Bab 13

22.9K 2.2K 73
                                    

Pagi telah muncul menampakkan dirinya. Lio sudah bersiap diri untuk turun ke bawah menggunakan lift.

"Pagi~" Ucap Lio menyapa semua yang ada di meja makan.

"Pagi baby." Jawab mereka dengan kompak.

Tatapan Lio tertuju pada Vano yang menunduk, ia menajamkan matanya mengamati pipi Vano yang terlihat memerah.

Berniat mendekati Vano, namun tubuhnya lebih cepat diangkat dalam gendongan seseorang.

Lio menoleh untuk melihat siapa yang menggendongnya.

"Bang Leon? Lio mau turun..." Ucap Lio yang dianggap angin oleh Leon.

Lio cemberut dalam dekapan Leon, ia hanya bisa menurut saat didudukkan di pangkuan Leon yang sudah duduk di kursinya.

"Pipi kak Va-" Ucapan Lio terhenti saat mulutnya terisi oleh makanan. Ia mendongak ke atas menatap netra bang Leon yang menampilkan wajah datar seakan tidak berbuat apapun.

Lio ingin membuka mulutnya untuk berbicara, namun ia mengurungkan niatnya dan segara menunduk saat melihat tatapan tajam bang Leon.

"Jangan menakuti adikmu, Leon." Peringat Opa dengan tatapan tajamnya.

Leon tidak memperdulikan ucapan Opa, ia menundukkan dirinya lalu berbisik,

"Diam dan habiskan makananmu."

Lio merasa merinding mendengar nada yang diucapkan abangnya satu ini, ia dengan cepat mengambil sendok ingin menyuapkan makanan ke mulutnya.

Lio mengerjapkan matanya bingung melihat tangannya yang ditahan.

"Buka mulutmu." Titah Leon.

Lio menurut, ia membuka mulutnya untuk menerima suapan dari bang Leon. Ia tersenyum lalu menyenderkan dirinya pada dada bidang abangnya dengan mengayunkan kedua kakinya.

Teringat sesuatu, Lio kembali menatap Vano yang tengah memakan makanannya. Tatapan mereka tak sengaja bertemu. Lio tersenyum, ia dapat melihat tubuh Vano yang tersentak kecil sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya.

'Gapapa, setidaknya kak Vano tidak menatap tajam seperti sebelumnya.' Lio merasa bahagia dengan perubahan kecil yang bermakna baginya.

Makan bersama telah selesai, kini anggota keluarga Alexander tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Lio, kemari."

Lio yang berada di pangkuan Leon pun menoleh ke arah Opa. Ia melompat kecil untuk turun lalu berjalan mendekati Opa dengan tatapan polosnya.

Opa mengangkat Lio dalam pangkuannya dengan menghadap dirinya. Ia mengecup kedua pipi Lio lalu bertanya,

"Ada yang baby inginkan, hm?"

Lio terdiam sejenak dengan wajah bingungnya yang menggemaskan, tak lama ia tersenyum dengan menepuk tangannya,

"Lio mau sekolah!" Ucap Lio dengan semangat.

Suasana seketika hening, bahkan Lio bisa merasakan punggungnya berkeringat dingin entah karena apa.

Lio takut melihat tatapan Opa yang datar, ia mengangkat tangannya untuk mengusap pipi sang Opa.

"K-kalau gak bo-"

"Sekolah, Baby menginginkannya? Ya, Baby bisa sekolah secara homeschooling." Sela Opa. Entah kemana tatapan datar itu, sekarang hanya ada tatapan lembut.

"Lio mau sekolah umum..." Cicit Lio dengan takut.

"Apakah menurut baby salah jika seseorang mengurung hal yang disukai hm? Contohnya kucing." Ucap Opa dengan topik yang berbeda.

Lio yang menunduk merasa bingung saat mendengar pertanyaan Opa yang jauh dari hal yang dibicarakan.

"Tapi kucingnya kasian..." Jawab Lio dengan menatap pada netra Opa.

"Bagiamana jika kucing itu pergi jika baby membebaskannya?" Tanya Opa sekali lagi.

"Um...mengurungnya? Jawab Lio dengan ragu di akhir kata.

"Benar, mengurungnya adalah keputusan yang tepat." Lio hanya diam saja, ia menyandarkan dirinya pada Opa tanpa tau senyum miring terpampang pada bibir tebal tersebut.

Lio menegakkan tubuhnya lalu menatap pada opa dan berkata,

"Lio mau strawberry." Entah kenapa ia secara tiba-tiba ingin memakan buah itu.

Opa melirik pada tangan kanannya sebagai kode. Raka menunduk lalu pergi untuk memenuhi keinginan Tuan Mudanya.

Opa kembali menatap Lio, ia mengangguk kecil sebagai tanggapan.

_____

Lio tengah berada di kamarnya dengan memakan strawberry hingga pipinya belepotan. Padahal waktu menjadi Nio di kehidupan sebelumnya, ia sama sekali tidak menyukai buah ini karena rasanya yang asam.

Lio yang ingin memasukkan strawberry ke mulutnya membatalkan niatnya saat sebuah bayangan terlintas di pikirannya. Menoleh ke bawah, ternyata hanya tersisa tiga buah.

Ia mengambil buah itu lalu turun dari kasur dengan hati-hati agar tidak menjatuhkan buahnya. Beruntung pintu tidak menutup sempurna sehingga ia bisa membukanya menggunakan kaki.

Ia menatap pada pintu kamar yang berwarna putih dan bertuliskan 'Vano'. Lio memindahkan buah tersebut di tangan kiri agar ia bisa membuka pintu.

Ia mengintip, tak lama tersenyum saat melihat Vano yang tengah duduk di meja belajarnya. Lio yang ingin masuk, kembali memundurkan langkahnya lalu mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Kakak?" Lio memanggil Vano yang hanya diacuhkan.

Lio menaruh buah di atas meja sebelah kasur lalu berjalan mendekati Vano. Menarik ujung pakaian Vano, ia tak mendapat respon apapun.

Lio menarik pelan tangan Vano agar turun lalu menuntunnya untuk duduk di pinggiran kasur.

"Apa?" Tanya Vano yang menatap aneh pada wajahnya.

"Ujung bibir kakak berdarah..." Jawab Lio dengan mencari kotak P3K.

"Apa pedulimu?" Ucap Vano dengan nada tidak suka.

"Tapi Lio peduli, kakak." Jawab Lio yang tak ditanggapi oleh Vano yang terdiam.

Lio yang menemukan kotak P3K kembali mendekati Vano, ia mengobati ujung bibir Vano yang memang sedikit berdarah. Tak sekali Lio mendapati Vano yang menatapnya dengan aneh, ia sendiri juga tidak tau kenapa.

Selesai, Lio beranjak pergi dari kamar. Sebelum menutup pintu ia berkata,

"...Lio bawain buah strawberry, jangan lupa dimakan ya kakak."

TBC!

Bab baru udah up~
Jangan lupa Vote dan komentar positifnya, lebih bagus lagi kalau follow aku sih wkwk

Apa yang kalian harapkan dari alur cerita ini? Coba tulis di komen.
Dari yang aku lihat sih banyak yang pengen Lio sama Vano baikan...

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang