39 || Skakmat

723 40 6
                                    

🎶Orang yang sama — Virgoun 🎶

—Happy reading 📖—

•Karna bahagia saya selalu tentang kamu•

Semalam Aidan memberitahu Zara kalau gadis itu diundang dalam acara bazar pondok oleh Kiyai. Karna tak enak hati, Zara akhirnya menurut saja.

Kalian tau kan apa sebabnya Zara tak suka datang ke pondok?

Ya, Nadia.

Zara benar-benar malas jika harus bertemu lagi degan gadis itu. Yang ada, nantinya Zara hanya dipojokan lagi, insecure lagi.

“Suka gak?” tanya Aidan seraya memandang wajah Zara dari samping.

Zara mengangguk seraya tersenyum, “Suka. Dekornya juga indah banget.” Zara menelisik ke setiap hiasan bazar di pondok malam ini. Lampu tumbler yang tergantung pada batang pohon pada sisi-sisi jalan benar-benar membuat cahaya bazar sangat indah. Belum lagi payung yang menjadi atap, membuat bazar tampak lebih menarik dipandang mata.

Saat keduanya sedang asyik berjalan, suara bariton membuat Aidan dan Zara berhenti dan sontak saja memandang ke asal sumber suara.

“Assalamualaikum,” ucap Ridwan tak lupa dengan senyuman ramahnya.

“Waalaikumsalam.” balas Zara dan Aidan berbarengan.

“Baru datang kamu, Dan?”

“Iya.”

Tak lama atensi Ridwan terarah ke Zara. Sontak Ridwan tersenyum yang dibalas senyum pula oleh Zara.

“Pantas saja ya Aidan sebucin ini sama kamu, Zar, ya orang istrinya secantik bidadari,” goda Ridwan membuat Zara sontak menatap Aidan dengan pipi yang bersemu.

“Jangan goda istri saya, dia gampang malu,” ucap Aidan menoleh sebentar kearah Zara.

“Apa sih!” elak Zara membuang asal pandangannya.

“Jadi gimana? Udah ada tanda-tanda si dede belum?” Pertanyaan itu sontak saja membuat Zara terdiam seribu bahasa.

Zara menggeleng dengan pancaran kekecewaan. Ridwan yang mengerti keadaan jadi tak enak sendiri. Padahal niatannya hanya bertanya saja, namun Ridwan tak menyangka bahwa ekspresi Zara akan berubah drastis seperti itu.

“Maaf, saya gak bermak—”

“Gapapa kok, santai aja,” potong Zara lalu tersenyum tipis.

“Kamu sendiri aja, Wan?” tanya Aidan berusaha untuk mengalihkan topik.

“Ya sendiri, memangnya mau sama siapa lagi?” Ridwan mengerutkan keningnya bingung.

“Fatimah?”

Mendengar itu Ridwan lantas memutar bola mata malas. “Terus aja terus! Gak usah ngeledek saya terus kamu!”

“Saya gak ngeledek, kan saya tanya.”

“Iya memangnya Fatimah siapa saya sampai saya harus berdua dengan dia?”

“Calon kamu?” Ucap Aidan lalu tertawa.

“Sudahlah! Malas saya kalau pembahasannya sudah gak jelas kayak gini.” Ucap Ridwan. “Kalau gitu saya pamit dulu. Ada urusan yang harus saya urus,” lanjut Ridwan.

“Jangan lupa urus Fatimah ya,” ucap Aidan dengan seringai menggodanya.

Ridwan memutar bola mata malas, “Terserah kamu!" Ucapnya jengkel, “ Assalamualaikum.” Dan setelahnya Ridwan benar-benar pergi. Malas meladeni Aidan yang terus-terusan membahas Fatimah. Padahal jelas-jelas dirinya dan Fatimah tak ada hubungan apa-apa. Ya, walaupun siapa sih yang gak tau kalau Fatimah itu menyimpan rasa untuk Ridwan. Namun, seperti yang Ridwan ucap waktu itu, dirinya hanya minder karna Fatimah seorang anak Kiyai, sementara dirinya apa?

ZARA AIDAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang