Bab. 6 -- Nasib Bumi

10 1 1
                                    

Braaaaaaak!!
Aku masuk ke dalam Dome dengan raut kecemasan. Terenggah-enggah mengatur nafas saat Ibu ku menghampiri dengan ekspresi paniknya.

"Ada apa denganmu? Mengapa panik begini?". Tanya Ibu yang wajahnya justru terlihat lebih panik dari pada wajahku sendiri.

Aku nyengir. Ibuku justru keheranan.
"Loh, ada apa sih, Marion! Sudah membuat takut malah nyengir-nyengir begini."Tanya Ibuku kesal. Dari sudut ruangan Ayah datang menghampiriku. Dia membawakan segelas air.

"Ada apa?" Tanya Ayah dengan lembut saat aku sudah duduk tenang di lantai.

"Stefanus menakutiku dengan meceritakan tentang Draco, Ayah." Kataku. Tiba-tiba Ayah terbahak-bahak. Aku dan Ibu keheranan.
"Apa itu Draco?" Tanya Ibu penasaran.

"Itu hanya sejenis kelelawar, Mari. Memang sedikit lebih besar dari kelelawar biasa, tapi hewan itu tidak menyeramkan." Jelas Ayah.

"Apakah dia menghisap darah?" Tanyaku.

"Tentu saja tidak. Dia hanya memangsa hewan-hewan kecil saja. Kau tak perlu takut." Kata ayah.

"Sial!" Kataku kesal dengan ulah Stefan.

"Ya sudah, kau bersih-bersih dulu sana, sebentar lagi kita akan makan malam." Kata ibu.

Aku beranjak menuju kamarku. Lalu aku kembali keluar dengan membawa sebuah baju berbentuk dress panjang selutut. Dres berwarna caramel itu memiliki tombol yang aneh dibagian lengannya.

"Ayah, Ibu. Baju apa ini?" Tanyaku saat keluar dari kamarku.
"Oh, itu wajib kamu pakai saat malam hari, Marion. Karna suhu udara di Ares saat malam hari begitu sangat dingin, hampir sama dengan suhu di Briox. Untuk kita yang biasa tinggal di iklim tropis pasti sangat mengganggu dan tidak terbiasa. Untuk itu Ayah dan tim lainnya membuat baju khusus agar kita semua mendapat kenyamanan saat malam hari tiba." Kata Ayah menjelaskan. Aku mengangguk-angguk.

Aku bergegas ke kamar mandi. Aku melihat sekelilingnya. Tak ada yang aneh sih. Ada toilet dan shower juga. Dan sebuah wastafel dengan kaca yg lumayan besar. Betapa terkejutnya aku saat menyentuh kaca itu tiba-tiba berubah menjadi jendela yang bisa membuat kita melihat pemandangan di luar Dome ini. Langit sudah berubah gelap. Padahal untuk waktu bumi sekarang mungkin masih jam 1 siang. Bintang-bintang bertaburan, sangat banyak dan berkelip-kelip indah, terasa begitu dekat. Bulan yang sangat besar pun tampak menyinari dengan sangat indah.
Aku mengangumi betapa indahnya ciptaan Tuhan ini. Dan sungguh luar biasa kuasa Tuhan kepada manusia-manusia disini yang diberikannya kehidupan kedua setelah Bumi. Mereka semua termasuk aku tak musnah, malah hidup membentuk peradaban baru. Aku sangat bersyukur menjadi salah satunya yang menikmati semua keindahan ini. Kusentuh kembali kaca itu dan berubah kembali menjadi kaca untuk ku berhias. Aku melanjutkan kegiatan mandi ku yang tertunda. Airnya begitu jernih dan menyegarkan.

"Kau sudah mandi?" Tanya Ibu. Aku menggangguk.
"Ayo kita makan dulu." Aku bergegas menghampiri sebuah meja dengan 3 buah bangku yang berhadapan. Lalu dahi ku berkerut melihat hidangan yang disajikan oleh Ibuku. Dalam piring itu terhidang sejenis makanan berbentuk kotak berwarna-warni.
"Apa ini?" Kataku.
"Cobalah dulu, makanan ini lumayan enak." Kata ibu.
"Kau pasti tidak berpikir kita akan memakan spagheti di sini bukan?" Ibu tertawa terbahak-bahak.
"Ayo, lekas kau coba dulu, sayang." Lanjut ibu.

Dalam 1 alas piring terdapat 5 kotak aneh. Berwarna-warni. Kuning, coklat, hijau, putih dan orange
Ibu memisahkan diantaranya. Putih, hijau dan kuning di tempatkan dalam satu tumpukan, sementara coklat dan orange berada berada salam satu urutan bersama.

"Kau makan dulu yang berwarna putih, hijau dan kuning, ok." Kata ibu.
Aku mencoba mengigitnya perlahan.
"Ehmm.. ini nasi!" Kataku berteriak kaget. Ayah dan ibu tertawa melihat reaksiku.
"Tentu saja. Enak bukan?" Kata ayah.
Aku mencoba lagi yang berwarna hijau dan kuning. Wow, hijau seperti rasa sayuran dan kuning seperti rasa ikan.
"Hahahhahahhahaha." Aku tertawa terbahak-bahak.
"Ini enak sekali!" Kataku bersemangat.
"Tapi lebih nikmat memang kalo semua ini berbentuk aslinya bukan, bu?" Kataku yang di beri anggukan dan jari jempol oleh ibu ku.
Aku lanjutkan memakan kotak yang berwarna coklat dan orange. Ini seperti rasa susu dan mangga. Wow, sungguh nikmat, meskipun bukan berbentuk seperti nyata. Dan herannya, semua ini membuat ku kenyang. Benar-benar luar biasa semua yang aku alami.

New Life in The AresWhere stories live. Discover now