11. Berita

189 28 0
                                    

"Lo semua bangsat!."
-Nathalia-

Happy Reading

•••

Shaka mengedarkan pandangnya saat memasuki rumah. Setelah mengantar Nathalia dengan selamat sampai rumahnya tadi, Shaka langsung pulang. Ia ingin menemui Kakak perempuannya. Bercerita bersama, dan mengobati rasa rindu Shaka terhadapnya.

"Kak!! Kak Nina!!" teriak Shaka menggelegar di seluruh penjuru rumah. Shaka menaiki tangga, berniat mengecek apakah Kak Nina ada di atas.  Tapi, suara lembut seorang gadis di bawah sana menghentikan langkah Shaka.

"Apa, Uqi?" tanya Nina dengan senyuman tipisnya.

Senyum Shaka melebar, cowok itu langsung berlari menghampiri Kakaknya dengan segala kerinduan yang ada. Bertahun-tahun tidak bertemu Nina sangatlah berat bagi Shaka. Hanya Nina lah yang bisa Shaka ajak untuk berbagi cerita. Karena orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya itu.

"Di cariin juga!!" geram Shaka membuat Nina tertawa pelan. Shaka yang biasa Nina panggil Uqi ini sudah bertambah dewasa rupanya. Nina hanya tau Shaka yang mungil dan unyu saat kecil dulu.

"Iya, tadi Kakak lagi di dapur. Kenapa, Uqi?" tanya Nina, menggiring Shaka untuk duduk di kursi meja makan.

"Kapan balik, Kak?" Shaka bertanya sembari memakan cemilan yang ia ambil di depannya.

Nina menghembuskan nafasnya, pelan. Baru saja pulang ke Indonesia sudah ditanyai kapan kembali. "Uqi maunya kapan?" tanya Nina dengan lembut.

"Gak mau Kak Nina balik, sih." Shaka tetap melanjutkan nyemilnya sambil berbicara, hingga apa yang dia katakan tidak terlalu jelas, tapi Nina masih mengerti perkataanya.

"Kakak gak balik ke Turki. Kakak mau jadi guru di sini," ucap Nina membuat Shaka langsung tersedak. Nina memang sudah rencana ingin menjadi guru saat pulang dari Turki. Rencananya Nina ingin menjadi guru di sekolah Shaka, SMA Mandiri.

"Yang bener?" tanya Shaka masih dengan raut kaget. Shaka berharap Kakaknya tidak menjadi guru di SMA Mandiri. Mati Shaka, Mati!!! Shaka tak bisa berulah lagi jika ada Kak Nina.

Nina mengangguk dengan senyuman. "Gak papa, asal jangan di SMA Mandiri, Uqi gak ijinin," jawab Shaka dengan entengnya.

"Tau aja kalau Kakak di SMA Mandiri." Nina tersenyum smirk, ia tahu yang ditakuti oleh adiknya ini apa. Banyak mata-mata Nina tentang Shaka, termasuk Nathalia. Nina memang terlihat pendiam dan jarang bergaul, tapi Nina bukan gadis yang ketinggalan jaman, dan Nina masih mempedulikan adik kesayangannya ini meski jarak memisahkan mereka.

Shaka mendengus kesal. Bagaimana Shaka berulah lagi jika ada Kakaknya. Shaka berharap Allah memberi keajaiban untuk memindahkan Kak Nina ke sekolah lain. "Alahh, gak seru kalo gitu!"

"Gak peduli juga." Nina langsung beranjak pergi meninggalkan Shaka sambil tertawa jahil.

Shaka membanting toples yang berada di tangannya. Yang Shaka harapkan saat kepulangan Nina bukanlah ini. Menjadi guru di SMA Mandiri? Shaka jamin tidak akan betah karena murid-murid SMA Mandiri itu sudah gila setengah hidup dan tidak memiliki jiwa.

"Semoga betah and Good Lock." Senyum Shaka terbit dengan piciknya.

•••

"Selamat pagi semua! Natha berangkat dulu. Shalom," ucap Nathalia dengan lantang, kemudian berjalan keluar rumah untuk pergi ke sekolah.

Keluar dari pelataran rumahnya, mata Nathalia langsung menangkap sosok tinggi berseragam SMA tengah menaiki motornya di seberang sana. Itu, Shaka. Shaka melambaikan tangannya dengan senyum tipis tercetak jelas di wajahnya.

ARSHAKA (ON GOING)Where stories live. Discover now