[ʀᴇɴᴊᴜɴ ʜᴜᴀɴɢ] ; 27

463 86 19
                                    

Vomet, thanks 💞

HAPPY READING!!
.
.
.
.
Sorry for typo.

Simpel aja, ada yang lupa pada dunia nyata ketika ia sudah terlalu berbahagia.

- - -

Kamu menatap pantulan wajah mu pada kaca kecil di hadapan mu, tangan mu terangkat memegang dahi mu yang masih menyisakan jejak kecil bekas pukulan kemarin disana.

Nyaris saja lupa, kalau kemarin Renjun tak bertanya "ini dahi kamu kenapa?"

Yang akhirnya hanya kamu jawab dengan kebohongan tentunya "oh ini kemarin gak sengaja jatuh di WC Karna ada kecoa"

Renjun yang mendengar jawaban mu tentu panik, tapi kamu berusaha untuk membuatnya tak kahwatir dan lebih tenang.

Kamu pun menghela nafas gusar, setelah kejadian itu tak banyak yang berubah. Kabar nya ayah mu kehilangan pekerjaan nya sebagai pengacara, tapi beritanya tak ada satupun yang tersebar luas di luar sana.

Sementara itu suasana di dalam keluarga kian memburuk, ayah dan ibu mu telah mengurusi persuratan cerai. Entah lah, tapi perasaan mu mengatakan bahwa sebentar lagi kamu maupun Winter akan menjadi anak sebatang kara yang tak pernah di akui oleh kedua orang tua mu.

Perasaan itu muncul dengan pasti, dan bukan suatu yang hanya dugaan saja ketika kamu mendengar pertengkaran mereka di malam itu..

"Oke!! Masalah kita ceria aku gak keberatan, tapi aku keberatan kalau hak asuh anak-anak harus di aku!"

"Kamu gimana sih jadi ibu!!, HARUSNYA HAK ASUH ANAK ITU ADA DI KAMU, BARU BENER!"

"LOH!? BUKANNYA KAMU YANG HARUSNYA MENAFKAHI ANAK-ANAK!??, LAGIAN AKU GAK MAU SAMA ANAK-ANAK. BIKIN BEBAN, APALAGI WINTER, EUH.. PENYAKITAN!"

"TAU SENDIRIKAN BANK AKU BANYAK YANG DI SITA!!, GIMANA MAU NAFKAHIN ANAK-ANAK!??"

"AH! BANYAK ALASAN KAMU, BAYARIN PENGOBATAN WINTER TIAP BULAN AJA MASIH BISA PAKE UANG CAST KAMU.."

"..POKOKNYA AKU GAK MAU KALAU SAMPAI HAK ASUH NYA JATUH KE AKU!"

"AKU JUGA GAK MAU!!"

Ya..

Mereka terus berdebat, persoalan hak asuh anak yang terus di oper-oper kan.

Merasa lelah mendengar hal itu, kamu pun memilih untuk kembali ke kamar mu, alih-alih pergi kebawah untuk mengambil minuman di dapur. Sudah tak haus lagi.

Memang benar adanya, persoalan ayah yang juga ikut membantu membayar biaya rumah sakit Winter, hal itu bukan suatu masalah lagi pada keluarga kalian, walaupun awalnya adalah sebuah masalah.

Masih bisa tinggal seatap dengan mereka adalah hal baik terakhir yang mungkin akan kamu rasakan pada keluarga dingin ini.

Mengapa baik? Bukan kah kamu benci keluarga? Benci ayah dan ibu mu? Bukankah mereka terlalu banyak berbuat hal jahat??. Semua alasan itu tak bisa menjadi patokan untuk benci, kalau nyatanya mereka adalah orang tua mu, maka ketika telah di tinggalkan oleh keduanya akan muncul perasaan yang jauh berbeda. Mungkin akan merasa sepi?

Prediksi mu seperti itu, kala belakang ini lebih jarang melihat mereka ada di rumah dan bertengkar seperti biasanya. Mereka juga sudah tak mencampuri urusan mu, melainkan urusan masing-masing.

Rasa hancur yang kamu rasakan di benak mu kini jauh lebih sakit dan berbeda dari rasa sakit yang sebelum nya, mungkin mengingatkan mu ketika kehilangan kak Cheng.

[✓]ʀᴇɴᴊᴜɴ ʜᴜᴀɴɢ • ᴴᵘᵃⁿᵍ ᴿᵉⁿʲᵘⁿ ˣ ʸᵒᵘWhere stories live. Discover now