43 || Kenangan manis

753 36 2
                                    

🎶Tetap untukmu - Anneth🎶

-Happy Reading 📖-

-Karna bahagia saya selalu tentang kamu-

*Semoga kalian gak bosen sama cerita aku ya, hehe

•••

Tiga hari sudah Zara lewati. Gadis itu benar-benar berubah drastis. Lebih menjadi pendiam, dan juga sering menangis. Semua orang merasa khawatir bahkan teman-temannya juga ikut khawatir akan keadaan Zara.

Mendapatkan kabar duka secara tiba-tiba benar-benar membuat Zara terpukul. Terlebih saat kejadian kecelakaan terus saja berputar dalam pikiran Zara. Raut kekhawatiran itu benar-benar tercetak jelas dalam ingatan Zara sampai pada akhirnya Zara tak mengingat apapun lagi.

Bangun dari kesadarannya, ternyata semuanya telah berubah. Aidan, lelaki yang selama ini dirinya jaga justru Tuhan ambil dirinya.

Ya, walaupun Zara tau, tak ada manusia yang abadi. Namun, bolehkan Zara merasa egois dengan pikirannya sendiri?

Bolehkan Zara egois dan ingin Aidan-nya kembali terlihat di dunia ini?

Dokter baru saja keluar dan mengabari bahwa esok Zara sudah boleh pulang. Jelas itu membuat Farah dan Andi merasa bahagia. Namun tidak dengan Zara yang terus saja diam.

"Besok kamu udah boleh pulang, Zar." Farah tersenyum sumringah yang hanya dibalas senyuman tipis Zara.

Melihat itu sontak saja membuat senyum Farah perlahan memudar. Wanita itu menoleh ke suaminya, namun Andi juga hanya terdiam.

Andi maju dan langsung mengusap kepala Zara dengan penuh perhatian. "Anak Papah jangan sedih terus. Anak Papah harus bangkit dari keterpurukan ini. Papah yakin, Aidan bakal ngerasa sedih juga kalau kamu terus murung kayak gini, Zar."

Setetes air mata jatuh dari pelupuk nata cantik itu. "Zara... Zara susah Pah untuk ikhlas akan kepergian Aidan... Rasanya semua benar-benar kayak mimpi. Baru aja beberapa menit sebelum kecelakaan Zara ngerasa bahagia. Tapi kenapa harus berakhir kayak gini Pah?"

Farah mendekat dan langsung mendekap tubuh Zara dengan penuh kehangatan. "Zara yakin gak kalau takdir Allah gak ada yang buruk?"

"Ini-lah takdir. Takdir itu sudah ada jauuhh sebelum kita dilahirkan di dunia ini. Umur, jenis kelamin, dan segalanya tentang kehidupan ini sudah diatur oleh Allah. Kita cukup berusaha dan menjalaninya." Farah mengusap pipi Zara, namun tangis itu belum sama sekali mereda, justru isakan itu semakin jelas terdengar.

"Mamah yakin, kamu bisa lewatin ini semua."

"Susah Mah... Hiks... Zara gak yakin kalau Zara bisa lewatin ini semua."

"Zara bisa. Mamah yakin itu." Farah menjeda sesaat ucapannya. Perlahan Farah menyamakan pandangannya dengan Zara. Diusapnya dengan lembut bulir air mata itu. "Zara gak sendiri, ada Mamah, Papah, dan banyak orang yang sayang sama Zara. Kita lewatin sama-sama. Jangan pernah ngerasa sendiri ya nak?"

Tak sanggup lagi, akhirnya Zara memilih untuk memeluk Mamah-nya itu dengan air mata yang sudah tak bisa lagi ia bendung.

Andi yang melihat itupun langsung ikut berhambur dalam pelukan itu. Andi tanpa sadar ikut menitikan air mata. Baru pertama kali Andi melihat Zara yang begitu terpuruk, dan itu jelas membuatnya tak tega.

Kematian memanglah kehilangan yang sesungguhnya. Semua kata-kata itu akan benar terbukti kala kita sudah merasakannya.

Dan kini, Zara menyadari bahwa dirinya memang benar-benar mencintai lelaki itu. Lelaki yang menjadi suami tiba-tibanya itu. Dan lelaki manis yang selalu bisa membuat Zara tersentuh dengan kata-katanya.

ZARA AIDAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang