21. Dendam?

135 20 4
                                    

"Balas dendam itu gak guna. Gak bisa ubah masa lalu, perbaiki semuanya dan cuma kebencian yang bakal ada!"
-Arshaka-

Happy Reading 🕊️🐾

•••

PYARRR

Suara pecahan vas bunga yang amat memekakkan teling itu sanggup membuat Bi Romlah berlari terbirit-birit melihat apa yang terjadi. Bersumber dari ruang keluarga yang hanya ada Mama Rina dan Papa Lino.

Tatapan tajam bak singa marah saling dipancarkan antar satu sama lain. Dari Mama Rina sampai Papa Lino seperti terbakar emosi. Bi Romlah tidak tahu apa yang membuat kedua majikannya menjadi seperti itu. Jangan-jangan masih masalah perselingkuhan tadi. Bi Romlah sembunyi di balik tembok, menguping semua pembicaraan.

"Kamu yang selingkuh, kenapa gak mau cerai?" tanya Mama Rina dengan nafas terengah-engah. Kesempatan bagus saat anak-anak tak ada di rumah. Seenggaknya, Mama Rina akan memberi tahu tentang semua ini di waktu yang tepat. Lagi pula Nina sedang di diluar negeri.

"Kasian Shaka sama Nina, Ma!! Tolong kita lupain masalah ini dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa," tegas Papa Lino penuh penekanan. Rumah tangga ke dua orang tua Shaka kini tengah di ujung tanduk.

Mama Rina tak habis pikir dengan penegasan sang suami. Tidak mudah bagi Mama Rina melupakan masalah ini? Perempuan mana yang akan menerima sepenuh hati perselingkuhan sang suami? Rina tidak gila, dia sadar hal seperti ini salah.

"Semudah itu kamu menyuruh aku melupakan semua yang udah kamu perbuat? Aku sebagai Ibu Shaka dan Nina, juga kasihan sama mereka! Mereka udah besar, mereka masih butuh banyak dukungan dari kita!" jelas Mama Rina disertai tatapan tajamnya yang sanggup membuat Papa Lino memalingkan pandangnya.

Bi Romlah semakin menyimak pembicaraan mereka. Jika dipikir-pikir, Nyonya Rina benar jika melayangkan ucapan seperti itu. Perempuan mana pun tak akan bisa melupakan apa yang diperbuat oleh sang suami hingga membuat sakit hati. Apalagi masalah perselingkuhan, pasti semua akan terkena imbasnya.

"Karena mereka udah besar, kita gak boleh cerai! Mereka udah ngerti semua ini, aku gak mau Shaka sama Nina ikut menderita karena kita, Rina!" tekan Papa Lino sekali lagi. Membuat sang istri mengerti memanglah hal yang susah. Tapi, ini semua juga kesalahannya, karena tak diurus Rina dengan baik, sampai dia harus lari ke perempuan lain.

"Kalau kamu gak mau mereka menderita, kenapa kamu lakuin ini, Pa! Kalau kamu gak duain aku hal ini gak akan terjadi? Terserah deh, aku maunya cerai sama kamu!"

"Papa sama Mama mau cerai?"

Suara lirih seorang gadis membuat Mama Rina dan Papa Lino tersentak kaget. Mereka sama-sama membulatkan matanya kala Nina kini tengah berdiri dengan koper di tangannya. Wajah Nina juga terlihat shock.

Mama Rina buru-buru menyangkal semua, wanita paruh baya itu langsung menghampiri sang putri untuk menjelaskan semuanya. "Gak, Nina. Ini gak sesuai sama yang kamu omongin. Mama sama Papa gak akan cerai, sayang..." Mama Rina membelai lembut pipi Nina juga kepala yang tertutup jilbab.

Nina seperti menahan tangis, matanya berkaca-kaca. "Aku udah besar, Ma! Aku juga udah denger pembicaraan kalian, gak ada alasan buat kalian nutupin ini semua!" ujar Nina dengan parau.

"Nina...," panggil Papa Lino melirih. Ada secercah rasa bersalah yang amat disesali.

"Stop! Nina baru pulang, kenapa nyambutnya kayak gini? Kalian juga gak nanyain kabar selama aku di luar negeri? Dulu juga gitu, paling sebulan sekali kalau ingat. Papa sama Mama dulu yang masih berhubungan baik aja gak terlalu peduli sama anaknya, apalagi pas kalian pisah? Nina sama Shaka gimana?" Nina berkata lirih. Air matanya turun dengan deras tanpa permisi. Koper yang ia genggam sedari tadi, sekarang sudah terbaring di lantai.

ARSHAKA (ON GOING)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt