15. Misi

31 1 0
                                    

Happy reading 🍒

Guyss, kalian boleh komen dan vote yaa nanti pas baca.

*Maaf kalau ada yg typo

***

Tepat pukul 7 pagi, mama dan Abah sudah berpakaian rapi untuk mensurvei tempat pernikahan Jefri. Semetara itu, ada Raka di ruang tamu sibuk menonton tv. Kondisi Raka masih membutuhkan istirahat yang banyak, jadi dia mungkin akan merasa sedikit bosan karena tidak bisa pergi jalan-jalan. Sementara, anak-anak Abah Eja yang lainnya sudah memulai aktivitasnya masing-masing. Kecuali Akmal yang masih sibuk menjelajah di alam mimpi. Semenjak pulang dari masjid tadi, Akmal tidur.

"Mama berangkat dulu ya, bang. Kamu istirahat, jangan keluyuran." Titah mama sebelum ia benar-benar pergi dari rumah. Raka pun mengangguk. Setelah mama dan Abah selesai berpamitan pada Raka. Laki-laki berkaos hitam itu beranjak dari duduknya, ia mengintip keluar memastikan mama dan Abah sudah berangkat. Sampai benar-benar mereka tidak lagi terlihat, Raka tersenyum senang. Dalam hati dia bersorak kegirangan, akhirnya dia bisa pergi tanpa ketahuan siapapun. Dengan cepat, Raka pergi ke kamar dan siap-siap pergi ke suatu tempat. Semalaman, ia sudah bersiasat akan mencari tahu siapa suruhan kakak Kejora.

Jaket kulit milik Janu, sengaja Raka pakai untuk menjalani misi hari ini. Lagian, Janu jarang sekali memakai jaket itu, makanya mending dia pakai aja. Tenang, Raka udah izin kok, lewat telepati. Pasti sekarang Janu tahu. Dia kan anak indihome, ehh indigo maksudnya.

Beberapa langkah Raka sudah berjalan, tetapi ia dikejutkan dengan kemunculan Akmal dengan baju merah dan kolor ijo terang dari kamar.

"Anjir, kalau mau muncul bilang-bilang dong."

Akmal langsung menolehkan pandangannya ke depan. Gak ada ekspresi apapun darinya kecuali hanya menatap Raka dengan cermat dari atas sampai bawah.

"Buset, kece bener otpitnya bang. Mau kemana?" tanya nya.

"Gak kemana-mana. Cuma ke warung nasi padang doang," jawab Raka.

Akmal memasang mata sipit, ia merasa curiga dengan kakaknya ini akan melakukan sesuatu. Pasti. Lalu, ia berjalan mengelilingi Raka dengan tatapan kecurigaan.

"Ngapain sih lo?" seru Raka kebingungan dengan tingkah adik satu ini. Akmal bocah kematian, julukan yang diberikan Raka.

Tidak ada jawaban dari Akmal. Ia memilih terus-menerus mengelilingi Raka. Setelah itu, tangan Raka pun menarik baju adiknya itu. Menyuruhnya untuk berhenti.

"Lo kenapa aneh gitu? Ada yang salah sama gue?" Lagi-lagi Raka bertanya.

Beberapa detik tidak ada suara apapun. Mereka malah saling bertatapan. Sementara Raka masih kebingungan.

Tanpa aba-aba Raka langsung mengusap wajah Akmal. Ia juga sempat membacakan ayat kursi.  Takut saja adiknya tiba-tiba kesurupan lagi seperti tahun lalu. Iya, Akmal itu pernah kesurupan.

Akmal menepis kasar tangan Raka, "Gue kagak kesurupan ye enak aja dirukyah," protes Akmal. Lagi-lagi Raka bertanya kenapa dia mengelilingi dirinya.

Sebelum menjawab, Akmal mendekatkan wajahnya pada Raka. Sampai-sampai Raka nyaris mau meninjunya. "Gue mencium aroma-aroma kebohongan," ujar Akmal. Raka ngedumel dalam hatinya, sejak kapan Akmal punya indera keenam?

Menggunakan satu jari, Raka menjauhkan kepala Akmal dari wajahnya. "Mulut lo bau, jauh-jauh sana."

"Sebenarnya lo mau kemana sih? Ke warung nasi padang aja pakai otpit kayak intel nyamar gitu, topi hitam, jaket hitam, celana hitam sekalian payung hitam pake aja deh," cerocosnya tanpa rem. Untungnya Raka langsung membungkam mulutnya, jika tidak bisa-bisa dia bakal nyerocos terus sampai sore.

Tujuh Bentala Lolita | Nct Dream Where stories live. Discover now