CHAPTER: 15

41.9K 3K 462
                                    

Bonus Part kece karena kalian udah mau setia nunggu CERITA PRIK INI😭❤️

BUTT.... tetap vote dan komen yaa untuk menghargai.

BTW PANGGIL GUE FEY, ATAU PI❤️

Yoi... gue masih bocil. Gak usah pake embel-embel "kak" atau "teh".

Lebih enak dipanggil "adek" soalnya gue gak punya kakak😭😭🙏🏼🙏🏼💔
Boleh yaa?🥺

★★★★

"Hoodie lo jangan lupa!"

Viena mengangguk lucu. "Iyaa."

"Masker lo juga."

Pertama kali Shaka mengajak Viena ke pusat perbelanjaan ada kejadian tak terduga yang tidak mereka inginkan. Kini Shaka mengajak Viena kembali ke tempat ramai, pusat perbelanjaan yang berbeda dari yang pertama kali mereka datangi.

Tidak ingin mengulang kesalahan yang lalu, Shaka menyuruh Viena memakai masker, berpenampilan tertutup bahkan kepalanya tertutupi oleh Hoodie dan memakai kacamata hitam.

Mau bagaimanapun Shaka telah janji mengajak Viena keluar. Meskipun ia takut kejadian seperti beberapa hari yang lalu terulang kembali. Dan di tengah jalan ia kepikiran untuk membeli pakaian wanita untuk gadis ini. Kasihan kalau Viena terus memakai pakaian lelaki punyanya.

Setelah mengelilingi beberapa toko di lantai atas akhirnya mereka menemukan toko yang pas. Di sana banyak pakaian gadis remaja yang cocok untuk Viena. Pakaian berwarna yang sudah pasti di sukai gadis ini. Terbukti ketika Viena langsung memekik kegirangan dan tanpa di duga masuk lebih dulu ke dalam toko membuat Shaka menghela nafas panjang.

Singkat waktunya, di tangan Viena sudah terdapat 4 tote bag. Harganya memang tak seberapa namun akan sangat berarti untuk Viena jika yang memberi adalah Shaka.

"Yey!" Viena lompat girang. "Shaka baik!"

"Sekarang kita cari kado buat Rayan."

"Shaka mau kasih kado apa?"

"Apa ya?" Shaka tampak berfikir. "Kayaknya gak ada di sini deh. Lagi pula lo gak boleh terlalu lama di sini."

"Aku ikut kemanapun Shaka pergi." sahut Viena sambil tersenyum.

Mereka berjalan beriringan. Mungkin orang yang tidak mengenal mereka akan menyebut mereka adalah sepasang kekasih. Shaka dan Viena tampak serasi. Sikap manja Viena yang tak malu ditampilkan di depan umum membuat mereka salah paham.

Menjadi kebiasaan Viena memeluk lengannya jika bersama Shaka. Begitupun Shaka yang tampak tak risih, seperti menikmati namun tak menghilangkan kesan cold nya.

Mereka meninggalkan area pusat perbelanjaan. Jalanan di kota tampak ramai. Sore adalah waktu dimana orang-orang berlomba-lomba sampai rumah dengan selamat. Menemui keluarga dan berbagi pengalaman menyenangkan. Berbeda dengan Shaka yang malah keluyuran dengan seorang gadis.

"Gue beliin dia jam kayaknya bagus." gumam Shaka.

Viena menggeleng polos. "Motor aja, Shaka. Lebih bermanfaat."

"Tahu bermanfaat, Na. Tapi emang lo punya uang?"

"Shaka punya kan?"

"Enak aja lo. Udah numpang morotin pula! Mau gue usir lo?"

"Ih Shaka mulai deh! Ngeselin tahu!" Viena kesal.

"Aku mau beli hadiah juga!" Viena masuk ke dalam toko jam mewah di pinggir perempatan kota.

My Little Girl [Completed]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu