29. Ending

1K 97 15
                                    


.
.
.
.
.
Raka tidak menyangka bahwa dia akan kembali merasakan pelukan ibunya setelah delapan belas tahun. Beberapa menit yang lalu Dhika dan Indra kembali kerumah sakit dengan membawa orang tua mereka dan juga kedua orang tua Nath. Hanya tangis penyesalan yang terjadi saat keempat orang tua itu melihat keadaan Nath dan putranya.

"Maafkan mama sama papa nak, seharusnya kami membelamu saat itu, seharusnya kami percaya padamu, bukan ikut mengusir mu." Nath hanya bisa mengusap punggung dari orang yang melahirkannya itu.

"Jangan nangis ma, Nath gak suka liat mama nangis gini. Nath sama Raka baik-baik aja, mami sama papi juga jangan nangis, sebentar lagi Raka pasti bangun. Dia pasti seneng ngeliat kakek nenek yang selama ini pingin dia temui ada disini." setelah Laras, ibu Nath melepas pelukannya, justru Ingrid yang memeluk Nath dengan erat.

"Maafkan mami nak, maafkan mami yang juga ikut menyakiti putramu tanpa sadar." Nath menggeleng.

"Jangan gitu mi, Nath gak suka, Nath gak marah kok."

"Dia cucu papi ya? Dia mirip sama Dhika." Nath mengangguk, membiarkan Wisaka mencium tangan mungil Raka.

"Cucu papa sakit apa?" Nath menunduk mendengar pertanyaan papanya.

"Hemokromatosis, semua salah Nath, kelainan gen yang ada dalam tubuh Nath terlalu kuat hingga membuat Raka sakit." sang papa langsung memeluk putra tunggalnya yang selama ini sudah berjuang sendiri.

"Bukan salah mu, kita akan berikan pengobatan terbaik untuk Raka." Nath mengangguk, membuat Faras dan Indra tersenyum lega. Bahkan Dhika sekalipun.

"Eung." Nath langsung mendekati ranjang Raka saat mendengar lenguhan lirih dari sana, begitu pula Faras dan juga Indra.

"Raka."

"Raka." remaja mungil itu mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba fokus pada apa yang dilihatnya pertama kali.

"Raka, sayang." Raka meneteskan air matanya saat melihat wajah manis sang bunda didepan matanya.

"Bunda." Nath mengangguk, meraih tangan Raka dan mencium nya.

"Iya sayang bunda disini, bunda disini." Nath mengahapus air mata Raka yang menetes dari pelupuk matanya.

"Jangan pergi." Nath menggeleng.

"Gak, bunda bakal tetap disini sama Raka, gak akan kemana-mana." Raka kembali memejamkan matanya saat melihat wajah Dhika disana.

"A-ayah." Dhika berjalan mendekat saat Raka memanggilnya.

"Iya, ayah disini." bukan hanya Nath yang tersenyum, tapi Faras, Indra, bahkan Jatna, Aksa dan Gandy yang baru kembali pun ikut tersenyum. Raka membuka matanya dan menatap lekat pada Dhika.

"Ayah itu ayah Raka, bukan ayah yang lain. Ayah itu punya Raka sqma bunda." Dhika hanya mengangguk mengiyakan.

"Iya, ayah cuma punya Raka, maafin ayah ya." Raka mengedarkan pandangannya, menatap heran karena banyak orang-orang asing diruang rawatnya. Padahal biasanya dia hanya akan melihat sang bunda, mama, papa juga Gandy.

"Om Faras, makasih." Faras tersenyum dan kembali mengelus kepala Raka.

"Sama-sama, cepet sembuh biar om bisa manjain kamu kayak dulu." Raka hanya berkedip, hingga dia mengingat Gandy.

"Gandy, mana?" Nath langsung berdecak kesal saat Raka menanyakan Gandy. Kebiasaan.

"Kebiasaan Raka, tiap bangun pasti yang dicari Gandy dulu." Raka tersenyum dan berusaha bangun. Tentau saja Dhika dengan sigap langsung membantu remaja itu.

"Bunda mereka siapa?" Raka mengernyit saat melihat empat orang yang tidak dia kenal.

"Kaken nenek Raka, mau peluk mereka?" Raka menggeleng, remaja itu menatap Nath dengan tatapan memelas.

DejavuWhere stories live. Discover now