Bab 28

9.1K 909 43
                                    

Bayangan hitam terlihat setelah pintu terbuka, perlahan kaki itu melangkah masuk ke dalam sebuah kamar dan mengunci pintunya.

Ia menatap ke arah kasur, ia mendekat dan menatap wajah tidur putranya.

"Like a bunny."

Felix terkekeh melihat mulut kecil putranya yang terbuka. Ia mendudukkan dirinya di kasur dan mengelus sisi wajah Lio.

"Hm? Kenapa kamu tidak ingin ikut bersama daddy..."

"Kamu membuat daddy kecewa, sayang..."

Ia menepuk-nepuk pelan pipi Lio agar terbangun.

"Mmh..."

Lio menggeliat tak nyaman, perlahan matanya terbuka. Disaat pandangannya terlihat jelas, ia reflek merubah posisinya menjadi duduk dan sedikit menjauh.

"Daddy...?" Panggilnya pelan. Lio merasa takut entah mengapa.

"Yes honey?"

"D-daddy kenapa ada di kamar Lio?" Lio menatap ke arah pintu sejenak.

Felix tersenyum, "apa masalahnya? Daddy hanya ingin melihatmu saja."

Lio meremat selimutnya, ia merasa waspada.

"Ah, soal jawaban tadi pagi kamu yakin tidak ingin merubahnya?"

Lio menggeleng kecil, "kenapa harus pindah? Daddy bisa tinggal disini juga sama tante Caca."

"Itu keputusan daddy, Lio. Daddy hanya ingin tinggal bertiga denganmu menjadi keluarga yang harmonis. Bukankah kamu menginginkannya?"

"Kak Vano?" Tanya Lio dengan cepat.

"Mommy mu tidak menyetujuinya."

Lio mengernyit tidak suka, "kenapa harus gitu? Kak Vano juga putra daddy!"

"Vano bukan putra kandung daddy." Jawab Felix dengan tenang.

"Daddy nggak adil! Lio juga bukan anak kandung daddy kalau daddy lupa."

Felix mengeraskan rahangnya, ia meremas tangan Lio erat.

"Kamu anak daddy, Lio. Jangan berbicara omong kosong!"

"ITU BUKAN OMONG KOSONG! LIO MEMANG BUKAN–"

PLAK!

Lio terdiam merasakan sakit pada pipinya, matanya berkaca-kaca. Ia menatap ke arah netra hitam yang menusuk ke arahnya.

"D-daddy tampar Lio...?" Lirihnya tak percaya.

Felix menghela napas, ia menatap pipi putranya yang terlihat memerah.

"Sudah daddy katakan, berhenti mengatakan hal itu. Daddy hanya mengingatkan mu dengan tamparan itu."

"Siapkan barangmu besok, lusa kita akan pergi ke mansion daddy. Dan lusa sore juga pernikahan daddy dengan mommy barumu."

Felix berdiri dan menatap ke arah netra Lio yang masih berkaca-kaca.

"Katakan kepada Opa, bahwa kamu merubah keputusanmu dan ingin ikut bersama daddy. Paham Lio?"

Lio mengangguk kaku, ia merasa takut dengan ucapan yang tersirat penuh ancaman.

"Good boy." Felix tersenyum puas, ia menunduk dan mencium pipi yang ia tampar.

–––

"Opa..."

Adelard menoleh ke belakang, ia tersenyum melihat keberadaan Lio.

"Mendekatlah."

Lio berjalan mendekat, tubuhnya diangkat untuk duduk di pangkuan Opa.

"Soal kemarin, Lio mau ikut daddy aja..." 

Senyum yang tersungging di bibir Adelard memudar.

"Kenapa tiba-tiba hm? Kamu yakin ingin ikut bersama daddy mu?"

Adelard mengelus pipi Lio lembut, "kamu tidak bisa melihat Vano lagi jika memilih Felix..."

Tatapan Lio tak sengaja mengarah ke belakang, ia melihat daddy Felix yang tengah menatap ke arahnya dan mengangguk kecil.

Lio menatap sang Opa dan mengangguk, "Lio mau ikut daddy..."

Felix yang mengawasi dari belakang tersenyum tipis, bila putranya sendiri yang mengatakan memilih dirinya maka pria tua itu tak akan ikut campur urusannya.

Tbc.
500 vote?

ObsessionWhere stories live. Discover now