Bab 19

16.1K 1.6K 29
                                    

Lio membuka matanya perlahan, ia menatap langit-langit kamarnya dengan bingung. Mimpi yang entah mengapa ia seperti merasakannya sendiri.

Satu hal yang mengganjal pikirannya, hal apa yang terjadi di masa lalu? Dan kenapa di mimpinya Vano begitu dekat dengannya?

Di mimpi itu, kepribadian Vano mengapa sangat berbeda...

Lamunan Lio terbuyar saat mendengar suara sistem.

[Tuan rumah, jangan terlalu berharap di kehidupan Anda di dunia novel ini. Rasa berharap itu yang akan membuat Anda merasakan sakit jika tidak sesuai keinginan Anda.]

Lio mengangguk kecil mendengar hal tersebut, sudah beberapa minggu ia tidak mendengar suara sistem, namun kemarin suara sistem yang menyapanya secara tiba-tiba tentu mengejutkan dirinya.

"Aku ingin kembali..." Lio bergumam lirih.

[...Andai saya bisa melakukannya, saya akan lakukan...maafkan saya.]

Lio menghela nafas kecil, percuma ia mengeluh terus menerus. Tatapannya beralih pada jendela yang menunjukkan pemandangan area mansion. Jika itu kehidupannya sebagai Nio, jendela tersebut akan menunjukkan pemandangan jalan raya.

Ia ingin berjalan dengan leluasa di luar tanpa ada pengawasan, layaknya dirinya di kehidupan nyata.

Jika waktu itu ia tidak menyetujui ajakan Felix, mungkin ia masih di rumah sederhana namun terasa menyenangkan baginya. Di rumah bersama Bi Ani, serta bersekolah umum.

Satu hal yang ia sadari sekarang, kepribadiannya yang kasar sekarang hilang tanpa jejak.

"Lio."

Lio menatap ke arah pintu, ia tersenyum melihat sang Daddy yang menghampirinya.

"Temani Daddy bekerja, mau?" Hari ini Felix ingin ditemani oleh putra bungsunya untuk bekerja di ruang kerja pribadinya.

"Um...Lio mau." Lio mengangguk kecil, ia membuka kedua tangannya lebar meminta digendong.

Felix menerima uluran tangan tersebut dan menggendong Lio, ia berjalan ke luar sesekali merapikan surai Lio yang sedikit memanjang.

"Lihat, rambutmu mulai memanjang. Ingin memotongnya?"

"Di...luar?" Di hati Lio terbesit rasa harap agar ia memotong rambutnya di salon, ia ingin keluar melihat jalan raya.

"Tidak...Daddy yang memotongnya sendiri." Felix menggeleng kecil lalu mengecup pipi bulat putranya.

Lio mengerjapkan matanya sebelum mengernyit, gagasan yang diucapkan oleh daddynya menimbulkan rasa ragu.

"Uh...Daddy bisa?"

"Entah, mungkin bisa." Felix terkekeh kecil melihat raut Lio yang tampak ragu.

"Okei..."

———

Lio menatap meja kerja sang Daddy dengan teliti, selama ini ia hanya melihat sekilas tanpa ingin melihatnya secara detail.

Felix sendiri sedang mengambil berkas yang tertinggal di kamarnya.

Tangan mungil tersebut membuka berkas yang ada di meja, sebuah kertas berbentuk persegi panjang yang terselip di antara halaman menarik perhatian Lio.

99.999998%

Lio segera menutup berkas tersebut karena mendengar pintu terbuka, ia hanya bisa melihat angka yang membingungkan.

"Kamu ingin memakan sesuatu?" Felix mengangkat Lio yang ia dudukan di kursi kebesarannya beralih ke pangkuannya.

"Lio mau roti dengan selai cokelat."

Felix mengangguk, ia melepaskan tekanan pada tombol merah yang berada di sisi kursi putarnya.

"Duduk diam, makanan akan diantar oleh pelayan." Felix membenarkan duduk Lio agar lebih nyaman.

Lio hanya diam menatap tangan sang Daddy yang mengetik dengan cepat tanpa ada kesalahan ketik sedikitpun.

"Daddy..." Panggil Lio tetap menatap laptop di depannya.

"Kenapa?"

"Lio mau adik yang lucu..." Membayangkan ia memiliki seorang adik yang bisa ia gendong dengan mudah membuat Lio tersenyum. Tapi senyum tersebut hilang dengan cepat saat mengingat seseorang dengan gelar adik yang membuat ia tersiksa selalu.

Felix terdiam, sejak satu tahun pernikahannya dengan Lyra, ia sudah menyuruh Lyra untuk mengikuti KB. Karena ia tidak ingin memiliki keturunan lagi.

"Tidak...Lio gak mau punya Adik..." Lio membalikkan badannya menghadap sang Daddy lalu memeluknya.

"Sesuai keinginan putra Daddy." Felix tersenyum, ia tidak lagi bingung soal perkara adik untuk Lio.

Selesai!

Bab 19 akhirnya di up!
Makasih atas pendapat kalian mengenai cerita Gema. Dan maaf tidak bisa menjawab satu per satu komenan kalian.

ObsessionWhere stories live. Discover now