." Aksa tau jika tatapan yang diarahkan Nath padanya adalah tatapan curiga.

"Ke atap udah?"

Deg

Nath dan Faras langsung berlari kearah tangga, sedangkan Jatna dan Aksa hanya bisa mengikuti keduanya karena ikut khawatir.

"Mau kemana kak?" belum juga mereka melangkah naik kearah tangga, di ujung tangga sudah ada Gandy yang menatap mereka.

"Gandy."

"Gandy, lo tadi sama Raka?" Gandy menggeleng, dia baru saja turun dan belum bertemu Raka.

"Gue dari tadi diatap sendirian." jawaban Gandy membuat mereka terdiam, lalu mereka harus mencari Raka kemana.

"Memang Raka kemana kak?" Gandy berdecak kesal setelah bertanya, remaja itu langsung berlari kearah belakang sekolah, melewati yang lain begitu saja.

"Gandy mau kemana?!" Jatna yang melihat Gandy berlari akhirnya ikut berlari menyusul.

"Dhika sialan, awas aja kalau sampai ini beneran ulah dia!" Gandy berhenti tepat didepan gudang sekolah yang terkunci dari luar.

"RAKA LO DIDALAM?!"

Duk

Duk

Duk

Gandy yang tiba-tiba berteriak memanggil Raka dan memukul pintu gudang tentu saja membuat yang lain terkejut.

"RAKA JAWAB GUE KALAU LO EMANG ADA DIDALEM!"

"Gandy lo yakin Raka disini?" Faras menepuk pundak Gandy pelan, membuat remaja itu sedikit mengatur emosinya.

"Gandy...tolong." semua terdiam saat mendengar suara lirih dari dalam gudang. Gandy yang tidak sabaran langsung menendang pintu gudang untuk mendobraknya.

"Mundur dari belakang pintu Ka!"

Brak

Brak

Brak

Pintu gudang terbuka dalam tendangan keempat Gandy, remaja itu langsung mendapat terjangan pelukan dari Raka begitu pintu gudang terbuka.

Grep

"Gandy...maaf...maaf." Gandy membalas pelukan Raka, mencoba menetralkan emosinya saat melihat ketakutan Raka.

"Dhika sialan."
.
.
.
.
.
Raka sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Gandy, tubuh mungil itu bergetar ketakutan, dan itu sukses membuat Gandy marah. Nath rasanya ingin menangis saat melihat wajah ketakutan Raka, dia belum pernah melihat Raka ketakutan seperti itu sejak remaja mungil itu bertemu dengannya.

"Dia tidak apa kan?" Aksa menatap prihatin pada Gandy yang masih setia memeluk Raka, menenangkan remaja mungil itu.

"Semoga." Jatna dan Faras bergumam bersamaan saat mendengar pertanyaan lirih Aksa.

"Kita pulang ya? Lo perlu istirahat Ka." Raka mengangguk dipelukan Gandy, hal itu membuat Gandy mengangkat tubuh mungil Raka dan membawanya ke parkiran.

"Raka, duduk belakang sama kak Nath ya?" Gandy baru melepaskan pelukan Raka saat remaja mungil itu mengangguk, hal itu membuat Nath yang sudah duduk dibangku belakang langsung merentangkan tangannya, menyambut tubuh mungil Raka untuk masuk kedalam pelukannya.

"Hati-hati bawa mobil nya Ndy, nanti malem gue kerumah Faras sama Aksa." Gandy mengangguk saat Jatna menepuk pundaknya.

"Bisa nawa bajingan itu juga? Dia harus tau siapa Raka sebelum gue bawa Raka pulang." Jatna hanya bisa mengangguk, mereka sudah membicarakan itu tadi, mereka sepakat akan memberitahu Aksa dan Dhika perihal siapa mereka.

"Gue usahain nanti malam gue ajak Dhika ke rumah Faras." Gandy mengangguk sekali lagi sebelum masuk kedalam mobil milik Faras.

"Gandy pulang dulu pa, jangan lupa jelasin yang papa tau ke kak Aksa, dia kelihatan bingung." setelah mobil yang dikendarai Gandy hilang dari pandangannya, Jatna menatap Aksa yang menatapnya penuh tanya.

"Ayo pulang dulu, nanti aku jelasin semuanya."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

DejavuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang