Bab XII: 4 Pangeran kerajaan Januman VS Ni Luh dan Kyoshiro Bagian II

3 0 0
                                    


Sebulan yang lalu di kaki gunung Agung di Bali

Pagi itu Saori dan Miyuki mengunjungi rumah singgah tempat latihan mereka dulu ketika Saori pertama kali bertemu dengan pangeran Shailendra. Rumah singgah adalah sebuah rumah yang dijaga oleh satu keluarga terdiri dari tiga orang senior dari Equator Mystical School yang menjaga kebersihan dan membuat makanan bagi para murid yang berlatih di situ.

Rumah singgah terletak di bagian timur dari sekolah maupun kerajaan Januman dan di bagian selatan dari kaki gunung Agung. Sebuah rumah besar dengan delapan kamar, kolam renang dan sebuah lapangan terbuka di bagian belakang.

Saori dan Miyuki datang membawa sebuah kotak panjang terbuat dari kayu. Dari kejauhan terlihat sepasang pria dan wanita sedang menjemur pakaian. Ketika dekat, Saori dan Miyuki menyapa: "Selamat pagi kakek Wahyu dan nenek Ningsih. Bagaimana kabarnya?"

Kakek Wahyu Setiawan. 69 tahun. Pria Indonesia. Berwajah ramah, kulit sawo matang, rambut yang sudah memutih, tinggi 165 cm dan berbadan kurus. Berkarakter ramah dan baik hati. Menggunakan kaos lengan pendek berwarna putih dengan celana panjang hitam. Penjaga rumah singgah Equator Mystical School.

Nenek Ningsih Sukaesih. 70 tahun. Wanita Indonesia. Berwajah ramah, kulit sawo matang, rambut pendek yang sudah memutih, tinggi 160 cm dan berbadan kurus. Berkarakter ramah tetapi ceroboh. Menggunakan daster berwarna coklat muda. Penjaga rumah singgah Equator Mystical School, istri dari kakek Wahyu.

Keduanya serempak menjawab: "Baik, keadaan kami baik."

Miyuki bertanya: "Kami datang untuk menemui sepupu Putri Saori, Pangeran Kyoshiro."

Kakek Wahyu menjawab: "Nak Kyoshiro ada di lapangan belakang. Dia adalah murid yang sangat rajin. Setiap hari dia akan latihan dari subuh dan berhenti untuk istirahat makan siang setelah itu melanjutkan kembali sampai matahari terbenam. Silahkan ke belakang."

Saori dan Miyuki ke lapangan belakang dan melihat Kyoshiro sedang melakukan push-up dengan tiga jari di tengah lapangan dengan bertelanjang dada. Terlihat dia sungguh berlatih dengan keras dan tubuhnya dipenuhi dengan keringat. Ketika Saori dan Miyuki mendekat terdengar suara Kyoshiro: "995, 996, 997, 998, 999, seribuuu." Kyoshiro jatuh ke tanah.

Miyuki mengambil handuk yang berada di bawah pohon. Miyuki menyapa sambil menyeka keringat di punggung Kyoshiro: "Selamat pagi pangeran Kyoshiro, saya dan putri Saori datang membawa hadiah untuk pangeran dari Sun Shogun Dai."

Kyoshiro bangun sambil menyapa: "Halo Miyuki dan Saori" sambil hendak memeluk Saori.

Saori melihat Kyoshiro bertelanjang dada dan berkeringat hendak memeluknya, Saori segera memberikan tangan untuk menahan Kyoshiro mendekat sambil berteriak: "Kyaaa, jangan mendekat! Kamu penuh dengan keringat!"

Kyoshiro tertawa, dia malah menghampiri kotak kayu panjang yang ditaruh di lantai oleh Miyuki dan membukanya. Setelah membukanya, matanya memancarkan senyum dan sukacita. Dia mengeluarkan sebuah tombak yang terbagi menjadi dua bagian kemudian menyatukannya. Ternyata tombak mempunyai ujung yang terbuat dari batu yang meruncing.

Kyoshiro berkata dengan bangga sambil mengangkat tombak ke atas dengan kedua tangannya: "Akhirnya saya memiliki tombak batu Tonbogiri. Dengan ini saya tidak perlu takut lagi melawan tombak api Agni milik Gagan."

Kyoshiro sangat kegirangan dan memainkan senjata barunya. Dia terlihat sangat kaku menggunakan senjata karena biasanya Kyoshiro bertarung dengan tangan kosong.

Tidak lama kemudian guru Ni Luh datang bersama seorang wanita gemuk menghampiri mereka bertiga.

Miyuki menyapa: "Halo guru Ni Luh dan bibi Suryati, akhirnya kita ketemu lagi." Wanita gemuk tersebut hanya tersenyum sambil mengangguk.

Angels Battle 3 SupernaturalWhere stories live. Discover now