09. Calon Tunangan

221 31 2
                                    

"Sebenarnya gue pengen hubungan ini bukan pura-pura, tapi gue takut berakhir kecewa di antara kita."
-Arshaka-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

Shaka membuka pintu Gereja megah yang berada di dekat rumahnya. Ada perasaan ragu terukir dalam hatinya, tapi nuraninya mengatakan jika ada sesuatu di dalam sana yang wajib Shaka ketahui. Shaka pun bingung, mengapa anggota badannya tergerak dengan sendirinya untuk memasuki tempat ibadah umat Kristen ini.

Maniknya menelusuri setiap sudut Gereja dengan seksama. Ia seperti orang Linglung di sini. Suasananya sunyi, hanya terdengar suara jam berdetak. Shaka menghentikan edar pandangnya saat wanita memakai Dress putih seperti seorang putri yang tengah bersendeku sambil menggenggam kedua tangannya di depan sana, tepatnya di depan lambang salip yang dibentuk dari kayu.

Yang Shaka tangkap saat ini adalah gadis itu tengah berdoa, tapi mengapa sendirian? Shaka mendekati gadis itu dengan rasa penasaran memenuhi dirinya. Siapa gadis itu dan mengapa Shaka seperti mengenalnya. Shaka menghentikan langkahnya tepat di belakang gadis itu, menyisakan jarak tiga langkah di antara mereka.

"Permisi," ucap Shaka dengan suara pelan, tak mau menimbulkan suara keras yang dapat menganggu suasana.

Gadis itu langsung membuka matanya dan menoleh ke arah belakang. Kedua remaja itu saling melontarkan tatapan kaget satu sama lain.

"Nathalia?" tanya Shaka dengan raut kaget.

Nathalia langsung berdiri, menegapkan badannya dengan gugup. Shaka, mengapa ia sampai di sini? Nathalia merasa jantungnya sedang tidak aman. Begitu cepat detak jantungnya

"Kenapa Lo gak pernah bilang tentang ini ke gue, Nath?" tanya Shaka dengan kecewa, senyum kecut terbit di bibirnya. Senyum kekecewaan atas kenyataan yang baru saja Shaka ketahui. "Kenapa Lo ngebiarin gue jatuh cinta sama Lo, Nath? Kalau akhirnya kita gak akan pernah bersatu!" Dada Shaka sesak, pasokan Oksigen sepertinya telah menyusut dari detik demi detik.

"Ka, maafin gue." Hanya itu yang bisa Nathalia ucapkan sekarang. Rasa bersalah mengerubungi Nathalia atas Shaka. Nathalia menyembunyikan identitas agamanya, saat Shaka menanyainya, Nathalia selalu mengabaikan dan mengganti alih pembicaraan. Yah, semua salah Nathalia yang egois.

Shaka menetralkan emosinya. "Lo buat gue jatuh sejatuh-jatuhnya, Nath! Ternyata kita berbeda, dan perbedaan ini gak akan pernah bisa di satuin dalam kata cinta."

Shaka menatap intens Nathalia dengan sakit yang menjulur di hatinya.

"Ka, kita bisa cari solusinya dengan kepala dingin," ucap Nathalia melembut. Nathalia mengenggam sayang tangan Shaka dengan rasa bersalah. "Kita bisa bicarakan ini lagi dan cari solusi terbaik," imbuh Nathalia dengan mata berkaca-kaca.

Shaka menghempas kasar tangan Nathalia. Shaka menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Gak ada solusi terbaik dalam hal ini selain perpisahan, Nath." Shaka berbalik, berjalan cepat menjauhi Nathalia yang kini tengah menangis sejadi-jadinya. Nathalia tidak mau Shaka pergi, inilah yang Nathalia takutkan saat Shaka mengetahui semuanya.

"JANGAN PERGI, KA!"

Shaka membuka matanya lebar-lebar dengan air mata sudah membasahi pipinya. Shaka bangkit kemudian terduduk, mengamati sekitar dengan lekat, ia sedang berada di kamarnya. Mimpi apa tadi? Shaka mengusap air matanya dengan cepat. "Kenapa gue nangis?" gumam Shaka pada diri sendiri.

ARSHAKA (ON GOING)Where stories live. Discover now