27. Les Private

115 24 2
                                    

"Gak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang tidak melibatkan perasaan."
-Nathalia-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

Hari sudah gelap, matahari telah menenggelamkan dirinya sejak beberapa menit yang lalu. Angin sepoi-sepoi menerpa kulit mulus Nathalia yang kini tengah terduduk tenang di bangku depan bangunan Gereja. Matanya menatap sendu ke arah Masjid yang menampakkan banyak orang tengah beribadah Shalat Maghrib.

Nathalia tersenyum sambil memeluk dirinya sendiri. Keragaman yang sungguh Nathalia sukai. Di mana perbedaan Agama tidak memecah belahkan Indonesia. Bahkan Gereja dan Masjid yang saling berhadapan ini membuktikan bahwa Indonesia mempunyai bentuk toleransi yang sangat kental.

Tapi sekarang sudah beda lagi. Nathalia tidak menyukainya, Nathalia kini membencinya. Sorot matanya berubah sendu, senyumannya berubah kecut. Matanya kini beralih menatap rumah lantai dua yang diketahui adalah rumah Shaka.

"Kita beda, Ka. Tapi gue gak pernah mau membahasnya," gumam Nathalia dengan parau.

Pernah mendengar Nathalia membahas tentang perbedaan agama antara Shaka dan dirinya? Bahkan Nathalia juga tak secara langsung memberi tahu agamanya pada Shaka. Menanyai Shaka menganut agama apa, pun dia tidak pernah.

Nathalia hanya ingin menikmati waktu seperti ini dulu. Di mana agama tak terlibat dan tak menghambat mereka untuk menciptakan sebuah memory yang bisa dikenang 10 tahun atau bahkan bertahun-tahun ke depan.

Sebelum Tuhan mereka yang benar-benar memisahkan, Nathalia akan tetap menikmati ini semua. Namun, Nathalia juga takut. Takut kehilangan dan tidak mau lepas karena kenyamanan yang sudah ada.

Nathalia akui, dia nyaman dengan Shaka. Nathalia juga berharap lebih dengan cowok itu, rasanya hidup Nathalia seperti diwarnai kembali saat kehadiran Shaka. Hubungan tanpa status yang jelas, itu lumayan menyakitkan.

Shaka yang sudah terbiasa seperti itu, membuat Nathalia tak yakin jika dia memang benar-benar serius untuk menjalin hubungan. Shaka juga hanya menganggapnya sebagai sahabat.

Nathalia bangkit, gadis itu kembali ke rumahnya karena udara semakin dingin. Sampai di rumah, Nathalia langsung disambut tatapan tajam Imanuel dari kursi pojok sana, dia sedang bermain game.

Nathalia memutar bola mata malas. Kemudian menuju dapur untuk menemui Mama Alin yang sudah kembali dari Palembang kemarin. Hari di mana Nathalia kabur dengan Shaka sampai malam, untung saja Mama Alin dan Papa Kriss pulang, jika tidak Nathalia sudah di hukum habis-habisan mungkin.

"Mamah... Mama ngapain?" Nathalia berdiri di samping Mamanya yang tengah memasak Empek-empek bahan setengah jadi bawaan dari Palembang kemarin yang hanya tinggal mengolahnya lagi.

"Ini loh kemarin Tante mu bawain Empek-empek setengah jadi biar bisa di bawa balik ke sini. Kalau terus-terusan di Kulkas gak segera di masak nanti rasanya hilang, jadinya gak enak," jelas Mama Alin seraya mengaduk kuah Empek-empek yang baunya tercium harum.

"Banyak banget, Mah. Siapa yang mau makan Empek-empek sebanyak itu?" ucapnya sambil membuka kulkas, mengambil minuman kaleng.

"Gak tau itu Tantemu. Mending kasih ke Shaka aja. Dia kan suka Empek-empek, habis ini anterin ya, Nathalia," pinta Mama Alin dengan suara lembutnya juga disertai senyuman manis.

ARSHAKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang