PROLOG

166K 6.7K 228
                                    

Don't comment carelessly.

Be wise in typing.

Area khusus dewasa. Maksa baca? Tanggung sendiri.

Pembaca gelap? Go from now on! Before I throw out.

Pembaca gelap? Go from now on! Before I throw out

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♡♡♡♡

Ballroom ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang. Kursi-kursi berjejeran rapih membuat dua barisan yang tercipta sehingga jalan lumayan besar menuju panggung terbuat. Ini adalah pesta pertunangan yang sangat amat meriah. Hiasan yang didominasi warna putih-emas terlihat berkelas dan sangat menandakan bahwa si hajat bukan orang sembarang.

Hari ini adalah perayaan besar bagi keluarga Regulus, salah satu putri mereka akan melangsungkan pertunangan dengan pria pilihan. Tentu lelaki pria terhormat, sederajat, dan tampan.

Keluarga Regulus memang terkenal modis dan berkelas dalam personal. Semuanya harus rapih dan bersih. Bahkan untuk dekorasi di buat sedemikian indah seperti pesta di negeri dongeng. Tidak heran kalau menantu saja mereka cari yang setara dengan mereka.

Tentu tamu undangan tidak main-main juga. Tidak ada yang boleh masuk kecuali tamu undangan. Penjaga ada di setiap sudut rumah bak istana kerajaan ini.

Yang diam-diam membuat seorang Viena Sylvaine menyeringai karena saat-saat ini dimana keluarganya tidak fokus. Itu artinya Viena ada kesempatan kabur 'sejenak' dari rumah itu. Tapi sayang beribu sayang para penjaga bertugas dengan baik.

Viena dengan gaun putih yang panjangnya selutut memilih berjalan santai mengelilingi rumah. Bola mata berwarna coklat terangnya menjelajahi setiap sudut ruangan yang dihias sangat-sangat indah. Ini bukan kali pertamanya Viena melihat pesta. Ia sudah sering datang ke pesta yang Ayahnya buat sendiri, namun tidak untuk pesta di luar rumah.

Jemari putih Viena menyentuh bunga-bunga berwarna putih di atas meja makan berukuran panjang. Setahu Viena ini adalah bunga Peony, bunga berwarna putih dengan sedikit kelopak pink pucat.

Viena tersenyum kecil. Baru dilihat dari sini saja sudah cukup indah, bagaimana jika Viena langsung ke tempatnya berasal? Viena jamin itu adalah hidden paradise. Surga tersembunyi di dunia.

"Baby,"

Viena menoleh kecil, gerakannya sangat anggun. "Iya?"

"Kenapa keluar kamar? Acaranya jam delapan malam tapi kamu udah keluar jam 4 sore. Masuk ke dalam lagi sana,"

"Aku mau lihat-lihat doang, Yah." ujar Viena tersenyum kecil.

"Jangan sampai keluar, okay?" David mengelupas kepala putrinya dengan lembut membuat Viena mengangguk patuh.

"Sure..."

Setelah itu David pergi ke lantai atas bersama asisten pribadinya. Viena memperhatikan Ayahnya sampai lelaki itu hilang dari pandangan. Cewek itu menghela nafas panjang. Kakinya melangkah keluar melalui pintu di samping rumah. Meskipun banyak orang, orang-orang tidak sadar bahwa Viena keluar secara diam-diam. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Dan Viena bersyukur karena itu. Viena menatap tembok besar di hadapannya. Tembok yang terbuat dari semen bercat putih menjulang tinggi sekitar 3 meter dari tanah. Sedangkan yang Viena tahu tingginya adalah 169 cm. Viena menelan ludah. Ia tahu ini berat, namun ia tetap nekat manjat dibantu oleh batu besar yang tertanam lama di sana.

"Ngapain lo?"

Viena mengerjap cepat. Tubuhnya menjadi kaku ketika melihat saudara perempuan tidak jauh darinya. Perempuan dengan gaun pesta berwarna hitam itu berjalan mendekat.

"Lo mau kabur?" selidik Ilora dengan memicing tajam.

"Sssstttt jangan kasih tahu!" Viena mendekat kearah Ilora dan membekap mulutnya yang langsung ditepis oleh Ilora.

"Gue bilangin Ayah tahu rasa lo!"

"Harusnya kamu seneng. Kamu jadi bisa gantiin aku, kamu bisa berkuasa, kasih sayang Ayah sama Bunda bisa sepenuhnya tertuju sama kamu. Bukannya itu ya yang kamu pengen?" Alis Viena terangkat satu.

Kini Ilora bungkam. Cewek itu mengulum bibirnya kedalam lalu tersenyum kecil. "Pergi aja," sahutnya.

"Tergiur?" Viena terkekeh sinis."Kita sama-sama untung. Kamu dapet Ayah Bunda aku, dan aku dapet kebebasan."

"Ok, kalau bisa lo gak usah kembali." ujar Ilora. Ilora membenarkan tata rambutnya yang sebenarnya sudah rapih. Cewek itu lalu menatap Viena. "Selamanya aja, gue rela kok sepupu."

Mulai dari kenekatan itu Viena menjalani hidup dengan penuh dramatis dan luar biasa di luar rumah yang sebelumnya tidak pernah Viena duga.

♡♡♡♡

Note:... Bila ada kesamaan nama, tempat, latar dan situasi mohon dimaafkan. Namun ini murni pemikiran saya sendiri. Do not talk nonsense.

Warn: Mengandung efek kecanduan, alkohol, smoking, 18+, unsur dewasa, adegan kekerasan dan inappropriate sentence⚠️

Publish Rabu, 20, April 2022
Finish I don't know.

♡H A P P Y  R E A D I N G♡

PS: pembaca sehat pasti Vote dan Komen🤗

My Little Girl [Completed]Where stories live. Discover now