CHAPTER: 34

27.1K 2.2K 303
                                    

HEII GUYS! Sorry for the trouble earlier! Benar-benar gak di sengaja serius🤭 mau nyimpen malah jadi publish awokawok.

BTW DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT!!

♡♡♡♡

CHAPTER 34: Still With You.

♡♡♡♡

Tanpa pikir panjang Shaka menutup pintu mobil kencang, dengan degup jantung tak kalah kencang. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri berharap sosok yang dicarinya ada di sekitar sini.

Sumpah demi Tuhan Shaka panik. Ia bingung harus melakukan apa di situasi seperti ini. "Tuhan, please jangan gini... Kasihan Viena..."

"Viena!" panggil Shaka seraya melangkah kebingungan.

"Na, lo dimana?!"

"Sialan!"

"Lo hobi banget bikin gue naik darah!" Shaka semakin menjauh dari parkiran minimarket.

Melihat ada pemuda yang lewat di depan minimarket membuat Shaka menghentikan langkahnya tanpa pikir panjang. Pemuda itu tampak kebingungan melihat Shaka yang panik.

"Mas, mau nanya. Li-liat gadis kulit putih terus pake selendang di kepalanya gak? Mas liat gak?"

"Oh itu tadi saya liat di sana sama ibu-ibu," ucap pemuda itu sembari menunjuk ke belakang.

Shaka ikut menoleh, matanya terbelalak mendapati Viena berada di sana. Di sebrang jalan bersama ibu-ibu yang tengah mengandung. Shaka tidak bisa berkata-kata. Tanpa mengucapkan 'terimakasih' pada pemuda itu, Shaka berlari kecil dengan emosi penuh.

Emosinya semakin bertambah saat Viena masih sempat-sempatnya tertawa di dalam situasi ini. Selendangnya pun tidak dipakai, hanya disemat di leher entah sebagai apa.

Tangan yang awalnya terkepal kuat kini terbuka untuk mencekram erat pergelangan Viena. Tangan itu milik Shaka. Pemiliknya lalu menyeret hingga Viena terkejut.

"Shaka!"

"IKUT GUE!!"

"Shaka tunggu, jangan cepat-cepat tangan aku sakit!" ucap Viena sembari sesekali menoleh ke belakang dimana ibu hamil itu masih berdiri memaku sembari menatapnya kasihan.

Tidak kunjung mendengarkan Shaka terus menyeret Viena hingga mereka menyebrang dan sampai di parkiran minimarket. Shaka cepat-cepat membuka pintu mobil.

"Masuk!"

"Shaka tapi—"

"MASUK GUE BILANG!!!" teriak Shaka keras.

Viena menunduk ketakutan. Wajahnya menjadi pucat dalam hitungan detik.

"LO BUDEK APA GIMANA SIH?! MASUK, NA!!" Shaka mengulang perintahnya sembari mendorong Viena masuk ke dalam mobil.

"I-iya..." Viena masuk dengan terpaksa. Melihat Viena sudah duduk Shaka kemudian membanting pintu mobil keras. Setelahnya laki-laki itu memutari mobil untuk mendapat gilirannya.

Di dalam mobil menyala tanpa basa-basi Shaka, mulai berjalan meninggalkan area parkiran. Sedangkan Viena masih menunduk sangat dalam. Jemarinya bertaut cepat di pangkuan, bibir bawahnya di gigit keras berusaha berani untuk membuka suara.

"Shaka ta-tadi itu aku tolong ibu-ibu yang mau nyebrang..."

Shaka tidak bergeming.

"Dia kesulitan... Perutnya besar sekali. Apalagi dia bawa banyak belanjaan. Aku gak tega liatnya Shaka," ujar Viena berusaha membuat Shaka mengerti.

My Little Girl [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora