14 || Hujan dan kehangatan

1.2K 96 11
                                    

🎶Angin - Nikita Willy 🎶

-Happy Reading📖-

•Karna bahagia saya selalu tentang kamu•

"Allah berfirman kepada orang-orang yang banyak dosa seperti kita. Yang pernah berzina, yang pernah minum khamar, yang mungkin pernah membunuh, yang pernah makan riba, yang pernah melakukan dosa diam-diam, yang banyak dosa, yang kotor hina dina. Allah bilang, 'yaa ibadi' hambaku gitu, lembutnya panggilan Allah kepada kita. Allah gak manggil 'wahai manusia' 'wahai pendosa' 'wahai orang yang hina' enggak. Allah bilang, 'bilang kepada hamba-hambaku yang banyak dosa' tapi Allah gak bilang yang banyak dosa, yang melampaui batas terhadapnya. Lembut sekali ma syaa Allah."

Zara terus terpaku mencerna ucapan ustadz yang mengisi kajian pada malam hari ini.

Tadi, Aidan mengajak Zara untuk sholat maghrib berjamaah dan mengikuti kajian malam di sebuah masjid dekat rumah mereka, Zara pun menyetujui itu. Ustadz pada malam hari ini berceramah seolah tau apa isi hati Zara akhir-akhir ini. Ceramah ustadz itu benar-benar deep. Zara hampir saja menangis mendengarnya. Sebaik itu Allah?

Zara menyesali tiap perbuatannya. Yang dulu masih berpacaran dengan Arjuna, masih suka ngebentak kedua orangtuanya, atau masih suka berbohong kepada orang-orang, membuat Zara terus saja memohon ampun kepada Allah selama kajian tadi.

Tidak ada yang kebetulan dari hidup kecuali memang Allah telah mentakdirkan itu semua.

Zara yang datang ke kajian malam ini, dan dengan ceramah yang pas sekali untuknya, bukan hanya sekedar kebetulan, karna mungkin Allah memang sudah mentakdirkan itu semua.

Kajian itu sudah selesai, adzan sudah terdengar di beberapa masjid lain, kini pun giliran masjid yang didatangi Zara. Suara adzan bergema, membuat hati Zara berdesir.

Suara siapakah itu? Mengapa seindah itu sampai membuat hati Zara benar-benar berdesir hangat?

Tanpa sadar suara adzan itu mampu membuat air mata Zara luruh. Rasanya lewat suara adzan itu Allah mendekapnya dengan erat.

Zara menoleh ke samping, beberapa ibu-ibu yang berada di dekat Zara pun ikut memuji suara seseorang yang mengumandangkan adzan tersebut.

"Ma syaa Allah, indahnya suara adzan malam ini."

"Suara siapa ya?"

"Saya juga gak tau, bahkan saya baru dengar malam ini."

"Kalau adzan di masjid kita seperti ini terus, kayaknya saya akan sering-sering datang ke masjid untuk sholat berjamaah dan mendengar suara adzan."

"Iya, sepertinya saya juga."

Zara menatap ibu-ibu yang tengah berbicara itu. Senyumnya mengembang, sepertinya ucapan ibu itu benar, Zara juga pasti akan bersemangat berangkat ke masjid jika suara adzan semerdu ini.

Adzan itu selesai, Zara membaca doa sesudah adzan lalu bangkit dari tempatnya untuk melaksanakan sholat sunnah dua rakaat sebelum sholat fardhu, sholat sunnah rawatib.

Satu persatu orang telah berdatangan, iqamah pun sudah berkumandang. Shaf mulai diluruskan serta imam yang sudah menjadi komando untuk sholat berjamaah.

•••

"Aidan mana ya?" gumam gadis itu seraya celingak-celinguk mencari keberadaan Aidan.

Diluar kini hujan, Zara juga tak membawa payung, ditambah lagi Aidan yang tiba-tiba saja menghilang. Membuat Zara merenggut kesal.

ZARA AIDAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang