CHAPTER: 29

29.8K 2.4K 337
                                    

Gak papa gak samape target. Tetep update kok ehehehe. Aku gak tega sama yang udah votenya♥️

Enjoy guys! Mangats bacanya!

DON'T FORGET TO COMMENT AND VOTE.

♡♡♡♡

CHAPTER 29: Titik Terang.

♡♡♡♡

"Mereka juga tahu?" gumam Shaka. Para siswa-siswi yang melewatinya pasti menyempatkan diri menatap aneh dirinya. Ada kalimat-kalimat yang dilayangkan dan semuanya hampir sama!

Mengenai Viena.

Dan... Mengenai rahasianya.

Ekspresi terkejut sebenarnya sudah ditunjukkan sejak awal. Namun Shaka berusaha tidak goyah dan mengabaikan. Tetapi semakin ia menyelusuri lorong semakin banyak orang yang membicarakan itu.

Shaka tentu bingung. Jantungnya tidak bisa berdetak dengan tenang apalagi memikirkan rahasia ini terbongkar hingga ketelinga penjuru sekolah. Shaka pikir cukup para guru yang mengetahuinya.

Apa guru memberitahu mereka semua? Mustahil. Guru-guru di sekolahnya tidak sejahat itu untuk gadis tidak berdosa seperti Viena.

Saat dirinya masih belum tenang. Shaka melihat sebuah kerumunan diujung koridor. Kening laki-laki itu berkerut samar. Ia mendekat, masih di jarak 7 meter kehadirannya membuat semua orang mengetahuinya. Raut wajah Shaka tampak datar. Ia mendekat hingga kerumunan terbelah menjadi dua. Secarik kertas yang tertempel di tengah Mading membuat rahang Shaka mengeras.

Shaka merampas kertas tersebut cepat. Ia menyobeknya tanpa ampun yang membuat orang-orang di sana meringis ketakutan.

"Percuma kali, Ka. Di Sosmed sekolah juga udah tersebar luas. Malah bukan cuma sekolah ini yang liat. Sekolah lain juga bisa." celetuk salah satu siswa di sana tanpa takut akan reaksi yang Shaka keluarkan.

Benar saja. Shaka langsung menarik kerah bajunya kasar.

Semuanya tersentak kaget. Begitupun si siswa tadi. Seluruh tubuhnya gemetar ketakutan.

"Terus? Lo pikir gue takut? Gue malu? Enggak. Gue sama sekali gak takut di saat apa yang gue lakuin itu bener."

"Bener lo bilang? Berbohong sama guru yang lo maksud?" tanya yang lain.

"Lo nyimpen jalang, Ka. Bukan sepupu. Itu sama sekali gak pantes."

Shaka menyeringai kecil. Cengkraman tangannya berpindah pada sosok yang baru bicara tak pantas tadi. Viena nya baru saja di hina! Shaka diam saja? Tentu tidak!

"Lo bilang Viena jalang?" desis Shaka tajam.

Bugh!

Shaka memberi bogem mentah pada pipi laki-laki itu.

"Enak? Hm?" Shaka tertawa kecil. "Nyawa lo bisa gue incer sekalipun lo lari keujung dunia, Fanraz Dwi Cahyo." eja Shaka sembari melirik name tag di dada laki-laki itu.

"S-sorry..." Laki-laki menyatukan tangan di depan dada.

"Cih! Perkataan lo yang pantes disebut jalang. Lo kotor!" tandas Shaka membuatnya menelan ludah susah payah.

Setelahnya Shaka bangkit. Semua orang yang menyaksikan itu diam tanpa berkutik sedikitpun. Mereka segan pada Shaka sebab perilakunya yang tidak bisa ditolerir, emosinya tidak bisa dikontrol, dan kekuatan pukulannya sekuat baja.

Dibanding melanjutkan menghina Viena, mereka lebih memilih berhenti sebab takut pada Shaka. Jika dilihat Shaka memang orang yang tenang, namun saat emosi menguasi dirinya, pukulan menjadi solusi disetiap masalah.

My Little Girl [Completed]Where stories live. Discover now