06. Persetujuan

76 12 1
                                    

Maaf sebelumnya, lama update. Terlebih yang nunggu banget cerita ini, ehh tapi ada yang nungguin gak sih(?)😂
Btw, harinya gimana? Baik?

Biar tambah semangat nih, baca yuk, ceritaa ini
Insyaallah, kalau gak sibuk, mau mengusahakan update cepat hehe.

Happy Reading 💖
Jangan bosan-bosan ya untuk selalu ingetin aku kalo ada typo.

Yuk vote + komennya kak😀

Janu duduk di bangku kayu tepat dibawah pohon mangga. Sembari memandang indahnya langit biru, tiba-tiba ia terpikirkan oleh sesuatu.

"Gimana caranya biar Bang Andra sama Nares baikan?"

Ia memicingkan matanya, otak Janu berusaha berpikir mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah itu.

"Caranya gampang." Kata Abah, tiba-tiba muncul menghampiri anak bungsunya itu.

Niat Abah untuk pergi ke rumah Dartono, seketika terhenti saat melihat anaknya itu duduk sendiri di bawah pohon mangga tak jauh dari rumah.

"Kita ajak mereka main." Lanjut Abah yang duduk merangkul anaknya.

Janu bingung maksud perkataan Abah."Main?"

Abah mengangguk menyakinkan argumennya.

"Udah besok liat aja." Ujarnya lalu menepuk pundak Janu untuk segera pulang. Namun, Janu menolak tawaran itu.

"Kunaon Janu? Berantem sama Akmal?" tanya Abah Eja. Tidak seperti biasa Janu tak bersemangat kalau diajak pulang.
Sebelum menjawab pertanyaan Abah. Sejenak, Janu mengambil napas. "Anu itu, mama anu-"

Abah tak paham bicara Janu. Dari tadi sebenarnya, Janu mau bilang apa? Membingungkan.

"Itu loh Abah. Janu makan pesenan orang. Kalau mama tau gimana? Janu takut dimarahin. Nanti uang jajan Janu, disita."

Sementara di rumah, mama sudah siap mengantarkan pesanan Bu RT ke rumahnya.

Abah dan Janu masuk bersamaan, mereka dapat sambutan hangat dari sang peri kecil menggemaskan. Siapa lagi kalau bukan Lolita.

"Bang Janu darimana?" tanya anak itu.

Janu duduk di samping Lolita. Kemudian, menerbitkan senyum sabit pada gadis itu. "Abis kabur," kata Janu.

"Kabur?"

"Sebenarnya, abang gak mau pulang. Cuman Abah maksa ngajak, ya sudah pulang aja." Tutur Janu

"Memang kenapa?"

"Takut sama mama. Tau alasannya kenapa?"

Lantas Lolita menggeleng. Ia tidak tahu.

"Karna tadi itu Abang makan-"

Sosok mama muncul dari dalam, membuat Janu menghentikannya bicaranya. "Bang Mirza, ayok bang berangkat. Mama udah siap nih," teriak mama.

Tak lama, Mirza datang dengan pakaian rapi. Perpaduan kemeja hitam dengan sarung kotak-kotak yang cocok dan kopiah yang dikenakan di kepala itu, membuat semakin menambah aura tampan.

"Bang Mirza ganteng banget." Puji Lolita.

Lantas laki-laki itu tersenyum pada adiknya itu, tak lupa berterima kasih juga dikatakan.

"Mau kemana bang?" seru Janu yang penasaran.

"Gak usah kepo." Balas Mirza. Janu menghela napas pasrah mendekati balasan kakaknya itu.

Mama dan bang Mirza pergi keluar. Sementara itu, Janu melanjutkan percakapan nya dengan Lolita.

****

"Mukanya kusut gitu ada apa nih?" Tanya seorang laki-laki berjaket kulit  warna hitam pada Kafka yang baru saja menghampirinya.

"Kenapa sih bos, cerita sama gue dong." Lanjutnya sembari menepuk pundak Kafka yang duduk di sebelahnya.

"Gue gak suka dia pacaran sama Kejora." Ulas Kafka yang sekarang, dia menghidupkan korek api untuk rokok yang barusan ia ambil.

Keduanya yang mendengar itu, hanya terkekeh. "Dulu waktu dia sama lu, lu nya malah nyakitin, bohongin, terus lu nya selingkuh lagi. Lah sekarang mau ngarep dia balik gitu? Ya pasti dia bahagia lah sama si Raka." Kata teman nya yang duduk tepat di hadapan Kafka, Si Dean.

Kafka tak menanggapi bicara teman nya itu, ia sibuk dengan pikiran yang terus berputar dalam otaknya, siapa lagi kalau bukan tentang Kejora sang mantan.

***

Keesokan harinya, semuanya sudah berkumpul di halaman rumah. Abah segera memberitahu kalau maksud mereka berkumpul di sini, sebab Abah akan mengajak untuk melakukan permintaan.

"Ha? Permainan?" Suara serempak dari ketujuh putranya.

"Kita akan bermain estafet air. Dibagi 4 orang dalam satu tim. Tim pertama, Abah, Raka, Akmal dan Mirza. Sementara tim kedua, Keisha, Janu, Andra dan Nares." Jelas Abah. Selain itu, Abah Eja juga menjelaskan cara bermainnya.

Semuanya mengangguk menandakan setuju. Namun, Andra tiba-tiba mengangkat tangan.

"Andra capek bah, gak ikut main ya." Serunya.

"Kumat nih penyakit jomponya. Hayuk cepetan bang Andra. Kalau enggak gue cium nih." Celetuk Akmal.

Andra langsung berekspresi geli mendengar ucapan adiknya itu. "Jijik buset. Gue gampar lo kalau cium gue." Kata Andra. Abah dan lainnya hanya tertawa melihat tingkah konyol mereka.

"Gampar aja, gue gak takut wlek." Sahut Akmal menjulurkan lidahnya. Andra rasa stok kesabarannya sudah habis. Ingin rasanya menjambak rambut Akmal.

"Hayuk bang ikut. Gak seru kalau gak ada Abang." Tiba-tiba Janu ikut bersuara.

"Bang, kalau lo gak ikut. Gue anggap lo pengecut." Teriak Raka pada Andra yang berjalan beberapa langkah meninggalkan mereka.

Mendengar itu, Andra langsung membalikkan badan. Raka pun tersenyum melihat kakak keduanya itu.

"Raka, lo tadi bilang apa? Pengecut? Oke. Gue ikut sekarang. Kalau gue menang, lo harus bayar balik duit yang kemarin lo pinjam buat beli novel pacar lo. Kalau gue kalah, utang lo anggap gue lunas. Deal?" ujar Andra dengan lantang.

"Deal." Sahut Raka dengan berani.

Akmal pun bersorak dengan gembira mendengar persetujuan mereka.
"Seru ini mah." Ucapnya kesenangan.

Bersambung

Tujuh Bentala Lolita | Nct Dream Where stories live. Discover now