42 || Kesedihan ku

850 41 0
                                    

🎶 Aku rindu — Cover Hanin Dhiya 🎶

—Happy reading 📖—

—Karna bahagia saya selalu tentang kamu—

*Semoga kalian gak bosen sama cerita aku ya, hehe

•••

“Alhamdulillah, kondisi pasien semakin membaik.” Ucapan dokter itu membuat semuanya menghembuskan nafas dengan senyuman yang tak bisa lagi untuk disembunyikan.

“Pasian sangat kuat. Baru semalam sadar, namun kondisinya sudah begitu jauh lebih baik.” Dokter lelaki itu menatap Zara, membuat Zara terkekeh pelan.

“Penyakit itu dilawan, bukannya dimanjakan! Iya kan dokter?” Tanya Zara, dokter itu mengangguk.

“Benar sekali.” Balas dokter itu, “Yasudah, kalau begitu saya pamit dulu. Ada pasien lain yang harus saya urus. Saya permisi dulu.”

“Baik dokter.”

Dan setelah dokter itu pergi bersamaan dengan satu orang suster yang menjadi pendampingnya. Farah dan Riska kompak mendekat. Riska dan Zafran memang selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk Zara. Karna bagaimana pun, kini Zara adalah anak mereka juga.

“Anak Mamah hebat!” Puji Farah.

“Kan didikan Mamah Farah gak pernah gagal.” Zara tersenyum membuat gelak tawa seisi ruangan itu terdengar.

“Didikannya emang pakai cara apa, Zar?” Tanya Riska.

“Di tatar umi. Biar kayak anak silat katanya mah.” Ucap Zara berbisik pada Riska.

Farah yang masih mendengar itu mendengus sebal. Bisa-bisanya Zara berucap seperti itu. Padahal main tangan saja Farah tak pernah.

“Mamah gak pernah main tangan sama kamu ya! Macam-macam kalau bicara!”

“Gak pernah main tangan? Seriusan?” tanya Zara dengan raut wajah yang begitu meledek. “Kalau nyubit, itu main apa namanya? Main kepala?”

Lagi, ucapan Zara membuat beberapa orang tertawa.

“Setiap orang tua beda-beda dalam mendidik anaknya, Zara.” Ucap Riska membelai lembut hijab Zara. “Gak ada orang tua yang kejam. Kalaupun iya, mungkin mereka belum tau betul gimana caranya untuk mendidik anaknya dengan baik.”

“Ingat selalu, gak mungkin kamu dilahirkan kalau kamu gak di inginkan di dunia ini.”

“Hehe, iya umi, Zara cuma bercanda. Zara sayang banget kok sama Mamah. Melebihi rasa sayang Zara ke diri Zara sendiri.” Zara membentuk tanda love dengan ibu jari dan telunjuknya dan dijulurkan ke Farah. “Saranghaeyo Mamah Farah yang cantiknya tiada tarahhh.” Setelahnya Zara terkikik geli dan langsung memeluk pinggang Farah itu.

Ya, walaupun Farah memang sangat tegas mendidik Zara. Tapi, Zara yakin, Farah hanya tak ingin anaknya itu salah jalan. Zara itu anak satu-satunya, jadi Zara tau betul kalau Farah tak akan mau anak satu-satunya ini kehilangan arah.

“Jadi, kapan Zara bisa ketemu sama Aidan? Dokter udh bilang kondisi Zara membaik, masa belum boleh juga ketemu sama Aidan.”

Semuanya sempat terdiam sesaat. Bahkan Riska dan Farah saling pandang dengan raut wajah yang susah untuk diartikan.

“Kalian kenapa malah diem? Zara masih istri sah-nya Aidan. Masa Zara gak boleh ketemu sama suami Zara sendiri.” Zara mencebikan bibirnya. Hal itu tak luput dari penglihatan Riska sedaritadi. Bukan tak ingin mempertemukan. Namun mereka belum siap untuk melihat kondisi Zara nantinya saat mengetahui bahwa suaminya itu telah tiada.

ZARA AIDAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang