XII

147 25 1
                                    

"Minta maaf padanya atau tidak akan kubiarkan kau hidup"

Pantang untuk Kenma meminta maaf pada orang yang salah. Bahkan tidak Sudi baginya jika harus mencium kaki Ibu tirinya itu. Ibu tiri seperti itu Kenma tidak membutuhkannya.

"Aku menolak"

"Kenma!"
"Tidak akan!" Seru Kenma dengan lantang bersamaan dengan wajahnya ditendang oleh sang Ayah biadab.

Hidungnya berdarah dia abaikan. Pandangannya sekarang tertuju pada tangan si Ayah yang mengambil figura Ibunya - dia mau menjatuhkannya.

"Jangan!" Dengan gesit Kenma menangkap Figura Ibunya walau kepalanya membentur kaki meja.

"Sayang, sudah. Kamu membuat tetangga penasaran. Kita pulang saja." Ajak Istrinya dengan nada menggoda

"Ayo, Pa" ajak Rashita juga sembari mengejek Kenma yang masih memeluk Figura Ibunya, "bye, b*tch!"

Kenma menggeliat gusar merasakan nyeri di punggungnya. Selain itu dia harus bernafas lega karena Figura Ibunya baik-baik saja tidak ada lecet. Diciumnya foto itu dan dia letakkan lagi ke tempatnya.

"Maaf Ibu, Aku hampir saja membuat foto Ibu hancur. Jangan khawatirkan aku. Luka ini bukan apa-apa" ujarnya bermonolog pada Figura Sang Ibu.

Ia rasakan sesuatu mengalir dari dahinya, setetes darah keluar dari sana. Dia segera mengobati diri sendiri. Biasanya Kuroo yang selalu siap sedia mengobati dan merawatnya, sekarang dia harus melakukannya dengan mandiri.

Ini akan menjadi awal baru nya untuk memulai aktivitas dirumah secara mandiri. Bangun tidur mandiri, masak mandiri, membersihkan rumah juga mandiri. Melelahkan tapi dia senang.

Iya, senang. Sebab kemarin malam ketika dia belum siuman dari pingsannya, dia bermimpi bertemu dengan Ibunya. Pelukan hangat yang sangat dirindukan Kenma, suara lembut sang Ibunda dengan segala nasehat untuk nya tidak mudah ia lupakan.

Terlebih satu pesan yang begitu penting dari beliau untuknya ialah untuk "mencabut sumpahnya yang pantang bahagia. Kenma harus bahagia, kamu sudah lama tersiksa setelah kepergian Ibunda. Jangan sakiti dirimu, nak. Ibunda akan sedih melihatmu menderita"

Dari pesan mimpi itu, Kenma berdoa pada Kamisama kalau dia mencabut sumpahnya, dia memohon ampun atas sumpahnya yang membuat dirinya sendiri menderita.

Kamisama mendengarnya, tetapi Dia masih ingin melihat ketegaran Kenma menjalani hukumannya. Maka dari itu, disinilah hukuman yang sebenarnya akan terjadi pada Kenma.

•••==•••==•••

Pada waktu siang hari, ketika Kuroo baru saja sampai dirumah mau tidur karena kelelahan, Ayahnya memanggilnya.

"Antar makanan ini ke Kenma. Dia pasti belum makan siang" pintanya menunjukkan bekal makan 3 tingkat diatas meja.

"Dia bukan anak kecil lagi, kenapa masih dikirimin makanan"

Tentu saja Ayah dan Kakeknya - yang membaca koran kaget dengan ucapannya. Mata tajam sang Ayah menatap lekat kepadanya, seperti predator yang mau memangsa buruannya.

"Apa maksud dari ucapanmu?"

"Dia sudah besar, Ayah. Dia bisa memasak sendiri, dia bisa mandiri." Jawab Kuroo masih dengan nada biasa.

Sang Ayah tidak menyangka anaknya telah berubah. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi diantara mereka, tapi dimata Tuan Kuroo anaknya ini sudah kurang ajar.

"Tumben kamu kayak gini? Apa yang sudah terjadi diantara kalian?" Tanya Tuan Kuroo semakin menatap lekat ke Putranya.

Kuroo menghembuskan nafasnya sebelum mengutarakan apa yang sudah terjadi diantaranya dengan Kenma. Awalnya mereka kaget kemudian menjadi geram ketika Kuroo memutuskan untuk memutus tali pertemanannya.

KITTEN || Kuroo And Kenma Friendship [END]Where stories live. Discover now