CHAPTER: 42

27.6K 2.6K 484
                                    

1k lanjuttt😘

Don't forget to vote and comment! Don't judge!

Ini Ig aku: feyy.feyy07😍

Bacanya pelan-pelan cuy. Panjang nieh.

♡♡♡♡

Chapter 42: Mine.

♡♡♡♡

Viena termenung sendirian di dapur. Matanya mengarah lurus ke arah gelas kaca. Tatapannya remang, kosong pula karena pikirannya kini berkelana jauh. Pesan yang tiba-tiba masuk dari Karin sangat memporak-porandakan pikirannya saat ini.

Viena pikir Karin akan mengirim pesan berisi rasa rindu padanya. Namun ternyata salah. Karin murka. Karin memperingatinya.

Kemudian Viena berpikir. Viena merasa tidak terlalu dekat dengan Rayan seperti ia dekat dengan Shaka. Viena hanya tidak bisa sendiri. Dan yang pasti Viena menganggap Rayan seperti kakaknya sendiri berbeda dengan Shaka yang ia anggap sebagai calon masa depannya.

"Kak Karin marah sama aku..." Viena membasahi bibir bawahnya. "Seharusnya aku gak meminta bantuan ke Rayan... Rayan sudah punya pacar."

"Tetapi kalau gak kemari aku gak bisa perjuangkan rasa cintaku pada Shaka..."

"Aku salah ya, Tuhan?" gumam Viena pelan. "Maafin aku..."

"Ternyata lo di sini..." Suara yang berasal dari belakang membuyarkan lamunan Viena.

Gadis bersurai sedikit kemerahan itu mendekat ke arah Viena yang perlahan berdiri. Senyum Viena melebar. Ia hendak memeluk Karin kalau saja Karin tidak menghentikannya.

"Stop. Jangan peluk gue!" katanya.

Senyum Viena luntur. Kepalanya mengangguk patuh. "Okay..."

"Rayan ada di rumah?"

"Tadi keluar... katanya mau ke rumah sakit jenguk Bunda nya Jhosep."

Karin mengangguk santai. "Gue to the poin aja deh. Lo ada hubungan apa sama Rayan hah?"

Viena menggeleng pelan. "Aku hanya berteman."

"Lo pikir gue percaya? Sifat bocah lo itu gak bisa di percaya!"

"Aku serius, Kak."

"Terus kenapa lo tinggal di sini?! Lo mau rebut Rayan dari gue kan?! Bener kan?!"

"Enggak. Aku ada misi. Aku ke sini karena—"

"Halah! Gak usah ngeles!" Karin mendorong jidat Viena kasar. "Udah berapa kali lo tidur bareng Rayan hah?! Berapa kali?!"

"Aku gak pernah..." lirih Viena pelan. Nyalinya mulai menciut akibat Karin mulai kasar.

"UDAH GUE BILANG GAK USAH NGELES! JUJUR AJA!!" bentak Karin yang lalu mendorong Viena kasar hingga membentur meja makan di belakangnya.

Air mata Viena mulai mengalir. Gadis itu menunduk ketakutan. Tubuhnya gemetar.

"Jangan mentang-mentang lo anak orang kaya lo bisa seenaknya kayak gini! Emang bener kata sepupu lo, lo itu bisanya ngerebut kebahagiaan orang! Lo tega, Na!"

"Enggak aku gak pernah merebut kebahagiaan orang!" sahut Viena membela diri. "Aku juga mencari kebahagiaan, aku memperjuangkan cintaku ke Shaka. Aku tinggal di sini karena pengen bertemu Shaka!!"

"DENGAN LO CARI KEBAHAGIAAN DI SINI LO JUGA REBUT KEBAHAGIAAN ORANG!!" teriak Karin menggebu-gebu.

Pipi Viena di cengkraman oleh jemari lentiknya. Kuku-kuku cantik miliknya menancap di sana karena Karin sengaja menekan. "Jauhin Rayan!"

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang