II

310 37 1
                                    

Padahal kemarin baru saja dia tidur siang setelah latihan Voli di hari yang seharusnya dia gunakan untuk bermalas-malasan, sekarang sudah pagi lagi dan harus memulai aktivitas sekolah selama 6 hari kedepan. Dia bahkan merasa kalau hari-harinya hanya untuk aktivitas sekolah dan kegiatan klub.

Waktu untuk istirahat pun dia hanya merasa mendapat beberapa menit saja. Tidak pernah dia sadar kalau sudah menghabiskan waktu istirahat nya hanya untuk bermain game, bukannya makan ataupun tidur sejenak. Mana mungkin dia sadar? Kalau saja Kuroo tidak memaksanya untuk ikut makan di atap bersama rekan setimnya.

"Ada Pai apel kesukaanmu" goda Kuroo menunjukkan sepiring Pai apel di depan wajah Kenma dan mengangkat tinggi-tinggi piringnya saat Kenma mencoba untuk mengambil makanan kesukaannya.

"Makan nasi dulu, baru makan pai nya" finalnya menyodorkan nasi ayam teriyaki. Mau tidak mau Kenma harus menghabiskan nasi itu dalam waktu tidak lebih dari 3 menit.

Beberapa temannya tertawa melihat tingkah lucunya, walaupun mereka tidak pernah sekalipun melihat Kenma tersenyum barang sedetik. Wajah kesalnya saja sudah membuat mereka tertawa gemas, apalagi jika melihatnya tersenyum. Mungkin mereka akan mengadakan syukuran.

"Aku minta sepotong Pai apel nya, ya" timpal Lev - si anak baru yang kemarin membuat Kenma lelah menjalani latihan voli. Wajah sungutnya mau tak mau Lev harus mengalah. Daripada nanti dia tidak mendapatkan kesempatan untuk diajari senior favoritnya, mending dia mengalah saja.

Manik kuningnya yang tajam itu berbinar ketika dia menggigit secuil Pai apel yang manis dan lumer di mulutnya. Bibir yang tidak pernah melukiskan senyum, tetapi matanya itu tidak pernah berbohong kalau soal bahagia. Kenikmatan dan ketenangan yang ia rasakan di setiap gigitan, memberikan kebahagiaan kecil untuk mereka (teman-temannya).

"Jangan kayak anak kecil, mulutmu sampe belepotan gini." Yaku membersihkan area sekitar bibir Kenma dengan sapu tangannya. Perlakuan keibuannya sedikit membuat Kenma kaget dan malu-malu kucing.

"Maaf" ucap Kenma - dahi Yaku berkerut mendengarnya. Dia heran kenapa Kenma malah minta maaf cuma karena dia mengelap mulutnya?

"Maaf untuk apa?" Tanya Yaku ingin tahu, sayangnya Kenma tidak mau menjawab. Kata "gapapa" lagi-lagi keluar dari mulutnya.

Gemas rasanya menghadapi teman yang satu ini, pengen sekali Yaku dan Kuroo memaksanya untuk bertingkah atau tersenyum atau apalah yang penting dia bisa berekspresi!

"Kenma-san gak ada kata-kata lain apa? Selain gapapa atau biasa saja? Mager boleh tapi jangan irit ngomong, dong." Sahut Lev - dia satu-satunya adik kelas yang berani berkata demikian pada seorang Kenma.

Sebelum Kenma mengeluarkan kata-kata pedasnya, Taketora segera memukul kepala Lev dengan centong nasi berbahan kayu, "jaga bicaramu, dia senpaimu."

"Tapi bener, kan?" Kata Lev masih ingin membela diri, dan akhirnya Kenma beneran mengeluarkan kata-kata pedasnya.

"Bacot kau"

Hanya 2 kata tapi Lev bisa merasakan aura gelap menyelimuti senpainya. "Salah aku apa, kak?" Lesu Lev memeluk Inuoka yang sedang makan ayam.

Ditengah rengekan Lev, Kuroo terlihat sedang berpikir keras dan muncullah lampu bohlam dari kepalanya alias ide brilian, menurutnya.

"Ah, seandainya saja si Chibi-chan itu ada disini" ujarnya memandang ke langit biru, teman lainnya ber-oh ria memahami apa yang dikatakan Kuroo.

"Lagian kenapa harus Hinata? Apakah aku harus bertingkah seperti dia? Supaya Kenma-san mau menunjukkan ekspresi nya?" Tanya Lev benar-benar tidak bisa diam dan masih saja mencari masalah dengan Kenma.

"Kau tidak akan pernah bisa menyamai Shoyo. Itu mutlaknya" sederetan kalimat ini tidak cuma menyakiti Lev tapi juga Kuroo, pasalnya Kenma menyebut Hinata Shoyo dengan nama belakangnya.

Kuroo sedikit iri padahal Kenma selalu bersamanya sejak masih kecil diusia 9/10 tahun. Dan selama itu Kenma tidak pernah memanggil nama belakangnya.

"Kenma, kamu gak cuma nyakitin Lev tapi juga hatiku" komen Kuroo, tapi dia mendapatkan raut wajah ejekan dari temannya itu.

"Kayaknya aku harus batalin latih-tanding di camp sama Karasuno--"

"Don't you dare, Kuroo" ancam Kenma mengacungkan garpu didepan mata Kuroo. Sangat dekat, 1 cm lagi garpu itu menusuk matanya. "Just kidding" ucap Kuroo menjauhkan garpu Kenma dari wajahnya.

"Kira-kira mereka sedang apa ya sekarang? Apa mereka punya tak tik baru?" Sahut Yaku berangan-angan akan seperti apa rival abadi mereka di kota sebelah.

•••==•••==•••

"Kok tiba-tiba suasananya jadi berat gini ya?" Tanya Daichi - sang Kapten Karasuno pada rekan-rekannya

"Kayak ada yang ngomongin" jawab Sugawara yang sedang mengganti baju.

•••==•••==•••

Pulang sekolah, Kenma langsung rebahan di kasurnya. Tidak ada niatan untuk ganti baju ataupun mandi. Dia sangat malas sekarang dan memilih tidur sampai malam.

Kenma merasa tubuhnya sekarang lebih gampang lelah dari biasanya. Sakit kepala terus menyerangnya, minum obat pun tidak manjur sama sekali. Sesekali setiap dia meluangkan waktu sendirian, dia merasakan kedua tangannya gemetaran, jantungnya berdetak kencang gak karuan. Jari-jari kaki dan tangannya menjadi sangat dingin.

Dalam tidurnya dia selalu menitikkan air mata, bangun-bangun dia mendapati kedua matanya sudah sembap. Tidak pernah dia tahu apa yang sudah terjadi padanya dan dia tidak ingin mengetahuinya.

Keseringannya menangis dalam diam tanpa suara, tanpa kesadaran diri, akibatnya dia selalu merasakan sesak di dadanya. Sulit bernafas sebab hidungnya tersumbat. Sangat tidak nyaman. Seakan dia sedang simulasi pencabutan nyawa.

Tidak jarang pula dia meracau dalam tidurnya, "Kau tidak boleh bahagia, kau jangan pernah bahagia" suara-suara asing dalam otaknya sering sekali mengulangi 2 kalimat itu, membuatnya tidak mengerti.

Semakin dia menelusuri darimana suara itu, semakin kencang racauannya. Seperti sebuah mimpi buruk tetapi terasa nyata.

•••==•••==•••

Malam ini, jika Kuroo tidak datang ke rumahnya, mungkin Kenma sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Hey, Kenma. Aku disini, tidak apa-apa aku disini" ucapnya sambil menggosok punggung temannya agar lebih tenang.

Kejadian yang bukan pertama kali bagi Kuroo melihat temannya meracau tidak jelas, menyebutkan nama orang tuanya, dan menjerit meminta untuk berhenti. Kuroo merasakan sakit hatinya saat Kenma meracau di pelukannya.

Beberapa kali ia memberi kata-kata penenang untuknya. Walaupun dia ikut menitikkan air matanya.


.

Beberapa menit kemudian, kondisi Kenma mulai membaik dan tenang. Kuroo memasakkan makan malam untuknya, sedangkan Kenma masih melamun di kasurnya. Sesekali dia masih  sesenggukan, mengatur nafasnya karena hidungnya semakin tersumbat.

"Sial, kenapa lagi-lagi?" Gumamnya menyalahkan diri sendiri, ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Berendam dengan air hangat cukup membantu menenangkan pikiran dan melegakan hidungnya.

Ia pandang dengan semu langit-langit kamar mandi, mencoba mengingat apa yang barusan terjadi padanya. Sayang sekali dia tidak mudah untuk mengingatnya, bikin sakit kepala juga kalau dipaksa mengingat.

•••==•••==•••

TBC



'Kalau bukan karena Ayahku yang mengalah memberikan rumahnya untukmu, kau pasti sudah mati sejak dulu!'

KITTEN || Kuroo And Kenma Friendship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang