30. Tekanan

122 19 13
                                    

"Lo berdua bisa bawa kabur gue, gak?"
-Arshaka-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

Setelah mandi, berganti pakaian dan shalat. Shaka kini sudah berada di ruang tengah bersama guru les privatenya, Zahra. Dengan balutan gamis serta jilbab Mocca membuat Zahra terlihat cantik elegan.

Mereka memulai belajar setelah Nina pamit pergi untuk menghadiri sebuah acara yang diadakan teman SMP nya dulu. Kini di rumah hanya tersisa Shaka, Zahra dan Bi Romlah yang tidak diketahui berada di mana. Papa Lino jarang pulang tepat waktu, selalu larut seperti dulu. Kemudian Mama Rina yang tak kunjung kembali, seolah sudah tidak mau lagi menginjakkan kakinya ke rumah penuh sejarah ini.

Sempat berbicara melalui Telfon, Shaka mengatakan akan menjemput Mama Rina untuk pulang, tapi Mama Rina menolak dengan alasan ingin sendiri dan menghabiskan waktu bersama keluarganya di Surabaya. Shaka diutus fokus pada sekolahnya dulu, jika Shaka menjemput Mama Rina ke Surabaya, otomatis dia akan membolos atau izin setidaknya 2 sampai 3 hari.

"Terjemahkan kata ini dalam bahasa kamu," titah Zahra memberikan sebuah soal yang bisa meningkatkan kelancaran Shaka dalam berbahasa Inggris.

"You'r Mine?" beo Shaka dengan alis terangkat sebelah.

Zahra tertegun sejenak setelah mendengar kalimat itu terlontar langsung dari mulut Shaka. Zahra langsung mengangguk. "Yes, kamu jelaskan arti memiliki dengan Bahasa Inggris," jelas Zahra.

Shaka sempat bingung harus berkata apa. Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "The meaning of having in my opinion is a feeling where we like to have and get something. As we get the heart of the person we love, it means we have him." Itulah jawaban Shaka, cukup belibet dan susah dicerna, namun Zahra percaya.

"You get his heart doesn't mean you have him too. You can also only get his heart, but can't have it. It's the same if you have it, you don't necessarily get a heart Understand?" Zahra menyerangi.

Tamparan keras yang dilayangkan Zahra melalui kata-kata membuat Shaka terdiam seribu bahasa. Shaka menggeleng sejenak kemudian memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa pusing, seperti ada benda tajam yang baru saja menghantam kepalanya.

"Gue gak faham, susah dicerna." Shaka akhirnya bangkit dan pergi meninggalkan Zahra sendirian di ruang keluarga. Seperti tidak peduli lagi dengan lesnya, Shaka melenggang begitu saja tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Hei, mau kemana? Kita belum selesai belajarnya!" Zahra memekik keras setelah bangkit dari duduknya. Matanya menatap tajam Shaka yang kini tengah berjalan cepat menaiki tangga.

Zahra tidak ingin mengejarnya, menurutnya itu hal yang tidak sopan. Apalagi di rumah ini sepi, tak ada orang lain selain dirinya dan Shaka, ia takut Fitnah timbul antara keduanya.
Mungkin perkataan yang diucapkan Zahra tadi menyinggung perasaan laki-laki itu. Kata tidak faham dan susah dicerna hanyalah alasan semata untuk dia menghindari kebenaran.

Zahra jadi merasa bersalah, mungkin Shaka butuh waktu untuk sendiri. Sembari menunggu, Zahra akan pergi dan kembali lain hari untuk meminta maaf.

•••

"Udah Dzuhur, aku ke Masjid dulu, ya?" pamit Shaka pada gadis di hadapannya ini. Gadis berambut panjang yang tengah tersenyum rekah menatap netra sang pujaan hati dengan tulus.

ARSHAKA (ON GOING)Where stories live. Discover now